"Kurasa sudah cukup
Aku tidak lagi berharap apa pun
Tidak lagi meminta apa pun
Aku menyerah."
Akashi dibuat tidak tenang selama lima hari ini karena ia tidak melihat [Name] di kediamannya. Ada kekesalan dalam dirinya saat gadis itu tidak menghubunginya dan justru tahu keberadaan [Name] dari sang kakak—Shintarou. Tiga hari gadis itu tidak ada kabar, semua orang yang ada di dekat Akashi terkena amukan pria itu.
Saat hari ke tiga sebelum Shintarou memberitahu kabar tentang [Name], Akashi harus menahan kekesalannya pada [Name] karena ayah Akashi berkunjung dan bertanya tentang [Name]. Dan sialnya Akashi tidak tahu dimana [Name] berada. Akashi juga tidak bisa berbohong karena ayahnya tahu dengan jelas jika Akashi berbohong. Mau tidak mau Akashi harus berhadapan dengan ayahnya yang marah akibat Akashi tidak memerhatikan [Name] sama sekali.
Karena lima hari pergi tanpa mengatakan apa pun padanya, Akashi akhirnya melampiaskan amarahnya pada [Name]. Ditambah ketika ia melihat skandal tentang Kise yang berhubungan dengan [Name] saat musim panas lalu. Hal itu sudah cukup membuat Akashi menyudutkan sang gadis dengan amat sangat. Tanpa tahu kalau apa yang ia lakukan berakibat fatal.
Satu minggu setelah itu Akashi merasa sedikit gusar. Berkali-kali ia bertanya tentang [Name] kepada para pelayan dan juga Fukuzawa.
"[Name]-sama berada di ruangannya. Sepertinya dia tidak pernah keluar dari kamarnya sejak kepulangannya seminggu lalu," lapor Fukuzawa dengan raut khawatir.
"Lagi? Kenapa dia suka sekali seperti itu? Senang sekali mencari perhatian," decih Akashi yang seakan sebal dengan sikap mengurung diri [Name] tersebut.
"Saya rasa mungkin lebih baik Anda bicara dengan [Name]-sama. Saya khawatir dengan keadaannya, dia juga sering sekali tidak menyentuh makanannya," pinta Fukuzawa selaku kepala pelayan yang selalu memerhatikan nona mudanya.
Akashi menghela napas berat saat mendengar hal tersebut. Mau tidak mau ia mengecek. Tak ingin sampai ada kabar yang didengar ayahnya bahwa Akashi tidak memerhatikan tunangannya. Jika sudah menyangkut [Name], ayah Akashi bahkan tidak akan segan menampar atau bahkan memukul anaknya sendiri jika sesuatu terjadi pada gadis itu dan Akashi mengabaikannya.
Mendengar kepala pelayannya sudah meminta seperti itu langsung kepada Akashi, sudah pasti pria itu akan menurutinya.
Area menuju ke kamar [Name] terlalu sepi, seolah tidak ada kehidupan di sekitar sini. Bahkan suara yang terdengar hanyalah suara langkah Akashi dan kepala pelayannya. Saat Akashi bertanya tentang suasana tersebut, kepala pelayan mengatakan kalau itu permintaan dari [Name]. Ia tidak ingin ada suara apa pun yang mengganggu karena ia sedang bekerja menyelesaikan lukisannya.
Ketika pria itu sudah berada di depan pintu ruangan [Name], rasanya pria itu merasa teringat saat terakhir kali mendatangi ruangan ini.
Bahkan ketika Akashi mengetuk pintunya, sama seperti sebelumnya bahwa tak ada jawaban dari gadis itu. Mungkinkah [Name] sedang memakai earphone lagi? batin Akashi saat ia tidak juga mendapatkan jawaban dari gadis itu atas panggilan Akashi.
"Buka pintunya sekarang, [Name]!" seru Akashi seraya menggedor pintu dengan keras seakan ingin menghancurkannya.
Tak lama pintu terbuka, menampilkan sosok [Name] dalam keadaan tak biasa.
"Kau..." Akashi kehilangan kata-katanya saat ia melihat [Name] dengan penampilan kacau dan juga air muka yang datar. Terlebih dari itu pandangan gadis itu yang membuat Akashi tidak tahu harus berkata apa, pandangan seolah tak ada keinginan untuk hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Kill Me (Akashi Seijurou x Reader)
Fanfic"....Kalau begitu matilah. Dengan begitu aku akan berhenti membencimu," ucap Akashi tanpa beban, seakan yang ia katakan memang tidak ada artinya. Namun untuk [Name] satu kalimat itu membuat jantungnya seakan berhenti berdetak, napasnya tercekat. Ia...