🌼Happy Reading🌼
●《《《 ♡♡♡ 》》》●
Aleta langsung diantar pulang oleh Narez setelah kemoterapi itu selesai. Keduanya diam saja sedari tadi, Narez juga belum membuka suara untuk membicarakan hal yang harus ia sampaikan pada Aleta.
Melihat kondisi Aleta yang lemah Narez jadi urung mengatakannya, sesampainya di depan rumah Narez langsung sigap membukakan pintu mobil untuk Aleta dan mengantarkan nya masuk kerumah sampai di depan pintu rumah yang bercorak putih itu Aleta menyuruh Narez untuk segera pulang karena sebentar lagi terdengar adzan Maghrib.
"Pulang deh kak udah mau adzan, gue bisa sendiri kok masuk kedalem" tolak Aleta ketika Narez menuntunnya untuk masuk kerumah.
"Lebay lu rumah cuma beda lima langkah doang loncat juga bisa tuh dari tembok," Aleta memutar bola matanya malas menanggapi ucapan Narez barusan. Aleta orang yang keras kepala dan Narez juga sama keduanya enggan saling mengalah satu sama lain sehingga sering menimbulkan perdebatan walaupun hanya sekedar masalah kecil, seperti sekarang contohnya.
"Udah sih kak gue bisa jalan sendiri kali" Aleta menepis tangan Narez yang hendak membantunya.
Bukan nya ia tidak mau dibantu hanya saja Aleta merasa akhir akhir ini ia sering merepotkan lelaki disebelahnya ini, yang selalu sigap membantu dan selalu berada di sisinya saat ia butuh.
"Apaan liat tuh jalan lu miring miring gitu kek orang mabok," protes Narez.
"Iss, ngga udah sana lu di liat tetangga ntar dikira ntar ngapain coba berduaan dirumah."
"Ck bandel banget sih."
"Udah sana sana," Aleta mengusir Narez keluar rumah nya lelaki yang didorong Aleta pasrah saja namun saat Aleta ingin menutup pintu rumah Narez menahan nya.
"Kenapa lagi sih kak?."
"Kalo kenapa kenapa bilang terus kalo butuh sesuatu langsung telfon," setelah itu Narez pergi meninggalkan Aleta yang masih berdiri dibelakang pintu.
Bibir gadis itu terukir seperti bulan sabit ia menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya "kak bisa sih lu tuh nggak buat gue deg deg an gituloh."
"Ngomong tuh depan orang nya beraninya kok dibelakang" sindir Reni yang sedang membuka kulkas mengambil susu putih yang berada di lemari es.
"Eh?" Aleta kaget melihat adiknya itu sudah berada dirumah.
"Reni" panggilnya namun sang adik tak menoleh dan langsung berlari keatas dan menutup pintu kamarnya dengan kencang.
"Kenapa sih? Pms kali ya?."
Aleta mengunci pintu papa dan mamanya tidak pulang karena menginap dirumah sakit. Aleta naik ke lantai atas merebahkan dirinya sebentar lalu merapikan kamar nya yang sempat berantakan karena ulahnya tadi setelah itu pergi ke lemari mengambil baju dan mandi.
Lima belas menit setelah nya ia duduk didepan cermin menatapi dirinya yang wajahnya selalu terlihat pucat dan juga rambutnya yang selalu saja rontok tapi ia masih bisa tersenyum.
Ia bangkit kembali dari hatinya yang rapuh kini mulai terbangun kembali karena dukungan dari teman teman dan juga keluarganya untuk menghadapi penyakitnya ia percaya suatu saat nanti ia akan sembuh dan bisa melanjutkan aktivitas nya seperti sediakala.
Setelah memakai skincare rutin ia duduk dibalkon kamarnya menatapi sinar bulan dari atas sana, balkon adalah tempat favoritnya bersama kakeknya mereka sering bercerita dan membicarakan banyak hal sampai Aleta sangat menganggumi sosok kakeknya itu yang lembut dan tak pernah marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleta
Teen Fiction"Bulan, Aku nggak pernah ditakdirkan buat merasa bahagia ya?"