TIGA PULUH

101 7 20
                                    

🌼Happy Reading🌼

● 《《《 ♡♡♡ 》》》●

Aleta terbangun dengan sekujur tubuh yang benar benar lemas, matanya buram, kepalanya terasa pusing, bahkan ia lupa menaruh rambut palsunya dimana. Ia meraba ponselnya dan berjalan keluar kamar dengan berpegangan pada benda benda di sampignya.

Ia berjalan ke arah tangga dengan perlahan, perutnya terasa mual sampai di ujung tangga. Pertahananya hampir runtuh, ia menekan tombol panggilan darurat, Raka menambahkan kontaknya juga Rendy jika Aleta membutuhkan sesuatu.

Ia menekan salah satu nomor, dan panggilan terangkat.

"Bang, tolong..." suaranya pelan, lalu semuanya menjadi gelap setelah itu.

Di sebrang sana Rendy langsung berlari ke rumah sebelah, ia mendobrak pintu rumah Aleta. Dilihatnya gadis itu sudah pingsan dengan hidung yang di penuhi darah. Ia menggendong Aleta dengan cepat ke arah mobil sebelum ada orang lain yang melihat mereka.

Ia menghubungi nomor Raka, laki laki itu mengangkatnya dan Rendy langsung memberi tahu kondisi Aleta.

Sampai dirumah sakit, Rendy memanggil dokter. Aleta langsung ditangani saat itu juga, Raka baru datang langsung menemui Rendy, keduanya sama sama panik melihat kondisi Aleta yang drop parah. Baru beberapa hari yang lalu mereka melihat gadis itu tertawa bahagia dan sekarang?.

"Narez gimana, Ren?" Raka menatap cemas laki laki di sebelahnya.

"Belum tau apa apa."

"Kalau kita kasih tau dia gimana?."

"Jangan dulu."

"Sampai kapan?." Hening, mereka sama sama bingung sampai kapan mereka akan menutupi hal ini.

Keduanya lalu menunggu di kursi panjang rumah sakit, sembari menunggu dokter keluar dari ruangan. Selang beberapa menit dokter keluar dan mengatakan bahwa kondisi gadis itu benar benar sangat parah, Dokter bilang bahwa Aleta saat ini sedang koma. Kedua laki laki disana menghembuskan nafas kasar.

Raka yang pertama kali membuka ruangan itu, ia berjalan mendekati ranjang yang di tempati adiknya. Ia duduk di sebelah ranjang itu dan menatap sedih wajah yang biasanya selalu ceria itu.

"Bang, kalo abang ada apa apa cerita ke aku ya?."

"Kamu juga ya."

"Iya."

Kalimat itu terngiang ngiang di kepalanya sekarang, Raka menggenggam tangan yang di pasang selang infus itu.

"Katanya kalau ada apa apa pasti cerita, ini kenapa nggak pernah cerita sama sekali?."

"Sakit ya? Sakit banget pasti, aku nggak nyangka kamu bisa nutupin rasa sakit itu di depan kita semua. Kamu perempuan yang kuat di depan kita, tapi perempuan yang lemah kalau sendirian." Ia berbicara sendiri.

"Gue harus bilang apa ke mereka? gue seharusnya nggak pernah nurut omongan lo buat nggak kasih tau siapa siapa tentang ini, tapi kalo lo udah kayak gini, gue yang merasa bersalah."

"Cepet sembuh ya, jangan tidur terlalu lama. Gue takut." Rintihnya, lalu keluar dari ruangan itu.

Rendy memperhatikan perempuan itu dari kaca pintu, tak sanggup dirinya jika harus masuk kedalam. Ia hanya menatap sendu ke ranjang rumah sakit.

"Jangan sampai yang dulu terulang kembali."

Di lain sisi, Narez tampak kebingungan dan khawatir karena tidak ada respon atau balasan dari sang kekasih. Ia mencoba untuk menghubungi nomor gadisnya berulang kali namun nihil, gadisnya tak mengangkat.

Aleta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang