11

5.9K 449 77
                                    

Gak maksa buat dengerin lagu ini:') cuma mau bilang aja kalo lagu ini yang nemenin diriku ngetik bagian ini disaat drop:')

❤Selamat membaca ❤

***

Sosoknya memang sulit diuraikan melalui kata. Namun, begitu bermakna di hati.

-Prilly-

***

Klek

Prilly mendongak kala decitan pintu terdengar. Diarahkan tatapannya ke pintu kamar dimana ada sosok Ali berdiri dengan pakaian santai namun ada beberapa bagian yang mencurigakan. Ah, jangan lupakan tatapan terkejut yang Ali perlihatkan kala melihatnya yang masih terjaga di jam yang menunjukkan tengah malam ini.

"Kenapa kamu tidak tidur? Ini sudah malam," ujar Ali yang mulai menormalkan ekspresinya dan melangkah memasuki kamar setelah mengunci pintu.

Prilly beranjak dari duduknya yang sejak satu jam yang lalu terus mengkhawatirkan sosok lelaki yang kini dengan santainya membuka jam tangan yang melingkar indah di pergelangan tangannya.

"Jam dua belas lewat lima belas menit. Darimana saja kamu?" Tanya Prilly dengan nada suara pelan, takut menyulut emosi Ali.

Melempar asal jaket kulit yang dikenakannya, Ali berjalan mendekati Prilly yang berdiri di dekat sofa. Tatapannya terkunci pada retina Prilly yang selalu menjadi candu baginya. Tanpa sepatah katapun, Ali merengkuh pinggang Prilly dan mengecup pipinya singkat.

"Kamu tak perlu tau, asal aku tetap pulang dan bisa bertemu denganmu."

Prilly mendorong dada bidang Ali kala Ali hendak kembali menciumnya.

Sadar dengan apa yang dilakukannya, Prilly menelan ludah kasar. Posisinya masih berada di dalam rengkuhan Ali dan ia bisa melihat dengan jelas rahang Ali mengeras, pertanda jika lelaki di depannya ini mulai emosi dengan penolakan yang ia berikan. Mendadak, tubuhnya menegang, terlebih ketika satu tangan Ali meraih tangannya yang masih berada di dada bidang Ali.

"Kau menolakku!" Geram Ali sembari meremas kuat tangannya.

"Arghh...sakit," cicitnya dengan tatapan nestapa, berharap Ali sadar jika yang Ali lakukan membuatnya tersakiti.

"Lebih sakit mana daripada seseorang yang kita cinta menolak ciuman kita?" Tanya Ali geram dengan tatapan tajam yang menatap dalam iris matanya.

Prilly meringis. Ia sadar betul tindakannya sangat membuat Ali marah dan.... terluka, mungkin.

"Maaf, a...aku..."

"Aku apa, hah?!" Sentak Ali tajam yang langsung mengapit pipi Prilly.

Prilly diam. Keterkejutan menguasainya sebelum pada akhirnya tersadar jika saat ini bukan saatnya untuk merenung, melainkan menjinakkan singa yang sedang murka ini.

Menahan sakit di pipi, Satu tangannya memegang tangan Ali yang mengapit pipinya. Perlahan tapi pasti, tangannya mengusap lembut tangan Ali dan berusaha keras untuk mengulas senyum tipis meski terasa sulit karena pipinya dicapit oleh tangan kekar Ali.

Memulai aksinya untuk menjinakkan sosok Ali yang berubah menjadi singa yang ganas. Tangannya yang mengusap tangan Ali perlahan berpindah ke dada bidang Ali. Dipangkasnya jarak antara dirinya dan Ali sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan Ali. Tatapannya beradu dengan tatapan tajam Ali yang membuatnya merasa terlindungi dan terancam secara bersamaan.

SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang