"Kau dulu tersenyum hangat
Kau dulu tertawa lepas
Seperti dendalion yang tertiup angin
Kemana semua itu pergi?"
Pandangan [Name] tak henti menatap ke luar mobil. Pemandangan di luar sana terlihat cukup menyegarkan gadis itu. Sudah dua minggu lebih gadis itu mengurung diri di kamar untuk menghasilkan lukisan yang kakeknya minta, beruntung setidaknya gadis itu menyelesaikan satu untuk perlombaan.
[Name] dibuat terkejut dengan undangan Akashi yang mengajaknya berlibur. Tentu saja hal tersebut bukan keinginan dari hati pria berambut merah tersebut.
"Aku akan berlibur dengan teman-temanku, dan ayah yang tahu rencanaku memintaku untuk membawamu liburan. Dia juga tahu kalau kau dua minggu ini mengurung diri di kamar. Jadi sebaiknya kau ikut agar ayah tidak memarahiku lagi karena ulahmu. Kita akan pergi lusa, jadi bersiap-siaplah," ujar Akashi yang bahkan telah melenggang pergi tanpa sempat menunggu jawaban dari gadis itu.
Helaan napas terdengar dari mulut [Name] saat ia teringat ucapan tunangannya itu. Jujur saja ia tidak ingin datang liburan dengan Akashi. Jika bukan karena pria itu akan mendapat masalah dari ayahnya jika [Name] tidak ikut, pastilah gadis itu lebih senang mengurung dirinya sendiri di kamar. Toh, masih ada beberapa lukisan yang harus ia selesaikan.
Mobil yang telah meninggalkan Tokyo sejak dua jam lalu, kini akhirnya berhenti di sebuah villa besar. [Name] sempat membaca papan jalan tadi kalau dirinya dan Akashi saat ini sedang ada di Minagawa.
Akashi yang turun dari mobil langsung berjalan masuk ke villa tanpa berbasa-basi dengan [Name] yang masih berada di dalam mobil.
Beruntung supir dari kediaman Akashi yang mengendari mobil mereka itu berbaik hati mau membawakan barang-barang gadis itu dan memandu [Name].
[Name] memutuskan untuk memakai kamar yang ada di lantai bawah dekat halaman samping. Seperti biasa, sebisa mungkin [Name] menjaga jaraknya dari Akashi. Tak ingin membuat keributan atau masalah apa pun dengan tunangannya yang dingin itu.
Setelah membereskan barang-barang dan kamar yang akan di tempati, [Name] pergi ke dapur. Ia merasa lapar setelah perjalanan panjang, terlebih ia tidak sarapan pagi tadi. Namun sayangnya ia tidak menemukan apa pun yang bisa di masak atau di makan di dapur. Sepertinya para pelayan yang mengurus rumah ini hanya membersihkannya saja dan lupa untuk mengisi dapur dengan makanan.
Sayup-sayup terdengar banyak suara dari ruang depan. [Name] sepertinya lupa kalau liburan ini merupakan liburan sekaligus reuni dengan teman-teman Akashi. Ia bahkan lupa kalau kakak [Name] juga salah satu dari teman Akashi yang datang hari ini.
"[Name]-chi?! Jadi benar kau juga datang!" seru pria berambut pirang yang terlihat semakin tampan dengan beranjaknya usia pria tersebut.
"Kise-san?" Senyum indah terulas di wajah gadis itu ketika ia melihat pria yang cukup ia idolakan sebagai model majalah itu datang menghampirinya. Bahkan gadis itu selalu membeli majalah dimana Kise sebagai modelnya. Terlebih dari itu, [Name] menyukai sosok Kise yang begitu bersahabat dan penuh semangat.
"Aitakata, apa kabarmu? Kau semakin cantik saja!" Kise secepatnya berlari ke arah [Name], dan mengangkat gadis itu ke udara layaknya anak kecil. Pria itu sepertinya terlalu bahagia bertemu dengan adik dari teman baiknya itu.
"Ki-Kise-san, turunkan aku," pinta [Name] yang terkejut dengan sikap Kise.
Kise menuruti ucapan dari [Name], memamerkan senyum pertanda kalau ia benar-benar senang bertemu dengan [Name]. Karena bagaimana pun mereka selalu satu sekolah sejak SMP hingga berada di Universitas ini. Namun karena perbedaan jurusan dan juga kesibukan keduanya, mereka jarang sekali bertemu.
"Kau lebih kurus dari terakhir kali bertemu. Apa kau sedang sakit, [Name]-chi?" tanya Kise mendekatkan wajahnya dengan wajah [Name], memerhatikan gadis itu dengan seksama untuk melihat perubahan kentara pada diri [Name].
"Aku hanya tidak napsu makan akhir-akhir ini," jawab [Name] tak sepenuhnya berbohong.
"Pastikan kau makan yang banyak dan tetaplah sehat, [Name]-chi," ucap Kise seraya menepuk pucuk kepala [Name] dengan lembut.
Sebuah senyum terulas di wajah [Name]. Ada perasaan bahagia saat ada seseorang yang memerhatikannya dengan tulus seperti ini. Dari dulu Kise memang selalu seperti ini kepada gadis itu, bersikap lembut dan perhatian.
"Kise? Sedang apa kau di sini? Yang lain mencarimu, seharusnya kau tidak berkeliar-"
Mata [Name] dan Kise serentak mengarah ke sumber suara yang datang dari ruang depan. Keduanya sangat mengenal dengan baik suara tersebut.
"Midorima-chi? Aku sedang menyapa [Name]-chi," sahut Kise tanpa membuang keceriaan dari parasnya.
Pandangan Midorima tertuju pada gadis yang ada di samping Kise. Tatapan tak acuh terlihat jelas dari matanya, seolah ia tidak senang saat tahu kalau adiknya ikut dalam liburan ini.
"Cepatlah ke ruang depan nanodayo," perintah Midorima yang kemudian langsung melenggang pergi meninggalkan dapur.
Kise melihat ke arah [Name] yang tampak tak nyaman. Gadis itu tidak melihat ke arah sang kakak, terlihat jelas kalau ia menghindari bertemu pandang dengan Shintarou. Kise tidak perlu bertanya, ia tahu dengan jelas bagaimana hubungan [Name] dan kakaknya. Hal itulah yang membuat Kise bersikap lembut pada gadis yang satu tahun lebih muda darinya itu. Kise hanya tidak tega melihat [Name] yang selalu diabaikan sang kakak dan juga keluarga.
"Cepatlah ke tempat mereka," suruh [Name] pada Kise.
"Kau juga harus ikut kalau begitu." Kise menarik tangan [Name], mengajak gadis itu untuk berkumpul bersama teman-temannya yang lain.
"Ti-tidak, Kise-san," [Name] menahan tarikan tangan Kise. "Aku harus belanja bahan makanan. Tidak ada apa pun di dapur untuk bisa dimakan," kata [Name].
Kise menimbang-nimbang kemudian berkata, "Kalau begitu aku temani ssu."
"Hah? Tidak perlu, aku bisa sendiri. Bukankah kau tadi dipanggil untuk berkumpul," tolak [Name] sesopan mungkin. Ia hanya tidak ingin berada satu ruangan dengan Akashi maupun Shintarou.
"Aku akan menemanimu saja. Bagaimana mungkin aku membiarkanmu belanja seorang diri. Kuyakin kau pasti akan membutuhkan bantuan untuk membawa belanjaanmu," alasan Kise yang membuat [Name] tidak bisa membantah.
Senyum Kise merekah sempurna, membuat pria yang merupakan seorang model majalah tersebut terlihat lebih tampan.
Dan tanpa [Name] sadari, mata Kise selalu tertuju pada gadis itu. Pandangan hangat yang tak pernah [Name] sadari telah Kise berikan untuk gadis itu sejak mereka SMP.
To be continue...
Note!
Akashi kok nyebelin ya ˋ 3ˊ)/
#dilempargunting
Σ( ° △ °|||)︴Dah mending [Name] sama Kise aja jangan sama setan merah (~_~メ)
Akashi: Kau sepertinya bosan hidup ya *dateng dengan aura gelap sambil bawa gunting*
Nooooo..... (;'༎ຶД༎ຶ')
Nggak gitu nggak gitu kok Akashi#kabur
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Kill Me (Akashi Seijurou x Reader)
Fanfic"....Kalau begitu matilah. Dengan begitu aku akan berhenti membencimu," ucap Akashi tanpa beban, seakan yang ia katakan memang tidak ada artinya. Namun untuk [Name] satu kalimat itu membuat jantungnya seakan berhenti berdetak, napasnya tercekat. Ia...