DUA PULUH ENAM

60 7 0
                                    

🌼happy reading🌼

●《《《 ♡♡♡ 》》》●


Pukul 05.00 pagi Aleta sudah siap dengan training dan juga jaket abu abunya untuk menghirup udara pagi di taman. Ia meraih earphone dan ponselnya lalu pergi ke bawah dan mengunci pintu.

Sekitar lima menit berjalan, dirinya sampai di taman. Langit masih gelap, Aleta berjalan jalan disekitaran taman yang langsung menghadap ke danau. Di pinggiran danau itu terletak pagar pembatas, mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan dikala taman sedang ramai.

Beberapa orang terlihat sedang lari pagi, ada juga yang duduk hanya untuk menikmati udara pagi. Beberapa street food sudah buka dan menyiapkan jajanan atau sarapan untuk orang di sekitar taman.

Dua puluh menit ia berjalan, badannya sudah sangat lemas. Aleta duduk pada salah satu bangku taman lalu menetralkan nafasnya. Ia lupa membawa minum dan sekarang dirinya kehausan. Gadis itu mengeluarkan earphone yang ada di dalam saku jaketnya lalu memakainya, ia membiarkan lagu itu mengalun pada telinganya. Sementara itu matanya tertutup, mengabaikan orang yang berlalu lalang.

Saat hampir saja tertidur di kursi taman, Aleta merasa seseorang duduk disebelahnya. Dengan cepat ia membuka mata dan mendapati Raka sedang menatapi danau di depan mereka.

"Loh bang Raka?." Kejutnya membuat laki laki disebelahnya itu tersenyum kecil.

"Biasa aja mukanya, kayak ngeliat setan aja" kata Raka mengambil air minum dan memberikannya pada Aleta.

"Buat gue?," tanyanya sambil menunjuk dirinya.

"Menurut lo buat siapa lagi?." Aleta menerimanya dan mengucapkan terimakasih, lalu meminumnya karena merasa sangat haus.

"Tumben pagi pagi udah di taman? Joging?." Laki laki dengan kaos bewarna biru dongker bertanya.

"Nikmatin udara pagi lah," jawabnya dan menyenderkan kembali punggungnya pada kursi taman bercat putih tersebut.

Hening beberapa saat.

"Hari ini jadwal check up rutin kan?." Tanya laki laki itu lagi. Aleta mengangguk mengiyakan,

"Ada yang kerasa sakit lagi nggak?"

"Gue pengen jawab nggak ada, tapi pasti abang nggak akan percaya" gadis itu tersenyum kecut.

Raka memberikan setengah senyum "lo tau, pastinya lo nggak akan bisa bohong dari gue kan."

Aleta mengedikan bahunya dan menatap danau di depannya dengan tenang. Dari tatapan matanya tersirat kesedihan.

"Jam berapa chek up nya?."

"Sepuluh" balasnya tanpa berpaling dari pemandangan di depannya.

Mereka berdua menyaksikan matahari terbit, Aleta menghangat melihatnya. Ia membuka kamera pada ponselnya dan memotret beberapa kali.

"Udah ah, mau pulang" ajak gadis itu dan berdiri dari bangku taman.

"Pulang kemana?."

Aleta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang