"Aku ragu
Aku takut
Namun ketika melihatmu berdiri di sana
Semua hal buruk dalam pikiranku hilang
Dan aku jatuh cinta."
Gadis bergaun abu-abu yang melekat indah di tubuh kurusnya, kini tengah mematut diri di depan cermin. Hal yang sudah ia lakukan sejak setengah jam lalu setelah dirinya selesai berias.
Perasaannya kini bercampur aduk. Ia tidak tahu harus senang atau justru sebaliknya ketika hari ini ia harus mengikat hubungan formal dengan seorang pria yang cukup ia kenal. Entah apa yang akan terjadi setelah acara ini selesai. Apakah ia akan mendapatkan apa yang selama ini ia inginkan atau tidak? Segala pikiran buruk bersarang dalam kepala gadis itu.
Midorima [Name] atau ia lebih suka dipanggil dengan sebutan [Name], karena ia tidak suka dipanggil dengan nama keluarganya, adalah gadis berusia sembilan belas tahun yang akan melakukan pertunangan dengan anak seorang pengusaha tersohor di Tokyo. Tentu saja seperti cerita picisan lainnya, ia dijodohkan oleh orang tuanya untuk menyambung kerjasama untuk dua perusahaan tersebut.
"[Name]-sama, acara akan segera dimulai," ucap seorang pelayan wanita yang memudarkan lamunan kecil [Name].
"Baik," jawab gadis itu singkat.
Ia segera berdiri, merapikan pakaiannya agar tidak terlihat kusut. Senyum getir terbentuk di wajah gadis itu ketika tak ada satu pun dari keluarganya yang datang ke ruangan ini untuk sekedar melihat [Name]. Gadis itu bahkan harus berjalan sendiri menuju ke lantai bawah tanpa di temani siapa pun.
"Memang apa yang kuharapkan," gumam [Name], berusaha menyadarkan diri untuk tidak berharap lebih. Hal yang selalu ia lakukan selama hidupnya.
Gadis itu mulai berjalan. Sepatu dengan berhak lima sentimeter membuat [Name] sedikit berhati-hati berjalan dengan gaun panjang menyapu lantai.
Begitu [Name] berjalan menuruni tangga, ia bisa melihat ada ramai orang di lantai bawah. Semua mata menatap kedatangan gadis itu, membuat [Name] terasa seperti hewan langka yang dipertontonkan.
Banyak wajah yang [Name] kenal ada di sana, termasuk keluarganya, dan juga pria berambut merah yang akan menjadi tunangannya malam ini. Senyum [Name] terasa lebih getir kali ini saat ia mendapati kalau calon tunangannya bahkan tidak melihat ke arahnya sama sekali. Pria itu bahkan terlihat sangat tidak tertarik untuk berada di acara malam ini.
Uluran tangan dari pria tua yang merupakan kakek [Name], mengharuskan gadis itu meraihnya. Menuntun [Name] untuk berdiri di tengah semua orang, karena malam ini gadis itulah yang menjadi tokoh utamanya. Setidaknya itulah anggapan dari setiap orang yang hadir di acara ini. Namun tidak untuknya.
"Kau terlihat sangat cantik sekali, [Name]-chan," puji pria paruh baya yang merupakan ayah dari calon tunangannya.
"Terima kasih atas pujian Anda, Akashi-san," sahut [Name] seraya membungkukan tubuhnya untuk memberikan hormat.
"Kau harus membiasakan memanggilku 'Ayah' mulai malam ini, kita akan menjadi keluarga tak lama lagi," suruh pria paruh baya tersebut dengan bangga.
[Name] hanya memasang senyum terbaiknya, namun matanya berkali-kali melirik ke arah pria berambut merah yang hanya terpaut beberapa meter darinya. Sampai lirikan [Name] menjadi penyesalan karena mata mereka berdua bertemu, dan sayangnya pria berambut merah itu memberikan pandangan luar biasa dingin kepada [Name].
"Seijurou, sapa tunanganmu," suruh pria paruh baya yang merupakan ayahnya tersebut.
Pria berambut merah tersebut langsung memasang senyum, memasang ekspresi lembut sebelum akhirnya ia menyapa [Name] dengan nada yang indah. "Senang bertemu denganmu, [Name]."
Ah, palsu. [Name] tahu dengan jelas kalau pria di depannya ini tidak tulus dengan ucapannya. Gadis itu bisa merasakannya dengan baik kalau pria bernama Seijurou ini tidak senang dengan kehadiran [Name] sekarang.
"Senang bertemu denganmu juga, Seijurou-san," balas [Name] yang juga memasang senyum terbaiknya.
Setelah sapaan singkat yang tidak ada artinya itu, acara pun dimulai. Malam ini gadis itu akan bertunangan dengan pria yang sangat gadis itu kagumi namun juga yang sangat tidak menginginkan [Name] sebagai pasangannya.
Riuh tepuk tangan, ucapan selamat, dan obrolan-obrolan kecil terdengar di ruangan tersebut. Setiap orang memiliki lawan bicaranya masing-masing, bicara tentang topik yang menarik untuk mereka. Hal yang biasa terlihat di pesta.
Namun [Name] justru duduk di sisi lain, menghindari keramaian dan juga orang-orang. Hanya sebuah minuman di tangan yang menemani gadis itu. Adegan yang sama setiap kali gadis itu berada di pesta, dan seperti biasa ia merasa beruntung karena tidak ada orang yang mengajaknya bicara.
[Name] bisa melihat tunangannya kini sedang bicara dengan kakak gadis itu, Midorima Shintaro. Mereka berdua tampak asyik seperti biasa jika sudah bertemu, begitu banyak topik yang mereka bicarakan, mulai dari hal serius hingga yang santai.
Lagi-lagi pandangan [Name] bertemu dengan Akashi Seijurou, membuat gadis itu spontan mengalihkan pandangannya.
Gadis itu bergidik ngeri ketika melihat tatapan dingin dari Akashi. Seberapa benci sebenarnya Akashi pada [Name], sampai menatap tunangannya sendiri seperti itu.
"Memang apa yang bisa kuharapkan," gumam [Name] amat sangat pelan.
Tidak ada apa pun yang bisa gadis itu harapkan. Termasuk hubungannya dengan orang lain.
TO BE CONTINUE....
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Kill Me (Akashi Seijurou x Reader)
Fanfiction"....Kalau begitu matilah. Dengan begitu aku akan berhenti membencimu," ucap Akashi tanpa beban, seakan yang ia katakan memang tidak ada artinya. Namun untuk [Name] satu kalimat itu membuat jantungnya seakan berhenti berdetak, napasnya tercekat. Ia...