32

84 5 0
                                    

1 Minggu kemudian...

tok tok tok

"masuk"

Pintu ruangan Arran terbuka menampilkan Zhafira dengan beberapa berkas di tangannya.

"pak ada yang perlu di tanda tangani"

Tanpa mengatakan apapun Arran mengambil berkas itu dan menanatangani semuanya. Setelahnya ia mengembalikan berkas itu kepada Zhafira.

"Ah iya nanti malam ada wawancara untuk putra dari pemilik MLC Group, Hellena menyuruh saya untuk memberitahu anda agar menghadiri wawancara itu malam nanti."

"Azka?"

"Azka akan menghadiri konferensi pers jadi kemungkinan ia tidak bisa ikut wawancara tersebut." Ucap Zhafira mendapat anggukan dari Arran.

"baik saya permisi pak."

Terdengar hembusan nafas berat dari Arran kala pintu ruangan itu tertutup. Arran memijat pelipisnya yang terasa sakit, namun pintu ruangan yang dibuka tanpa permisi membuatnya kembali tersadar.

"ini bukan ruangan lo yang bisa lo masuki seenaknya."

Azka pria itu terlihat santai saja mendengar penuturan dari Arran. Arran melihat malas pria yang berada di hadapannya yang terlihat sangat santai dengan senyuman yang tak dapat di artikan di bibirnya.

Azka duduk di sofa tanpa menunggu di persilahkan oleh Arran, mmenganggkat satu kakinya sembari memperhatikan seisi ruangan.

"gue pikir gada yang perlu kita bicarain , jadi lo keluar dari ruangan gue sekarang"

Azka terkekeh pelan. "eitss why u so rude bro? menurut gue kita perlu bicara banyak ."

"kenapa lo benci sama gue ka?" tanya Arran tiba-tiba.

"mungkin lo yang benci sama gue?"

Arran berdecih mendengar penuturan Azka yang begitu tidak masuk akal. "ck omong kosong"

Arran berdiri dari duduknya mengahampiri Azka yang masih terlihat santai. "kenapa ka? apa yang lo mau dari gue? kenapa lo bisa sebenci itu sama gue?" tanya Arran, terlihat rahangnya mengeras menandakan dirinya sedang menahan emosi.

"gue ngga bemci sama lo, gue.." Azka menggantungkan kalimatnya berdiri lebih dekat di depan Arran kemudian berbisik yang di ikuti dengan kekehan kecil, "gue cuma jijik ngeliat lo."

Habis sudah kesabaran Arran, pria itu menarik kerah baju Azka menatap matanya dengan tajam,"apa yang lo mau dari gue hah?! apa yang mau lo ambil dari gue bajingan?"

"semuanya udah lo dapetin mulai dari kasih sayang mama sama papa, harta kekayaan terus apalagi hah? lo mau apalagi dari gue?" Azka melepaskan cengkraman tangan Arran dari bajunya sedikit terkekeh kemudian merapikan dasinya yang sedikit berantakan.

"lo bener-bener berpikir kaya gitu?"

"apa?" tanya Arran heran.

"lo lemah dan ga berkompeten sama sekali, untuk ngelindungin diri lo sendiri aja lo gak bisa Arran!"

"gue, gue yang selalu nanggung resiko setiap kali lo gagal dalam hal pengembangan perusahaan, mama sama papa naruh harapan besar sama gue untuk perusahaan sedangkan lo?"

"lo pikir selama ini gue gak berusaha hah?!" Tanya Arran dengan penekanan.

"lo dengan santainya nikmatin hidup dan santai-santai tanpa mikirin perusahaan ini, apa lo tau segimana beratnya jadi gue? apa lo tau hah??" Azka juga terlihat menahan emosinya, rahangnya pun mengeras dengan tatapan tajam ke arah Arran.

Arran dan lukanya [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang