"Kamu ngga pernah baik-baik saja"
Sudah di duga. Arran tak akan pernah berhasil jika berbohong kepada mereka. Sekeras apapun Arran mencoba menutupi masalahnya ia tetap tak dapat menyembunyikan di depan suami Istri yang ia anggap orang tua keduanya.
Arran hanya membalasnya dengan tersenyum getir.
"Hatimu yang sakit. Tubuh tidak bisa berbohong."
"Saat terluka tubuh akan menangis. Namun, hati bisa berbohong. Saat terluka hati mampu terdiam sedangkan tubuhmu tidak nak" ujar Abdul sambil menatap Arran yang terdiam tak mampu menyelanya.
"Bertahanlah semua akan baik-baik saja nak"
Arran kembali tersenyum kemudian mengangguk. "Terimakasih pak, Bu"
"Mimpikanlah hal hal bahagia" Kini Aminah mengeluarkan suaranya.
"omong-omong apa impian mu nak?" tanya Aminah.
"impianku? aku tidak pernah cukup santai untuk memimpikan apapun. Aku terlalu sibuk mewujudkan apa yang mama sama papa inginkan. "
"Kamu bisa mulai sekarang,nak. Mimpikanlah sesuatu yang bisa membuatmu bangkit dari masa lalumu." Ujar Aminah lagi.
"Bapak dan ibu paham bagaimana penderitaan mu selama ini, saat kau merasa sedih ingatlah, masih ada orang yang selalu mendukung mu nak" Abdul menimpali.
"Kamu memang bodoh, tapi kamu tidak payah"
Arran melirik Abdul. "Ya?"
"Kamu akan sukses, kami tahu itu nak"
Arran tertunduk menghembuskan nafas kasar. "Semua orang menganggap ku seperti itu. Arran yang payah" lirihnya.
"Mereka bahkan tidak mengenalimu" ujar Aminah di angguki oleh Abdul.
"Kami sudah lebih dari 20 tahun mengenal mu Arran. Kami yang paling mengenal mu di banding orang tuamu sendiri. Percayalah pada kami." Abdul mulai meyakinkan Arran.
"apapun pendapat orang, kamu akan berhasil dengan caramu sendiri" lanjut nya.
"Kamu juga masih sangat muda nak, suatu saat kamu pasti akan menjadi orang hebat" Timpal Aminah.
"Semoga saja seperti itu" Arran ikut meyakinkan dirinya walaupun banyak keraguan di dalamnya.
"""
"Pak Bu kalau gitu Arran pamit ya, ini udah jam 9 malam, besok pagi Arran harus masuk kantor lagi"
Arran, Aminah, dan Abdul baru saja selesai melaksanakan makan malam, dengan lauk yang begitu sederhana namun membuat Arran begitu bahagia. Bukan dari seberapa istimewanya makanan yang di hidangkan namun dari seberapa pentingnya kamu di hargai saat bersama mereka.
"Besok pagi aja nak pulang nya, udah jauh malam juga nak" ujar Abdul.
"Iya Arran besok pagi aja kamu pulang nya, ibu takut kamu kenapa kenapa di jalan, jalan disini juga sepi nak"
Abdul dan Aminah mencoba untuk menghentikan Arran pulang,pasalnya memang jalanan disini masih sepi sebab masih daerah pedesaan, jalan yang masih banyak akan pohon-pohon rindang juga jalanan yang masih berupa batu kerikil. Walaupun sebagian nya sudah teraspal.
Arran tersenyum kemudian memegang tangan keduanya. "Arran bisa jaga diri, pak Bu, Arran juga jago bela diri kan" Kekehnya diakhir kalimat.
Namun tetap saja Aminah masih merasa ragu akan hal itu. Arran beralih memeluk keduanya, mencoba meyakinkan bahwa ia akan baik-baik saja sampai di Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arran dan lukanya [on going]
Teen Fiction"Dari keluarga ini aku belajar; bagaimana caranya agar tidak menyakiti anak-anakku kelak" ___ Arran.