Brukk
Tepat saat pintu mobil terbuka Alena tak sengaja menabrak seorang wanita tua yang berpenampilan kurang layak sedang membawa koran.
Wanita tua itu terjatuh hingga koran yang ada di genggaman nya berceceran di jalanan.
"Harusnya kau lebih berhati-hati lagi." Ucap Alena memperhatikan wanita tua itu yang sedang membereskan korannya.
Wanita tua itu melihat kearah Alena. "Apa? bukankan kau yang menabrak ku? kau membuka pintu mobilmu tanpa melihat lihat terlebih dahulu. lihatlah koran ku jadi kotor dan basah."
Alena memutar bola matanya malas.
"Tak perlu beralasan seperti itu, orang seperti dirimu sudah banyak kutemui di luar sana, kau hanya perlu menyebutkan berapa yang kau inginkan tak perlu bertele-tele."Wanita itu melihat kearah mobil Alena dan juga kepada para bodyguard yang sedari tadi setia berdiri di belakang Alena. Hingga wanita itu menatap Alena dari atas sampai bawah membuat Alena risih.
"apa kau pikir uang dapat menyelesaikan semuanya?" tanya wanita tua itu.
"Ck aku sibuk kau bisa datang kapan saja kepada ku dan menyebutkan berapa pun yang kau mau atas alasan ganti rugi yang sebenarnya sangat tidak beralasan." Ucap Alena kemudian hendak meninggalkan wanita tua itu.
"Nyonya!"
Suara wanita tua itu membuat langkah Alena terhenti.
"Hanya karna kau orang kaya dan punya banyak uang jangan pernah merendahkan orang lain seperti itu."
"Aku memang tidak memiliki uang tapi bukan berarti aku tidak punya harga diri."
"Jika kau pikir mobil mewah, rumah mewah, uang yang banyak dapat membuat mu bahagia, kau sangat salah! Uangmu tidak akan berarti apapun jika sikap mu seperti itu."
"Aku hanyalah seorang penjual koran jelas bedanya dengan dirimu seorang istri dari pemilik perusahaan kaya raya, kita juga jelas berbeda jauh dalam hal harta. Aku memang berada jauh di bawah mu soal harta namun sayangnya sopan santunmu jauh berada di bawahku. Sangat jauh."
Wanita itu memunguti korannya yang masih berceceran. "Jangan hidup seperti itu, Nyonya terhormat!" Teriak wanita itu sebelum meninggalkan Alena yang terdiam seribu bahasa.
°°°°
Brukk~
Suara dobrakan pintu cukup kerasnya membuat jordhan terkejut, melihat ke arah Alena.
"Alena, bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu? Apa yang terjadi padamu? tenangkan dirimu"
"Wanita sialan itu mempermalukan ku, jordhan! Bagaimana aku bisa tenang." Teriak Alena.
Jordhan yang tadinya duduk menghampiri Alena lalu melihat ke arah pengawal nya yang berada di belakang Alena.
"Nyonya tadi tak sengaja menabrak wanita penjual koran dan wanita itu meneriaki nyonya." jelas sang pengawal.
"Hey! Bukan aku yang menabraknya dia saja yang tidak melihat lihat saat berjalan." Ucap Alena tak terima membuat pengawal itu menundukkan kepalanya.
Jordhan menghela nafas frustasi. Dirinya cukup pusing akan masalah kantor nya di tambah lagi Alena yang datang di kantor nya dengan cara yang mengejutkan lalu berteriak kepada nya.
"Alena kepalaku pusing, jika kau ingin membuat keributan keluar dari ruanganku."
Alena menatap Jordhan tak percaya. "Apa? Jord-"
"Alena!" Tegur Jordhan membuat Alena yang tadinya sudah siap mengeluarkan amarahnya kini ciut melihat ekspresi wajah jordhan. Dirinya kemudian memilih duduk di sofa yang ada di ruangan kerja jordhan dengan perasaan dongkol.
°°°
Zhafira menaiki lift dengan sangat buru-buru. Dirinya sampai di kantor tepat jam delapan pagi. Zhafira masih belum mendapatkan kabar tentang Arran, bahkan ponsel pria itu belum aktif sampai sekarang entah kemana perginya pria itu.
"Kayanya sekarang waktu yang tepat buat gue."
Zhafira keluar dari lift dan menuju keruangan. Namun bukan ke ruangannya melainkan ke ruangan Arran. Dengan hati-hati zhafira memperhatikan sekitar. Setelah di rasa cukup aman dirinya kemudian masuk ke dalam ruangan itu.
Perempuan itu menghela nafas lega. Di dalam ruangan ini kosong. Zhafira terlihat mencari-cari sesuatu. Dirinya membongkar rak dokumen juga lemari di ruangan Arran. Namun apa yang di carinya tidak ia dapatkan, tidak putus asa Zhafira juga membongkar laci meja Arran yang di dalamnya terdapat berkas-berkas penting.
Zhafira mengacak rambutnya frustasi. "Aish dimana si!"
Kegiatannya terhenti ketika Indra pendengaran nya menangkap suara langkah kaki seseorang yang menuju ke ruangannya.
Ceklekk.
Bandung.
Arran menghentikan langkahnya di depan rumah Aminah saat melihat mobil berwarna merah maroon baru saja pergi dari halaman rumah Aminah.
Arran melangkah kan kakinya memasuki rumah itu dan ternyata dirinya mendapati Aminah yang sedang membereskan cangkir yang berada di atas meja ruang tamunya.
"Siapa yang datang Bu?" Tanya Arran.
"Ah itu-" Ucap Aminah menggantungkan kalimatnya.
"Ibu?" Panggil Arran
"Ah iya itu temannya bapak dari Jakarta katanya tadi dia ke sini jadi sekalian mampir."
Arran memperhatikan Aminah dengan tatapan menyelidik.
"Oh gitu"
"Iya, nak. Bagaimana? Sudah tenang sekarang?"
Arran mengangguk kemudian tersenyum. "Ibu, Arran boleh nginap di sini untuk beberapa hari? nggak akan lama-"
"Apa yang kamu katakan? Tidur lah disini, ini rumah mu jangan pernah meminta izin untuk sesuatu yang menjadi milikmu."
Arran tersenyum simpul. "Tetap aja Arran harus izin sama ibu."
"Syutt. sekarang mandi ya, ibu siapin baju." Ucap Aminah di balas anggukan oleh Arran.
Jakarta.
"Lo gila hah?! Kalo lo ketahuan gimana?" Ucap Azka yang terlihat sedang berbicara dengan seorang wanita di ruangan yang cukup gelap itu.
"Lo ngagetin gue tau gak! Ini tuh kesempatan gue buat dapetin buktinya, bodoh banget sih Lo!" Ucap wanita itu dengan suara yang agak di tinggikan.
"Bukannya makasih malah maki-maki gue, kalo bukan Karne gue lo udah ketahuan bodoh! Pengawal Hellena hampir aja masuk tadi Untung ada gue" Ucap Azka tak terima.
"Tetep aja lo-"
"Apa? Gue apa hah?" Potong Azka cepat.
"ah elah malesin banget si lo, ka!"
"Sekali lagi gue liat lo gegabah kaya gitu, gue pastiin lo keluar dari perusahaan papa gue."
"Apaan si lo! Lo pikir Lo siapa hah!? Lo itu cuma robot bokap lo yang megang kendali atas semuanya itu Arran! Lo gak pernah ada apa-apa nya ka! jadi jangan-" Ucap wanita itu tak terima.
"shut the fuck up bitch!"
To be continue?
KAMU SEDANG MEMBACA
Arran dan lukanya [on going]
Teen Fiction"Dari keluarga ini aku belajar; bagaimana caranya agar tidak menyakiti anak-anakku kelak" ___ Arran.