SEPULUH

114 19 17
                                    

Kadang keceriaan itu kita dapat di luar rumah. Bukan di tengah keluarga yang hanya mementingkan dirinya masing-masing.

--
🌼Happy reading 🌼

● 《《《 ♡♡♡ 》》》 ●

"Aku pengen mati."

Kata kata itu sontak membuat Aleta kaget bukan main. Ia terdiam di tempatnya mematung mendengar ucapan Jay barusan.

Tapi setelah itu ia berusaha tenang dan memberikan senyum tipis kepada adiknya ia meminta Jay untuk mengatakan hal apa yang sangat ia benci.

"Coba deh kamu jelasin ke kakak kenapa kamu pengen pengen mati," pinta Aleta.

Jay meluapkan segala resa kesalnya pada Aleta" aku gasuka selalu dikekang buat belajar, aku juga nggak suka dipaksa buat selalu sama kayak papa dan hal yang paling buat aku kesal, kenapa kakak ngga pernah di tuntut buat nerusin perusahaan papa? Kenapa aku? Kenapa bukan kakak."

"Itu masalah yang bikin kamu pengen mati?," Tanya si sulung

"Bukan itu aja, aku rasanya ngga bebas saat dirumah padahal itu rumah aku sendiri waktu sampai rumah aku kayak merasa tersiksa sama papa yang ngekang aku untuk banyak hal, papa selalu aja membatasi waktu aku bermain padahal aku butuh hiburan." sambung Jay lagi dengan nada berapi api.

"Udah?," Jay mengangguk.

Aleta membenarkan posisi duduknya dan menatap kedua mata adiknya penuh perhatian "kakak pernah baca kata kata ini."

Aleta berbicara dan mengatakan hal yang pernah ia baca sebelumnya"coba deh kamu bayangin kamu pergi ke tengah laut terus nyebur kedalam dasarnya, pasti kamu tenggelam dan berusaha buat berenang kan?."

"Tapi aku bisa berenang," elak Jay.

"Bukan gitu, andaikan kamu ga bisa berenang dan tenggelam." kata Aleta sedikit jengkel lalu menekan kata andaikan.

"Terus?" Tanya Jay penasaran.

"Nah disaat kamu tenggelam itu kamu sekuat tenaga berusaha untuk berenang dan keluar dari air karena kamu ingin selamat, dan intinya adalah kamu sebenernya nggak mau mati tetapi hanya ingin menghilangkan masalah kamu kan?."

Jay diam menyimak omongan Aleta.

"Kamu pikir setelah kamu mati masalah selesai? Nggak, yang ada kamu cuma menyesal Jay, dan ya masalah belajar dan perusahaan."

"Sebagai anak dan murid tugas kita memang belajar tapi kalau capek ya istirahat dong jangan dipaksa, mama sama papa ada nuntut kamu buat rangking di kelas? Nggak kan, terus masalah perusahaan? Kenapa bukan aku? Ya karena cuma kamu anak laki laki kebanggaan papa Jay, cuma kamu yang papa percaya buat nerusin perusahaan nya. Dan satu lagi papa emang ga pernah nuntut kakak buat nerusin perusahaan nya atau pinter tapi kakak berusaha menjadi anak yang terbaik untuk mereka dan buat mereka bahagia, mereka emang ga pernah minta tapi kakak sendiri yang ingin berusaha karena apa? Orang tua mereka hanya ingin yang terbaik untuk anak mereka dan anaknya ingin membahagiakan kedua orangtuanya terlebih lagi anak pertama yang biasanya menjadi harapan keluarga."

"Masalah main nih yang terakhir kamu boleh kok main kemana aja sama siapa aja asalkan kamu bisa mengontrol dan membagi waktu kamu, kapan kamu harus belajar, kapan kamu harus main. Masalah teman juga silahkan berteman dengan siapa aja asalkan nggak ngikutin kegiatan yang negatif nya, main ya main aja sama anak geng motor anak yang suka tawuran terserah itu hak kamu tapi balik lagi ke ke kamunya kalau ketangkep polisi emang kamu mau masa depan kamu hancur hanya karena hal begitu?" Jay menggeleng lemah ia menundukkan kepalanya.

Aleta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang