14. Kebenaran

2.1K 165 54
                                    

Minho dan Bangchan sampai. Bangchan sebelumnya sudah memberi tahu polisi dimana keberadaan Hyunjin. Dan polisi juga sudah menuju kesana.

Minho memasuki gedung itu, dia berlari. Bangchan menyusul di belakangnya. Sedikit kesusahan karena Minho berlari begitu cepat.

"Kita pencar, Chan. Gue kesana, lo kesitu."

"No! Kita gak boleh pisah! Kalau pisah, kita akan susah selamatin satu sama lain."

"Tapi-"

"Minho, kita gak tau apa yang Hyunjin punya disana. Siapa tau dia punya komplotan, gimana kalau lo sendiri terus lo dikeroyok, yang ada bukan selamatin Jisung, malah lo juga jadi korban nanti."

Ucapan Bangchan memang sepenuhnya benar, jadi Minho mau tak mau menuruti perkataan sahabatnya itu.

Mereka terus mencari dan mencari, namun tak kunjung menemukan keberadaan Hyunjin.

"Lo yakin ini tempatnya?"

"Gue yakin, satu-satunya pantai di pulau ini ya cuma ini doang."

Mereka terus berjalan, hingga Bangchan menemukan sebuah tangga besi menuju ke bawah.

"Ho, ada jalan lagi kesini."

Mereka saling tatap kemudian mengangguk. Minho berjalan lebih dulu. Menuruni anak tangga itu.

Benar, mereka menemukan sebuah ruangan disana. Minho tidak sabar, dia membuka pintu itu yang memang tidak terkunci.

Hyunjin menatap ke arah pintu. Baru saja dia ingin menikmati tubuh korbannya, tapi Minho sudah terlanjur datang.

"BANGSAT!"

Minho berlari ke arah Hyunjin, dengan ancang-ancang ingin memukul Hyunjin. Karena yang ia lihat tadi adalah Hyunjin yang berada tepat diatas tubuh Jisung.

Tapi Hyunjin sangat gesit, dia menarik tubuh Jisung, membawanya berdiri, memeluknya dari belakang dan mengarahkan sebuah pisau ke leher Jisung.

Minho otomatis berhenti berlari. Takut kalau pergerakannya akan membuat Hyunjin melukai Jisung.

Bangchan sampai, dan dia terkejut dengan Hyunjin yang memegang pisau di leher Jisung.

"Oh, lo bawa pasukan rupanya."

Hyunjin tersenyum miring saat melihat kedatangan Bangchan.

"Hyunjin, ini bisa di selesaikan dengan baik-baik kan? Lo mau apa dari Minho? Bilang sama Minho apa yang lo mau, jangan sakitin Jisung."

Bangchan benar-benar kasihan melihat Jisung yang harus tersiksa seperti itu. Hidup bersama Minho sehari-hari saja si manis itu sudah menderita, ditambah lagi sekarang jadi korban Hyunjin.

"Lo gak usah ikut campur, Bangchan. Minho, maju lo!"

Minho memberi kode pada Bangchan untuk mundur di belakangnya. Bangchan menurut saja.

"Gimana perasaan lo liat istri lo kaya gini? Sakit?"

"Lo punya dendam apa sama gue, Jin? Gue salah apa sama lo?"

"Tanya semua sama bokap lo!"

Minho terdiam. Dia ingat ucapan Jisung tempo lalu. Tapi saat Jisung mengatakan itu, Minho malah membantahnya, memarahinya, dan berakhir mengucapkan kata-kata yang menyakiti hati Jisung.

Minho menatap Jisung dalam dekapan Hyunjin. Tatapannya begitu lemah. Terakhir dia berjumpa Jisung tadi pagi, Jisung mengeluh sakit perut dan tidak mau ikut berbelanja.

Rasanya Minho ingin menangis, mengingat semua perlakuan buruknya pada Jisung. Minho harus berhasil menyelamatkan Jisung, dia ingin meminta maaf pada istrinya. Membayar semua perlakuan buruknya selama ini.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang