"Semakin berharap sebuah kebahagiaan
Maka semakin dalam luka yang dipendam
Karena itu
Aku menyerah akan dirimu."
Liburan kali ini sedikit lebih menyenangkan untuk [Name]. Ada tawa dan senyum ceria dari gadis itu selama dua hari ini. Walau hubungan gadis itu dengan kakak dan juga tunangannya tidak baik, namun tidak dengan Kise dan yang lainnya. Tak ada dari mereka yang menghindari atau mengabaikan [Name], justru sebaliknya.
"[Name]-chan? Tidak berenang?"
Wajah gadis itu mendongak, melihat siapa yang bicara padanya ketika ia asyik menggambar di tempat yang teduh, di bawah payung pantai.
"Tidak. Aku lebih suka seperti ini, Kuroko-san," jawab [Name] dengan senyum lembut. Ia memang tidak suka dengan berbagai kegiatan yang menguras tenaga seperti berenang. Ia lebih suka bersantai di bibir pantai sambil melihat teman-temannya berlarian.
Senyum yang sama juga merekah di wajah Kuroko, kemudian duduk di samping [Name]. Toh mereka berdua nyaris memiliki sifat yang sama. Keduanya sama-sama seperti sutra yang halus—lembut. Mungkin sejak Kuroko menjadi mahasiswa ia tidak lagi menghabiskan waktunya dengan sesuatu yang melelahkan seperti dulu. Ingatkan Kuroko kalau ia pemain basket handal ketika SMP hingga SMA. Namun sekarang ia tidak lagi mendalami olahraga itu, karena ia memiliki mimpi yang lain untuk diraih.
"Kulihat hubunganmu dengan Akashi-kun dan Midorima-kun tidak baik. Kupikir setelah bertahun-tahun kau dan kakakmu akan lebih baik, justru aku terkejut karena Akashi-kun juga kini seperti tidak suka denganmu," Kuroko bertanya dengan pandangan yang berusaha membaca pikiran adik dari teman dekatnya itu.
"Aku sendiri tidak tahu kenapa mereka membenciku, Kuroko-san. Padahal aku sudah menjadi gadis baik dan patuh, tapi sepertinya orang-orang di sekitarku justru semakin mengabaikanku seiring aku bertambah dewasa. Terkadang aku juga ingin bertanya alasan kenapa kakakku tidak menyukaiku. Jika Akashi aku mengerti, karena bagaimana pun tidak ada yang suka jika harus bertunangan apalagi sampai menikah dengan orang yang tidak dicinta," [Name] menjawab dengan nada yang semakin lama semakin pelan.
Kuroko bisa menangkap kesedihan yang kental di wajah gadis itu. Jujur saja Kuroko juga penasaran kenapa Midorima dan juga Akashi sebegitu tidak sukanya dengan [Name]. Walau jarang beinteraksi dengan [Name], tapi Kuroko tahu kalau tidak ada gadis selembut dan sesabar gadis itu.
"Kau terlihat begitu menderita, [Name]-chan," tutur Kuroko yang benar-benar membuat gadis itu tersentak kaget.
[Name] menatap Kuroko, tak percaya kalau pria itu bisa melihat jauh ke dalam diri [Name].
"Kenapa kau tidak melawan saja? Tidak baik jika kau terus mengikuti arus yang justru menyakitimu, [Name]-chan. Aku bisa melihatmu seperti porselen yang semakin hari semakin rapuh. Kau terlihat begitu kokoh, tapi bagiku kau akan hancur kapan saja," nada Kuroko terdengar cemas. Pria ini sama dengan Kise, telah melihat kehidupan [Name] yang keras dalam keluarganya. Kuroko bahkan selalu merasa khawatir pada gadis itu. Ia tahu dengan jelas apa yang [Name] sembunyikan di balik senyum indahnya itu.
"Aku sudah pernah mencoba melawan. Aku pernah berteriak ingin bebas dari belenggu nama keluarga. Aku juga pernah melarikan diri. Tapi tidak pernah berhasil. Saat aku melawan dan ingin menentukan jalan hidupku sendiri, kakekku justru memukuliku dan mengurungku di gudang selama sebulan. Aku hanya keluar untuk ke kamar kecil. Aku menghabiskan satu bulan dalam gudang gelap dan berdebu. Hanya dengan meningatnya saja aku ingin muntah.
Aku pernah mencoba melarikan diri, pergi dari ke luar kota. Tapi kakekku kembali datang dan menyeretku pulang. Ia bahkan menghancurkan usaha orang tua temanku tempat aku tinggal selama tiga hari. Aku sudah mencoba, Kuroko-san. Sudah berkali-kali aku mencoba, tapi selalu berakhir sama. Aku bukannya tidak ingin melawan, tapi aku tidak ada kuasa untuk melawan. Aku hanya boneka yang dimainkan kakekku demi nama keluarga," cerita [Name] dengan wajah frustrasi, lelah dengan masa lalu yang ia ceritakan saat ini.
Kuroko terdiam. Gadis itu memang sering bicara tentang masalahnya pada Kuroko saat SMP atau pun di waktu mereka bertemu. Tapi ini pertama kalinya ia melihat ekspresi [Name] seperti ini. Seolah gadis itu telah menyerah terhadap hidup dan tak berniat lagi melanjutkannya.
Mengejutkan untuk [Name] ketika tak ada air mata yang keluar ketika ia menceritakan kenangan kelamnya itu pada Kuroko. Lihatlah, [Name] bahkan tidak tahu lagi caranya menangis sekarang.
"[Name]-chan?" panggil Kuroko, memegang kedua pundak kecil [Name] agar gadis itu melihat Kuroko secara langsung. Pandangan Kuroko terlihat sangat serius sekarang. "Kumohon, tidak peduli seberat apa hidup yang kau jalani. Kumohon, tetaplah hidup. Tetaplah hidup walau kau tidak ingin melanjutkannya," lanjut Kuroko.
Bisa [Name] lihat kecemasan di wajah Kuroko. [Name] pernah berharap bahkan saat ini juga kalau Kuroko adalah kakaknya. Betapa bahagianya [Name] jika ia mendapatkan kakak yang penuh perhatian seperti Kuroko.
Senyum [Name] merekah, walau terlihat lirih namun juga ada kebahagiaan di dalamnya. "Akan kuusahakan," janjinya.
"Oi, apa yang kalian lakukan?" suara tak asing terdengar oleh mereka berdua. "Kau tidak sedang menggoda [Name], kan, Tetsu?"
"Aomine-kun, berhenti bicara yang tidak-tidak," sahut Kuroko sedikit kesal dengan ungkapan pria berkulihat tan tersebut yang sembarangan.
"Aku hanya bercanda, tidak perlu memasang wajah menyeramkan seperti itu," kata Aomine yang sepertinya sadar kalau leluconnya berlebihan.
"Lagipula kenapa kalian berdua justru hanya duduk dan berteduh saat di pantai seperti ini. Kita sedang liburan setidaknya bersikaplah seperti orang yang sedang liburan," komentar Aomine.
"Tetsu-kun?! [Name]-chan?! Ayo berenang!" suara perempuan yang jelas sekali adalah milik Satsuki terdengar menuju ke arah mereka.
[Name] bergidik saat melihat kedatangan Satsuki. Gadis berambut merah muda itu bagaimana pun caranya pasti akan menyeret [Name] untuk berenang dan bermain bersama-sama. Dan [Name] tidak ingin bergerak atau melakukan hal melelahkan apa pun sekarang ini.
"Kurasa aku akan kembali ke villa saja," ujar [Name] yang merangkak untuk segera melarikan diri dari antusias seorang Satsuki.
"Iie, kau akan ikut bersama kami," ucap Aomine dan Kuroko bersamaan sambil menahan tangan gadis itu.
[Name] menengguk ludah karena panik. Mungkin malam ini ia akan tidur lebih cepat karena kelelahan menghadapi Satsuki dan kawan-kawannya bermain di pantai.
To be continue....
Note!
Holaaa ヽ('▽`)/
Update cepet hari iniKayaknya kalau fanfic KnB, Kuroko gx muncul itu ada yang kurang aja ya.
Sekalinya muncul dah jadi protagonis baik hati (❁'▽'❁)Dah kakaknya [Name] Kuroko aja jangan si wortel (゚∀゚)☞
#ditabokmidorimaBay bay di chapter selanjutnya
(*'▽`)ノノ
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Kill Me (Akashi Seijurou x Reader)
Fanfiction"....Kalau begitu matilah. Dengan begitu aku akan berhenti membencimu," ucap Akashi tanpa beban, seakan yang ia katakan memang tidak ada artinya. Namun untuk [Name] satu kalimat itu membuat jantungnya seakan berhenti berdetak, napasnya tercekat. Ia...