31

95 2 1
                                    

Zhafirah menghembuskan nafas kasar, dirinya terlihat sangat gelisah saat ini. Ia menggigit bibir dalamnya sembari meremas ponsel yang ada di tangannya.

"Arran kemana ya? gue telpon juga ga di angkat angkat."

"kok gue khawatir gini sih ahh" ucapnya frustasi.

Zhafira terlihat mengacak-acak ponselnya kemudian menelpon seseorang, saat ini pikirannya tengah gusar entah kenapa tapi ia sedikit khawatir(?)

"Tolong lacak nomor ponsel yang gue kirim, gue butuh sekarang."

",,,,,"

"Secepatnya" ucapnya kemudian mematikan ponselnya dan tak lama kemudian sebuah pesan masuk, Zhafirah dengan cepat menyambar jaket kulit berwarna hitamnya kemudian keluar dari apartnya.

prangg

Keduanya sama-sama terkejut dengan yang baru saja terjadi, gelas itu pecah berserakan dilantai. Arran menatap tajam orang dihadapannya namun sepersekian detik tatapan tajam itu berubah menjadi keterkejutan. Arran mengerutkan alisnya seolah bertanya apa yang terjadi dengan orang yang ada dihadapannya kini.

"zhafira? lo..."

"sorry mba bos saya gak bisa nerima minum dari sembarang orang."

Pernyataan singkat zhafira itu kembali menarik Arran ke alam sadarnya. Apa yang sebenarnya wanita ini lakukan? Sial, Arran menatap sekeliling bahkan orang-orang yang ada disana kini menatap mereka dengan tatapan aneh juga dentuman musik yang ikut hening seketika. Arran sangat benci menjadi pusat perhatian.

"pak sebaiknya anda pulang, tidak baik jika orang-orang melihat anda minum di tempat menjijikan seperti ini"

Arran dan Shinta sama herannya, mereka masih menunggu Zhafira yang bahkan sedikitpun tak merasa takut dengan tatapan tajam Arran, orang-orang disanapun bahkan terdengar sedang berbisik-bisik.

Zhafira dengan sisa keberaniannya menarik tangan Arran membelah kerumunan membawa pria yang masih dengan tanda tanya besar di kepalanya. Bahkan Mata-mata disana tak lepas dari keduanya saat hendak keluar dari club itu.

Arran kembali ke atmosfernya, berusaha sadar dengan apa yang baru saja terjadi. Ia melepaskan tangan Zhafira dengan kasar. Setibanya diparkiran keduanya saling menatap dengan pertanyaan masing-masing.

"lo gila ya?" sarkas Arran

"kamu yang gila!" balas Zhafira tak kalah sarkasnya. Dirinya bahkan benar-benar tak takut dengan orang yang penuh amarah dihadapannya.

"kamu pergi ke tempat menjijikan ini dimana kamu bisa ketemu sama siapapun, bahkan wartawan. Apa kata orang seoarang anak dari pemilik MLC Group datang ke club dan minum dengan sembarang orang yang bahkan kamu sendiri gak tau asal usulnya."

"asal lo tau zhafira, gue ke tempat ini bukan sekali dua kali dan lo dengan lancangnya membuat keributan disana, justru dengan sikap lo yang kaya gitu bakal ngundang atensi dari orang-orang! mikir Zhafira lo bukan anak kecil"

Arran menghembuskan nafasnya frustasi ia maju selangkah dengan kepalan di tangannya . "lo terlalu ikut campur urusan gue Zhafira, lo masuk terlalu dalam di hidup gue." ucapnya penuh dengan penekanan.

Zhafira merasa atmosfer disekitarnya begitu dingin, dirinya merasa seperti terintimidasi dengan perkataan Arran. Sial, kemana larinya semua keberanian wanita itu tadi.

"Tapi dengan kamu kesini kamu gak bakal tau Arran, kamu bisa aja dijebak sama orang-orang yang gak suka sama kamu" Ucapnya disisa-sisa keberaniannya.

"Orang-orang disini bisa aja manfaatin kamu bahkan bikin kamu celaka, kamu gak..."

Arran dan lukanya [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang