DUA PULUH DELAPAN

60 5 18
                                    

🌼Happy Reading🌼

●《《《 ♡♡♡ 》》》●

Gadis dengan rambut panjang itu berjalan tak menentu arah, di sekelilingnya banyak bunga. Ia merasa dirinya seperti di taman bunga, tempat yang tenang tanpa ada satu orang pun, dan hanya ada dirinya sendiri. Ia berlari tanpa alas kaki, mengabaikan telapak kakinya yang berdarah terkena duri.

Ia terhenti di bawah pohon rindang dan duduk dibawahnya, lalu matanya menangkap sosok yang selama ini ingin ia temui, sosok yang selalu ia rindukan setiap harinya. Laki laki tua itu merentangkan tangannya, memeluk sang cucu dengan senyuman lebarnya.

"Kakek, aku kangen." Ucap gadis itu bahagia, sambil mendekap kakeknya.

"Kakek juga nak."

"Bawa aku kesana, aku pengen ikut kakek." Gadis itu berkata dengan suara parau.

"Belum, belum saatnya." Kata kakek lembut dan mengelus rambut cucunya.

"Kapan? Mama udah nggak mau liat aku lagi." Gadis itu mengadu pada ayah mamanya. Ia menangis.

"Akan ada saatnya nak, tunggu saja."

"Jangan menangis nak, jangan sedih, kalo kamu sedih kakek juga sedih, coba mana senyumnya, semangatnya mana?, kakek kangen liat kamu senyum nak, semangat ya nak. Kamu cucu kakek yang hebat dan kuat, kakek selalu ada buat kamu walaupun tidak terlihat, kalau ada apa apa kamu cerita sama tuhan ya, nanti tuhan sampaikan ke kakek, semangat ya, cucu kakek yang hebat."

Setelah itu sosok itu lenyap, meninggalkan dirinya sendiri di bawah pohon itu, gadis itu meraung memanggil nama kakeknya.

"Kakek!" teriaknya saat terbangun dari mimpinya barusan.

"Aleta" panggil papanya terdengar khawatir. Aleta menoleh pada papanya.

"Kamu kenapa?"

"Aku mimpi kakek." Harry mengelus rambut anaknya dan menyuruhnya untuk mandi dan sarapan.

"Pa, mama masih marah?" Harry tidak menjawab, ia hanya memberikan senyum tipis sebelum pergi ke bawah. Gadis itu membuang nafas lelah, sejenak ia melupakan bahwa teman temannya akan datang untuk menginap.

Aleta turun kebawah sehabis mandi, dan duduk di meja makan. Rasanya sesak saat mamanya menghindar darinya dan memilih pergi dari ruang makan, papanya mengatakan tidak apa apa dan menyuruhnya untuk tidak memikirkan hal itu.

"Aleta" suara Tara memanggil dari luar rumah, di susul dengan Neira. Aleta langsung gesit berlari keluar rumahnya dan memeluk kedua sahabatnya.

"Gue kangen banget sama kalian." Ujarnya dengan riang

"Iya, lepas dulu ta, sesak nih nafas gue." Neira memukul tangan Aleta

"Ta, lo nggak lupa kan hari ini kita mau nginep." tanya Tara memastikan.

"Lupa sih tadi hehehe" gadis itu tertawa kecil.

"Emm gais, g-" ucapannya terputus tat kala sang mama meneriaki namanya, Tara dan Neira yang ada disana terkejut mendengarnya.

"Kenapa lagi mama lo?." Nada bicara Tara tak bersahabat, dari dulu sejak SMP hingga sekarang ia hafal sekali dengan kondisi keluarga ini.

Aleta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang