18

294 23 1
                                    

Plak

Suara tamparan yang begitu keras menggema di ruangan kedap suara itu. Tamparan yang cukup keras membuat kubu-kubu tangan jordhan ikut memutih. Sedangkan pria yang kini berada di hadapannya menunduk dengan wajah yang tertoleh ke samping kiri, akibat tamparan yang cukup keras itu.

Kulit putih mulus pria itu ikut memerah, tercetak jelas tangan besar jordhan disana, saking kerasnya tamparan itu membuat sudut bibir pria itu ikut mengeluarkan darah. Sedangkan jordhan, nafasnya kini memburu menatap nyalang arran. Yes right.

Saat Arran memasuki ruangan pribadi jordhan di sana ia melihat sepasang suami istri yang terlihat memang seperti menunggu kedatangannya. Belum juga Arran mengeluarkan suara, tamparan jordhan sudah lebih dulu mendarat di wajah tampan pria itu.

"Maaf" Lirih pria itu namun masih terdengar jelas di telinga jordhan.

"you kidding?" Tanya jordhan masih dengan tatapan tajamnya.

"Tapi bukan Arran yang ngelakuin ini semua, Arran nggak pernah make-"

Plakk

Lagi-lagi tamparan itu Arran dapatkan namun di tempat yang berbeda juga orang yang berbeda. Benar, sang mama ikut menampar pria itu namun tak kalah kuat dari tamparan jordhan.

"Anak sialan!" Ucap Alena dengan wajah yang benar-benar memerah.

Arran menundukkan kepalanya tak sanggup menatap kedua orangtuanya.

"Kamu mau buat papa mama malu?"

"Alena aku belum selesai bicara." Ucap jordhan dingin.

"Pa-"

"Alena!"

Alena memundurkan langkahnya masih melihat Arran yang tertunduk dirinya menatap jijik Arran seolah pria itu adalah sampah yang sangat kotor.

"Kau benar-benar menyedihkan. Kau benar-benar membuat mama sama papa malu, Arran! Jika bukan karna hellena perusahaan yang sudah aku bangun selama ini akan hancur karna ulahmu, apa kau tau itu?!" bentak jordhan.

"Tapi Arran nggak pernah ngelakuin hal itu pa, percaya sama Arran" Ujar pria itu dengan tatapan memohon.

"Sampai kapan kau akan bersikap kekanak-kanakan? Jika kau tak tahan pergi dari rumah ini, citra perusahaan ku lebih penting di bandingkan dirimu!"

Setiap perkataan yang keluar begitu saja dari mulut jordhan seolah seperti beberapa busur panah yang terus menusuk dadanya. Sakit, perih dan pedih.

"Pa Arran anak papa, bisa ngga papa ngertiin Arran?" Ujar menghela nafas nya.

plak.

Bukannya pengertian yang dia dapatkan malah sebuah tamparan dari Jordhan kembali mengenai wajahnya.

"kurang?" tanya Arran seolah mati rasa.

"Mau lagi?" Tanya pria itu lagi membuat jordhan menggertakkan gigi.

Plakk

"Beraninya kau mengatakan itu kepada orang tuamu,Arran!" Bentak jordhan hingga suaranya menggema di ruangan itu.

"Aku benar-benar muak dengan anak bajingan seperti mu!"

Setelah mengatakan itu jordhan pergi meninggalkan Arran dan alena. Arran memegangi pipinya, rasa sakit yang tadi tidak ia rasakan kini mulai muncul.

Alena yang melihat itu baru saja ingin meninggalkan Arran, namun langkanya di gagalkan saat Arran memegangi tangan sang mama. Arran berbalik posisi menghadap sang mama yang membelakanginya. Mencoba menahan cairan bening yang sedikit lagi akan meluncur.

Arran dan lukanya [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang