5

6.7K 454 68
                                    

Playing now = BTS - Best Of Me

***

Prilly duduk dengan gelisah di kursi dekat brankar adiknya. Jantungnya berpacu begitu cepat kala tatapan adiknya mengintimidasinya. Ia tahu jika adiknya belum puas dengan jawabannya jika Ali temannya. Tapi, jika ia berkata yang sebenarnya jika Ali adalah pria yang tidak ia kenal yang tiba-tiba menyeretnya ke rumah megah pria itu, Prilly jamin adiknya akan terkejut.

"Kakak."

Prilly tersentak kala tangan lembut menyentuh bahu kirinya. Lalu, tatapannya jatuh pada adiknya yang menatapnya dengan kening yang mengerut.

"Kamu butuh sesuatu?" Tanya Prilly lembut sebagai pengalihan agar adiknya tidak menangkap kegugupannya.

"Syifa gak butuh sesuatu. Syifa cuma butuh penjelasan dari kakak."

Skak!

Prilly menelan ludahnya kasar. Penjelasan? Prilly tidak bodoh. Ia tahu penjelasan apa yang adiknya maksud, tentang Ali. Prilly hampir melupakan satu fakta jika adiknya bukanlah tipe yang mudah dibohongi. Sepandai-pandainya merangkai kata untuk menutupi kebohongannya, adiknya tetaplah adiknya yang tidak akan percaya sebelum memastikan langsung. Untuk sesaat Prilly mengutuk satu fakta tentang adiknya ini.

"Ali cuma temen kakak, Fa. Kakak sama Ali temen SMA yang baru ketemu," dustanya dengan tatapan meyakinkan.

Kening Syifa mengerut dalam. Tatapannya masih terpancar keraguan begitu jelas.

"Kakak gak bohong kan, sama Syifa?"

Dengan senyum yang terkesan dibuat seceria mungkin, Prilly mengangguk pasti.

"Ngapain kakak bohong sama Syifa? Gak ada gunanya juga kakak bohong sama Syifa," Prilly mengusap pipi adiknya. Ditahannya air mata yang siap meluncur dari kelopak matanya mengingat perkataan Ali yang mengandung ancaman untuknya. Ancaman yang membuatnya dengan berat hati pasrah menerima otoriter pria tampan itu, Ali.

"Maafin kakak, Fa," batinnya lirih menatap wajah adiknya dengan tatapan nanar sebelum pada akhirnya mengecup kening adiknya cukup lama.

...

Duduk dan diam merupakan aktivitas Prilly malam ini. Sekarang, ia tengah duduk bersandar di sandaran tempat tidur yang ukuranya dua kali lipat dari tempat tidurnya di rumah. Mendadak, hatinya berdenyut nyeri kala matanya menatap ke luar jendela yang memperlihatkan hamparan langit yang dihiasi ribuan bintang dan cahaya sang rembulan yang terang benderang.

Ia sudah tidak bisa lagi membendung air matanya yang sedari tadi ia tahan. Ia berada di dalam keadaan di mana ia sendiri tidak tahu seperti apa takdir kehidupannya saat ini. Ia berada di sebuah rumah, ah mungkin lebih tepatnya sebuah istana yang ditempati ribuan orang dan satu penguasa. Prilly tidak tahu apa maksud pria tampan yang tampannya sungguh membuatnya terpukau, namun ketampanan pria yang memaksanya untuk berada di rumah megah yang ia sebut istana ini luntur kala ia tahu seperti apa sifat asli pria tampan yang bernama Ali itu.

Hiks

Isakannya kian kencang. Kedua tangannya meremas selimut tebal yang menutupi sebagian tubuhnya sampai sebatas pinggang. Malam ini ia berada di kamar yang pemiliknya tengah berada di dalam kamar mandi.

"Kau tidak pantas untuk menangis."

Prilly terpaku dan spontan isakannya terhenti. Tangannya semakin kuat meremas selimut yang menutupi setengah tubuhnya kala pintu kamar mandi berdecit dan berdiri sosok berparas tampan yang saat ini berhasil menguasainya.

SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang