"Sekarang aku tahu rasanya
Bagaimana perasaan melindungi
Kebodohan yang tidak pernah kusadari
Bahwa kau hanya mencari tempat aman."
Akashi terus berlari secepat yang kakinya bisa, tak peduli dengan para perawat atau orang sekitar yang menegur Akashi dengan kelakuannya di rumah sakit tersebut.
Pria itu langsung berlari, meninggalkan pekerjaannya ketika mendapatkan telepon dari Shintarou tentang keadaan [Name] yang tiba-tiba tidak stabil hingga harus disuntik obat penenang. Pikiran pria itu benar-benar kalut, seakan ada sebuah ketakutan besar setiap kali ia mendengar sesuatu terjadi pada tunangannya itu.
BRAK!
Dengan kasar Akashi membuka pintu ruangan tempat [Name] dirawat. Wajah pria berambut merah itu benar-benar terlihat panik dan ketakutan. Peluh sudah meluncur di kedua pelisis, bersamaan dengan napasnya yang tak beraturan.
Namun semua perasaan yang pria itu rasakan langsung surut seketika saat ia melihat tuangannya duduk di atas tempat tidur dan sedang mengunyah makanan. Senyum kecil terulas di wajah Akashi sebagai ekspresi lega ketika ia melihat [Name] yang menatapnya kebingungan.
"Akashi, kau lari," kata Shintarou yang menjelaskan keadaan Akashi sekarang.
Pria berambut merah yang masih mengenakan jas kerjanya itu tak menjawab ucapan Shintarou. Ia justru berjalan secepat mungkin ke tempat [Name] dan memeluk tunangannya itu dengan erat.
"Bagaimana keadaanmu? Kudengar sesuatu terjadi padamu," tanya Akashi pada [Name] dengan napas yang masih ngos-ngosan.
Gadis itu terkejut dengan sikap Akashi. Ia bahkan bisa merasakan Akashi benar-benar panik dan takut. Cara Akashi memeluknya membuat [Name] seperti tidak percaya kalau pria itu adalah tunangannya yang kasar dan egois.
Mata Akashi melebar, terkejut ketika ia merasakan pelukan balasan dari [Name]. Rasanya yang dihibur bukanlah gadis itu melainkan Akashi sekarang. Bisa Akashi rasakan tangan [Name] menepuk-nepuk punggung Akashi untuk menenangkan pria itu. Ah, pria yang memiliki harga diri tinggi itu semakin mengeratkan pelukannya, menahan diri untuk tidak bersikap cengeng terutama ada Shintarou di ruangan ini.
"Kau sedang makan, kan? Maaf aku mengganggu acara makanmu," kata Akashi seraya melepaskan pelukannya, mengulas senyum untuk tunangannya ini.
"Kau juga jangan lupa makan. Kuperhatikan kau jarang sekali makan, kau terlihat kurus," sahut [Name] yang justru mengejutkan Akashi, terutama senyum yang kembali merekah di wajah [Name] ketika bicara dengan Akashi.
Akashi menoleh ke arah Shintarou, menginginkan penjelasan tentang keadan [Name] yang tiba-tiba membaik drastis seperti ini.
"Duduklah, kau juga perlu menenangkan pikiranmu," suruh Shintarou.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Kill Me (Akashi Seijurou x Reader)
Fiksi Penggemar"....Kalau begitu matilah. Dengan begitu aku akan berhenti membencimu," ucap Akashi tanpa beban, seakan yang ia katakan memang tidak ada artinya. Namun untuk [Name] satu kalimat itu membuat jantungnya seakan berhenti berdetak, napasnya tercekat. Ia...