22

356 19 0
                                    

Plakk

"Tutup mulutmu! Apa yang kau katakan tentang anakku?"

Arran menghela nafasnya mencoba meraih bahu sang mama menatap mata orang yang telah melahirkan nya.

"Azka mau bunuh Arran ma, Azka juga yang nyewa orang-orang buat masukin Arran ke penjara atas tuduhan penggunaan narkoba."

Alena menghempaskan tangan Arran. "Kau sudah gila? Tak perlu membuat ku membenci Azka dengan cara kotormu itu, kau keterlaluan."

Arran frustasi dirinya menghampiri Azka yang sama terkejutnya seperti Alena, menarik kerah baju sang adik dengan sangat kuat. "Bilang ke mama sama papa lo yang udah ngelakuin semuanya! Lo udah mau ngebunuh gue ka! Kenapa Lo lakuin ini hah?! apa yang lo cari dari gue? apa yang lo mau dari gue, bajingan!!"

Bughh

Arran memberikan Azka bogeman mentah di wajah pria itu, hingga darah segara mengalir dari hidung Azka.

"Arran!!"

Alena menghampiri Azka mencoba membantu pria itu berdiri.

"Sisi lain darimu yang tidak aku ketahui, ternyata kau juga orang yang kasar!" sarkas Alena.

"Ngga ada satupun yang mama tau tentang Arran, semuanya cuma azka, Azka, Azka, dan Azka!"

Alena mendudukkan Azka di sofa kemudian menghampiri Arran.

"Kau tau apa penyesalan terbesar ku di dunia ini?"

Arran memandangi sang mama dengan mata sayup.

"Aku menyesal telah melahirkan putra seperti mu! Aku malu karena anak seperti dirimu harus terlahir dari rahim ku!"

Bagai petir di siang bolong, ucapan Alena sukses membuat Arran terdiam. Sakit. benar-benar sakit, tidak ada seorang anakpun yang menginginkan kata-kata seperti itu keluar dari mulut orang tuanya. Kenyataannya begitu menyedihkan, fakta yang kembali membuat nya merasa bahwa dirinya benar-benar tak di inginkan. Tapi ini bukanlah kesalahannya, dirinya juga tak mau lahir dengan cara seperti ini.

Arran mengepalkan tangannya hingga kubu-kubu jarinya memutih.

"Menyesal ngga ada gunanya ma, mama mau Arran mati kan?"

"apa harus dengan cara Arran mati supaya bisa nebus dosa-dosa Arran karena udah terlahir sebagai putra mama? putra yang nggak pernah di diinginkan baik itu dari papa ataupun mama." Ucapnya bergantian melihat Alena dan jordhan.

"Maaf karena udah melahirkan bajingan seperti Arran." Ucapnya menunduk, mencoba menguatkan diri.

"Arr-"

Ucapan Arran terpotong, seketika tubuhnya menegang, dadanya terasa sakit nafasnya kini tak beraturan, Arran memegangi dadanya yang seperti tersetrum, mencoba memundurkan langkahnya ke belakang.

Arran memilih keluar dari rumah itu dengan tergesa-gesa tak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya.

Azka yang melihat itu segera menghampiri sang Kaka yang baru saja keluar dari rumah.

"Arran" Panggil Azka membuat arran menghentikan langkahnya.

"Karena lo udah tau semuanya jadi gue ngga perlu pura-pura baik lagi di depan lo, sorry brother." Ucap Azka dengan smirk seolah dirinya baru saja melakukan hal yang begitu membanggakan.

Arran mengepalkan tangannya mencoba tidak menghiraukan Azka, kemudian melanjutkan jalannya. Arran memasuki mobilnya kemudian menjalankan mobil itu dengan rasa sakit di dadanya mencoba bertahan sebisa mungkin agar dirinya bisa tiba di apartemen nya dengan selamat, walaupun tak ada seorang yang ingin dirinya hidup.

Arran dan lukanya [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang