2. Maaf?

1.7K 147 2
                                    

Minho bangun dengan kepalanya yang terasa berat. Dia menoleh ke samping, tempat Jisung tidur, tapi istrinya itu sudah tidak ada.

"Gue mabuk lagi ya?" Tanya nya entah pada siapa.

Melihat pakaiannya yang masih sama seperti pakaian kerjanya kemarin, sepertinya Jisung tidak menggantinya. Tumben sekali, batin Minho.

Minho bangkit dan membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Dia sempat memuntahkan isi perutnya juga.

Sudah biasa, itu memang akan terjadi jika semalam dia minum terlalu banyak. Yang Minho ingat, semalam Changbin mengajaknya ke bar baru yang katanya khusus orang-orang elit. Tentu saja, Minho, Changbin dan satu lagi sahabatnya, Bangchan, segera mendaftar sebagai member VVIP disana.

Mereka bertiga tentu saja termasuk lelaki kaya raya. Changbin mempunyai restoran bintang lima terkenal yang cabangnya bahkan sudah sampai ke negeri tetangga, Jepang. Bangchan adalah CEO sebuah agensi hiburan ternama. Dan Minho menjadi direktur perusahaan yang tak lain milik ayahnya sendiri, dimana jika sang ayah pensiun, Minho lah yang akan mewarisi perusahaan itu nanti.

Setelah selesai dengan urusannya, Minho keluar dari kamar. Dia memutuskan untuk tidak datang ke kantor hari ini.

Di ruang makan, Jisung sedang menyuapi Jiho yang sepertinya merajuk tidak mau sarapan. Disisi lain, Jino yang duduk di kursi bayi nya makan dengan mulut yang belepotan.

"Bibi, bisa tolong Jino-"

"Baik, Tuan."

Sang asisten rumah tangga pun datang dengan sigap. Minho memang memperkerjakan asisten rumah tangga untuk membersihkan rumah. Bibi Kim namanya, beliau datang di pagi hari dan pulang di sore hari. Beliau juga membantu Jisung mengurus kedua anak mereka.

"Jiho kenapa?"

Tubuh Jiho menegang saat mendengar suara sang ayah. Matanya berkaca-kaca, Jisung yang menyadari itu menarik Jiho ke dalam pelukannya.

"Gak apa-apa, sayang. Jangan takut..."

Minho yang melihat kejadian itu mengernyit. Jiho takut padanya? Tapi kenapa?

"Jiho ke kamar ya, sama bibi. Nanti mama nyusul, oke?"

Jiho mengangguk cepat, lalu dia berlari menuju kamarnya. Bahkan melewati Minho begitu saja, seakan tidak melihat keberadaan sang ayah.

"Bibi tolong bawa Jino juga ke kamar, tolong juga suapi Jiho kalau dia mau. Ada yang harus aku bicarakan dengan kak Minho."

"Baik, Tuan Jisung."

"Terima kasih, Bi."

Setelah kepergian bibi Kim, Jisung mengajak Minho untuk duduk disana.

"Jadi? Ada apa sama Jiho?"

"Kakak benar-benar gak ingat?"

Minho menggeleng ragu. Dia benar-benar tidak ingat apa yang terjadi padanya. Tapi Minho yakin, pasti ada hal tidak beres yang dia sebabkan karena kondisi mabuknya.

"Kakak ingat kalau semalam kakak pulang dalam keadaan mabuk?"

"Ya..."

"Semalam... Jiho... dia lihat kakak pukul aku."

"Pukul kamu? Maksudnya-"

Ucapan Minho terhenti saat melihat luka lebam di sudut bibir Jisung. Dan dia yakin dengan sangat kalau itu adalah perbuatannya.

"Ji, tunggu. Jelasin sama kakak, apa yang kakak lakukan sama kamu tadi malam?"

Jisung menundukkan kepalanya. Tidak tahu harus menjelaskan darimana. Dia pun tidak ingin mengungkit kejadian semalam. Hatinya sungguh hancur, apalagi Minho bahkan tidak ingat apa yang sudah dilakukannya.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang