DUA PULUH TIGA

64 13 35
                                    

🌼Happy Reading🌼

●《《《 ♡♡♡ 》》》●

Langit pagi itu teramat cerah, udara nya juga terasa sejuk karena semalam turun hujan. Sepertinya siang ini akan sangat terik.

Aleta memasang sepatunya dan menyelempangkan tas pada bahunya, lalu ia turun ke bawah bersamaan dengan Jay yang baru keluar dari kamar.

"Bareng aja kak perginya" ajak laki laki yang lebih tinggi darinya, Aleta mengangguk mengiyakan.

"Aleta,Jay, sini sarapan dulu." panggil sang papa yang hendak duduk di kursi meja makan.

Keduanya menghampiri sang ayah dan juga ibu mereka yang sudah duduk duluan di kursi meja makan.

"Adik mu mana? Suruh kebawah," Aleta yang baru ingin duduk lantas berdiri kembali dan mengetuk pintu si bungsu dan menyuruhnya untuk sarapan ke bawah.

Semuanya sudah berkumpul di meja makan, pagi itu sarapan dengan tenang tanpa pertengkaran. Harry melirik si sulung sekilas mengkhawatirkan kondisinya karena hari ini mukanya masih sama pucatnya dengan hari kemarin.

"Kalo masih sakit nggak usah dipaksain buat ke kampus" ucap sang mama dengan nada dingin, tapi Aleta tersenyum mendengarnya.

"Nggak kok ma, Aleta sehat" ujarnya dengan senyum sumringah.

"Jangan ngerepotin orang kalo semisalnya kamu pingsan disana," ucap sang ibu lagi, Aleta masih tersenyum ia menganggap ibunya mengkhawatir kan nya.

"Ayo kak aku anter ke kampus" Jay hendak berdiri namun ditahan Aleta.

"Habisin dulu sarapan nya" Aleta berujar menyuruh adik laki lakinya untuk duduk kembali.

"Aku udah kenyang,"

"Kak Jay, anter aku ke sekolah dong" pinta Reni.

"Nggak bisa, aku mau nganter kakak" jawab laki laki itu dingin.

"Gapapa kamu anter Reni aja, kakak bisa pesen ojol."

"Yaudah biar papa aja yang anter kakak, Reni sama Jay" sang ayah menengahi, Reni sontak mendecih.

"Tapi aku mau sama papa juga." pinta gadis itu lagi, Jay yang melihatnya sampai jijik.

"Udah lo sama gue aja," kata aku kamu berubah menjadi lo gue karena Jay sudah terlanjur kesal dengan adiknya, adik? Rasanya ia ogah memanggil Reni adiknya. Karena ia tahu kebusukan dari Reni.

Jay lebih menyayangi kakaknya karena disaat ia jatuh kakaknya akan selalu ada untuk dia, selalu ada disaat dirinya sakit, selalu menghiburnya dikala ia sedih, dan menyelamatkan nyawanya disaat ia sudah lelah dengan hidupnya. Jika dibandingkan dengan Reni ia tidak tahu akan sekecewa apa saat kedua orang tua mereka tahu akan yang sebenarnya terjadi pada adiknya itu, gadis itu hanya menyusahkan nya, membuatnya marah, dan selalu merasa tersakiti padahal dia sendiri sering menyakiti kakak sulungnya.

"Jay, ngomongnya yang sopan" tegas sang ibu lalu mengambil piring kotor dan menaruhnya di westafel.

"Pa,ma, Aleta duluan ya," pamitnya kepada kedua orang tuanya.

"loh nggak jadi dianter papa?,"

"Nebeng sama bang Raka, Pa" jawab gadis itu lalu menyalimi kedua orangtuanya dan melambaikan tangan nya, tak lupa menjahili adik laki laki nya.

"Belajar yang bener, biar kaya" Aleta mengacak rambut Jay yang rapi namun sekarang sudah berantakan karena ulahnya.

"Kakak!!" Yang diteriaki hanya terkekeh lalu menghilang dibalik pintu.

Aleta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang