18. Kritis

1.6K 105 0
                                    

Hari ini Minho pulang ke villa. Jisung di rumah sakit ditemani Bangchan. Jisung akan dibawa ke rumah sakit besar di kota. Dan rencananya sekalian mereka pulang ke rumah. Maka dari itu Minho kembali ke villa untuk membenahi barang-barangnya untuk dibawa pulang nanti.

Jiho menyambut kepulangan papanya dengan semangat. Walaupun masih sedih karena sang mama masih belum ikut pulang.

"Jiho bantu papa benah-benah ya."

Anak itu mengangguk, menuruti ucapan ayahnya.

Minho menyuruh Jiho mengambil barang ini dan itu. Yang sekiranya bisa Jiho ambil dan tidak membuat anak sulungnya kelelahan.

"Kak."

"Ya?"

Seungmin datang sambil menggendong Jino.

Minho melihat itu dan mengambil Jino dari gendongan Seungmin.

"Jisung... gimana keputusannya?"

Minho menghela nafasnya.

"Belum, Min. Jisung bahkan sekarang lebih sering diam dan bengong. Kakak jadi khawatir."

"Kalau kakak sendiri, apa keputusan kakak?"

Minho tersenyum sendu sambil menatap Jino di dalam gendongannya.

"Kakak lebih memilih operasi. Kakak ingin Jisung sembuh. Bagi kakak, gak masalah kalau Jisung tidak bisa lagi mengandung anak, Jiho dan Jino udah cukup."

"Tapi bagi Jisung, ini keputusan yang berat kak. Aku ngerasain itu, aku iri sama mereka yang spesial, mereka yang punya rahim dan bisa mengandung seperti Jisung dan Felix."

Seungmin sayangnya bukan termasuk lelaki beruntung seperti Jisung dan Felix. Dirinya tidak memiliki rahim seperti kedua istri dari sahabat suaminya itu.

"Kasih Jisung waktu ya kak, pelan-pelan, biarin Jisung pikirin ini baik-baik. Aku yakin, keputusan Jisung nanti juga yang terbaik untuk kalian."

"Hm. Makasih ya, Min."

"Sama-sama kak."

Seungmin menoleh ke tempat tidur. Ternyata Jiho tertidur disana. Pantas daritadi si kecil itu tidak bersuara sama sekali.

"Sini, Jino biar sama aku lagi. Kakak lanjut benah-benah aja."

Minho kembali memberikan Jino pada Seungmin. Sebelumnya dia mencium pipi gembil anaknya itu.

Tepat saat Seungmin keluar dari kamar, ponselnya berdering. Bangchan menghubunginya.

"Kenapa, Chan?"

"Ho, Jisung kritis. Lo kesini sekarang. Sama Changbin, biar Changbin yang nyetir mobil."

Minho panik bukan main. Barang-barangnya yang masih berserakan di lantai dia tinggal begitu saja. Yang ada dipikiran Minho saat ini hanya satu, Jisung.

.

.

.

Tepat saat Minho dan Changbin sampai di rumah sakit, sang dokter keluar dari ruangan Jisung.

"Ini karena penyakitnya. Pasien sempat mengalami kesakitan yang cukup parah, sampai akhirnya pingsan."

Bangchan juga tidak tahu apa yang terjadi. Saat dia sampai di rumah sakit, Jisung sedang tertidur. Ya, Bangchan pikir tertidur. Tapi kenapa setelah 30 menit berlalu posisi tidur Jisung tidak berubah sama sekali. Dan juga, kenapa wajahnya terlihat semakin pucat.

Akhirnya Bangchan mencoba membangunkan Jisung, dan benar saja, Jisung tak kunjung bangun. Dia segera memanggil perawat dan dokter. Dokter itu meminta Bangchan untuk keluar ruangan selagi mereka memeriksa Jisung. Bangchan panik dan segera menghubungi Minho.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang