DUA PULUH TUJUH

60 6 19
                                    

Bila kau butuh telinga
Tuk mendengar
Bahu tuk bersandar
Raga tuk berlindung

Pasti kau temukan aku
Di garis terdepan.

🌼Happy Reading🌼

●《《《 ♡♡♡ 》》》●

Setiap hari gadis berusia dua puluhan itu selalu di jaga dan di pantau oleh kedua laki laki yang selalu menjaganya. Mereka berdua tidak pernah absen untuk mengingatkan obat yang harus di konsumsi untuk kesembuhan gadis itu.

Gadis berusia dua puluh tahun itu duduk di balkon, sedang memperhatikan bulan yang bersinar dari atas sana. Dirinya berbicara pada sang bulan bahwa ia merindukan sosok kakek dan neneknya.

"Bulan, nenek sama kakek lagi apa ya?." Ia berbicara sembari memperhatikan rembulan.

"Aleta kangen mereka," ucapnya sendu.

ponselnya berdering membuyarkan tatapan Aleta pada bulan yang bersinar amat terang, tertera nama bang Raka disana. Ia lantas mengangkatnya dan duduk kembali di kursi,

"Udah di minum kok obatnya" katanya dan menyenderkan punggungnya pada senderan kursi.

"Iya tau,"

"Terus ngapain nelfon kalo gitu?"

"Sini kerumah, ada anak anak nih. lo diliatin yang lain karena ngobrol sendiri di balkon kamar lo."

"Woii Aleta, ngobrol sama siapa deh lo" sambar haekal

"Tau nih bocah ngomong sendiri, serem amat" itu suara Rendy

"Lagi ngobrol sama Alien ya ta?" Dan itu adalah kak Jio, Aleta hafal dengan laki laki yang satu itu.

"Udah buruan kesini, kesian ngeliat lo ngomong sendiri begitu."

Telfon terputus.

Namun pada akhirnya gadis itu turun dan berjalan ke rumah depan sambil menenteng ponsel di tangan kanan nya. Ia duduk di sebelah Raka yang memangku gitar.

"Narez kapan pulang ta?," tanya Jonathan yang baru keluar dari dalam rumah

"Bulan ini sih katanya" jawab gadis itu.

"Katanya" ledek haekal, Aleta mendelik malas meladeni orang di depan nya.

"Ribut dong, biasanya baku hantam," usul Kevin.

"Sesat lo, anjir" Rendy memukul muka putih Kevin menggunakan bantal kursi. Yang lainnya tergelak terutama bang Raka.

"Eh, pacar gue gimana kabarnya?." Haekal bertanya serius.

"Tanya aja sendiri ma orangnya."

"Lagi ngambek dia ma gue." Laki laki dengan kulit kecoklatan itu memasang wajah memelas.

"Jijik gue liat muka lo," Rendy berkata.

"Ya ngapain juga lo ngeliatin muka gue" balas Haekal sinis.

Aleta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang