28

279 11 4
                                    

Arran melepaskan pelukannya dari gadis kecil itu, tangisnya mulai reda membuat arran sedikit lega.

Pria itu mengeluarkan ponsel dari sakunya menghubungi seseorang.

"Siapin 2 kamar malam ini, sertakan dengan pakaian laki-laki dan perempuan berusia sekitar 9 dan 10 tahun." perintahnya kala telepon itu tersambung. Dirinya sengaja memesan 2 kamar karena anak-anak ini terdiri dari 2 cowok dan 3 cewek, 1 kamar lumayan luas untuk di tempati 5-6 orang, tentunya bagi mereka itu sudah cukup.

Sekarang malam makin larut, udara di luar sangat tidak memungkinkan bagi anak-anak seperti mereka.

"Sebentar lagi teman kakak datang, kalian ikut dia yah? gak usah takut temen kakak orang baik, kalau udah sampe di sana kalian ganti baju, kemudian makan malam lalu tidur ya? nggak usah keliling lagi, kalian bisa tinggal disana, oke?" Ujar Arran menatap satu persatu anak itu.

Selang 15 menit mobil pajero putih datang, itu suruhan Arran. Anak-anak itu kemudian naik ke dalam mobil itu, melambaikan tangan kepada Arran kala mobil itu mulai berjalan.

Arran tersenyum menghela nafas lega. Dirinya bersyukur masih bisa tinggal dan makan di tempat yang layak. Tidak seperti mereka yang harus mencari tempat tinggal setiap saat dan berpindah-pindah. Tak jarang dari mereka tidur di pinggir jalan karena sudah tak ada tempat lain.

23.40
Arran memasuki basemant apartemennya. Sedari mengantarkan anak-anak itu, Arran kemudian berkunjung ke rumah bibinya, Nilam. Sekedar bersantai dan bersenda gurau.

Arran memasuki lift menuju kamarnya. Saat lift terbuka Arran menangkap sosok yang tak asing sedang duduk di depan apartnya.

Arran mendekat mendapati Zhafirah yang tengah sibuk dengan ponselnya. Arran tak menghiraukannya, pria itu dengan santai membuka pintu apartnya.

Zhafirah yang menyadari keberadaan Arran segera mendekatkan diri menahan pergelangan tangan pria itu, namun dengan cepat Arran menepis tangan itu di barengi dengan wajah datarnya membuat zhafira sedikit kaget dan juga takut.

"Maaf." Hanya itu yang manpu keluar dari mulut wanita itu.

"Untuk?" Tanya Arran singkat.

"Soal semalam-"

"ga perlu minta maaf, lo bisa pulang sekarang."

"Arran aku minta maaf atas sikap aku, aku udah keterlaluan. Aku sampe-"

"gue mau istirahat." potong Arran cepat lalu segera meninggalkan zhafira yang kembali terdiam atas perkataan pria itu. Zhafira memejamkan mata, meremas ujung roknya.

"hufftt salah banget." gumamnya

Zhafirah berjalan keluar meninggalkan apartemen milik pria itu. Sepulang dari kantor zhafirah langsung ke apartemen Arran, menunggu pria itu berjam-jam. Namun sayangnya saat bertemu, Arran malah enggan untuk berbicara dengannya.

Wanita itu menghembuskan nafas kasar. Dirinya kemudian memesan taxi online lalu kemudian pulang menuju rumahnya.

Arran merebahkan tubuhnya. Pria itu sedikit kepikiran Zhafirah. Apakah ia terlalu jahat kepada gadis itu? Atau sikapnya yang cuek terlalu berlebihan? Arran mengusap wajahnya, mengapa semua ini bisa menjadi urusannya? Toh dia juga tidak salah menyeuki gadis itu.

Pria itu seperti kembali ke setelan pabrik awal. Sikapnya kembali dingin seperti sebelumnya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan pria itu? Sekali lagi terdengar hembusan nafas kasar dari pria itu, namun selang beberapa menit terdengar dengkuran keras yang menandakan pria itu telah terlelah dalam tidurnya.

———

Sudah satu minggu setelah Arran dan Zhafirah pulang dari bandung dan sudah satu minggu pula Arran dan Zhafirah tak berbicara sama sekali. Dengan Zhafirah yang selalu mencoba mengajak pria itu berbincang namun tembok yang Arran bangun terlalu tinggi.

Arran dan lukanya [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang