7. Malam Itu

1.5K 150 15
                                    

Jisung terbangun tengah malam. Perutnya terasa lapar. Tidak, dia tidak merasa sakit dan mual seperti sebelumnya. Ini murni rasa lapar.

Tentu saja dia merasa lapar, sebelumnya dia memuntahkan isi perutnya. Padahal Jisung sudah makan malam.

Dia memutuskan untuk pergi ke dapur dan mengisi perutnya. Siapa tau ada sesuatu yang bisa dia makan, atau dia bisa membuat mie instan. Namun saat matanya menatap ke sebelah kiri, tepatnya di tempat Minho tidur, Jisung tidak menemukan sosok suaminya.

Akhirnya dia memutuskan untuk mencari Minho ke bawah.

Jisung melihat lampu dapur menyala. Sepertinya Minho ada disana. Apa Minho juga kelaparan di tengah malam seperti dirinya?

Perkiraan Jisung salah. Suaminya itu sedang meneguk segelas minuman. Tak jauh dari sana, Jisung melihat sebotol wine. Entah Minho mendapatkan itu darimana.

"Kak!"

Jisung menghentikan gerakan Minho yang sedang mengarahkan gelasnya ke bibir.

"Cukup. Jangan minum lagi. Bukannya kakak sendiri yang bilang, sekarang kakak akan turutin apa mau aku. Kalau kakak marah, silakan marah. Jangan minum kaya gini lagi, ini bisa berdampak buruk untuk kesehatan kakak nantinya."

Minho hanya tersenyum miring dan berdecih tak suka mendengar ucapan panjang Jisung. Matanya sudah tidak fokus. Jisung yakin Minho sudah minum banyak, dan sekarang dia mulai mabuk.

"Gak usah bersikap sok peduli sama gue! Gue kaya gini karena lo! Lo khawatir sama gue? Ngaca! Yang bikin hidup gue kaya gini ya lo sendiri!"

Minho membawa botol berisi wine itu, dia pergi menjauhi Jisung dengan langkahnya yang goyah.

Jisung tentu tidak tinggal diam. Minho juga bisa jatuh di tengah jalan jika dibiarkan begitu saja. Apalagi ketika Jisung melihat Minho kembali minum, langsung dari botol yang ia bawa.

"Jangan, kak!"

Jisung merebut botol itu dari tangan Minho. Hingga cairan wine itu membasahi baju Minho dan lantai.

Minho marah. Dia mencoba menarik kembali botol itu dari tangan Jisung, Jisung tidak mau kalah, dia tidak membiarkan Minho merebutnya.

Tapi Minho dengan kasarnya mendorong tubuh Jisung hingga Jisung terjatuh. Sayangnya, botol itu juga ikut terlepas dari tangan Minho, karena tangannya licin dan tubuh Minho juga ikut oleng saat Jisung terjatuh. Alhasil botol itu terjatuh dan pecahan kacanya berserakan di lantai.

Minho marah. Matanya menatap Jisung dengan tajam. Sementara Jisung tersenyum dalam hati, dia mensyukuri setidaknya Minho tidak bisa minum lagi.

Tapi yang terjadi setelahnya tidak pernah Jisung bayangkan, tubuhnya ditarik dan dijatuhkan tepat diatas pecahan botol itu.

Telapak tangannya yang menekan serpihan kaca terasa perih, Jisung meringis karenanya. Bersamaan dengan itu, darah segar merembes keluar dan mengotori lantai.

"Kalau lo gak sok peduli sama gue, ini gak bakal terjadi!"

Tubuhnya kembali ditarik untuk berdiri mengikuti Minho. Jisung hanya diam, tidak melawan sama sekali.

Minho membawanya ke salah satu kamar yang berada di lantai bawah. Melempar tubuhnya pada tempat tidur berukuran queen size yang berada disana.

Jisung sudah menebak apa yang akan terjadi setelahnya. Minho akan menyetubuhinya dengan kasar. Dan Minho tidak akan berhenti sampai dirinya lelah.

Jisung tidak melawan sama sekali. Dia hanya diam menerima semuanya. Ini juga kemauan dia, dia yang bilang Minho berhak melakukan apapun padanya untuk melampiaskan kemarahannya.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang