3. Minho dan Perasaannya

1.6K 157 2
                                    

Minho menunggu seseorang di seberang sana menjawab panggilan teleponnya. Banyak yang harus dia tanyakan pada orang itu.

"Ya?"

"Bangchan!"

"Kaget anjir! Lo kenapa sih ah?"

Tentu saja siapa yang tidak kaget ketika mendapat bentakan saat baru menerima panggilan telepon.

"Gue tanya, semalem gue mabuk banget ya? Terus gue pulang sama siapa?"

"Ck. Iya. Lo sampe ngerancau gak jelas. Bahkan lo hampir ngelukain bartender disana. Lo pulang sama Changbin, tapi Changbin bilang dia antar cuma sampai depan rumah lo."

"Gila... pantes aja."

"Ngapa? Lo pasti menggila lagi di rumah lo kan?"

Minho mengusap wajahnya dengan kasar. Kemudian menghela nafasnya yang terasa begitu berat.

"Gue kasar lagi sama Jisung. Dan yang lebih parah, Jiho lihat pas gue pukul Jisung."

"Anj- Seriusan lo?!"

"Gue gak mungkin bercanda, Chan. Gue bingung. Sekarang Jiho takut sama gue."

"Astaga..."

"Gue mesti gimana, Bangchan?"

Suara Minho terdengar sangat frustasi. Ayah mana yang tidak sedih disaat sang anak menjauhinya dan yang lebih parah merasa takut padanya.

"Coba lo panggil psikolog deh, siapa tau bisa bantu apa yang mesti lo lakuin. Bisa bantu tenangin anak lo juga."

Masalahnya, Bangchan sendiri pun belum memiliki buah hati, dia tidak terlalu mengerti mengatasi masalah seperti ini.

"Tapi gue gak punya kenalan-"

"Gue bantu cariin. Gue minta bantuan Seungmin nanti, siapa tau dia punya kenalan."

Seungmin adalah istri Bangchan yang kebetulan berprofesi sebagai dokter.

"Ho, tolong deh mending lo gak usah minum alkohol lagi. Ini udah parah. Lo kalau udah mabuk berat, bisa lupa semuanya. Bisa lukain siapa aja."

"Tapi itu cara buat ngurangin rasa sesak gue, buat lupain kejadian itu."

"Gue tau, gue paham sosok Jisung bikin lo inget terus sama kejadian itu. Tapi ya lo sendiri juga gak mau pisah sama dia kan."

"Gue gak bisa karena anak-anak butuh Jisung, apalagi Jino."

"Ya kalau gitu lo mesti ngalah, berhenti nyakitin Jisung juga. Toh Jisung juga udah minta maaf sama lo. Kalau begini terus gak menutup kemungkinan Jisung yang bakal pergi dengan sendirinya. Lo mau kehilangan dia dan anak-anak lo?"

"Gue gak bisa hidup tanpa mereka."

"Yes, karena lo masih sayang sama Jisung."

Minho terdiam. Jujur memang tidak akan semudah itu menghapus rasa cintanya. Ditambah lagi, Jisung sendiri tidak pernah berperan menjadi sosok jahat di hidupnya. Malah Jisung lah yang selalu mengaku bersalah dan meminta maaf.

Tapi disisi lain, rasa kecewa nya juga mendominasi. Setiap dia melihat Jisung, selalu teringat akan pengkhianatan yang pernah dilakukan istrinya.

"Berdamai sama diri lo sendiri, Minho. Berdamai sama Jisung."

Dan kata-kata terakhir dari Bangchan itu menutup sambungan telepon mereka.

.

.

.

Bibi Kim keluar dari kamar Jiho dan Jino saat Minho baru saja akan memasuki ruangan itu. Jisung juga ada di dalam sana.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang