Yao Yong Xin melirik waktu, berbalik dan mengambil tasnya untuk keluar.
Rupanya dia punya janji.
" Mau kemana ? " Tanya Wu Hao Yang.
Yao Yong Xin menutup pintu dengan punggung tangannya, tidak memilih diam, " Aku punya janji. "
" Jangan bilang kau ada janji dengan polisi itu ! " Nada suaranya agak tinggi.
" En, ya, aku punya janji dengan Jing Xin. " Yao Yong Xin berkata sambil tersenyum, berjalan melewatinya.
" Untuk apa kau janjian dengan dia ? "
" Minum kopi. "
" Minum kopi apa, kau begitu santai ?"
" Akhir-akhir ini agak santai. "
" Kalau begitu aku akan pergi denganmu juga ! "
" Tidak perlu, kau masih perlu pergi bekerja di perusahaan. "
" Aku bisa meminta cuti. "
" Ku mendengar ada pertemuan negosiasi yang sangat penting siang ini. Apakah kau ingin ingkar janji dengan pelanggan ? "
" Kau dengar dari siapa ? "
Keduanya turun sambil membuat keributan.
Dalam sekejap mata, Wu Hao Yang sudah mengikuti Yao Yong Xin ke tempat parkir. Pintu terbuka dengan bunyi remote " dudu ", lampu mobil menyala. Wu Hao Yang berhenti di depan Yao Yong Xin dan berkata dengan tidak puas, " Aku tidak suka kau berhubungan dengan polisi itu. "
" Oh. " Yao Yong Xin mengangguk santai, berjalan melewatinya.
" Aku bilang aku tidak suka, kenapa kau masih pergi ? " Wu Hao Yang meraih pergelangan tangannya dan mencegahnya masuk ke mobil.
Yao Yong Xin menatapnya tanpa tergesa-gesa dan berkata dengan lembut, " Sudah janji dengan orang, maka harus pergi. Kau suka atau tidak, tidak ada hubungannya denganku. "
" Oke ! " Wu Hao Yang menggertakkan giginya, menatapnya dengan tajam, seolah ingin memakannya. Setelah keheningan yang lama, ia tiba-tiba mengerutkan kening, ekspresinya sangat polos dan teraniaya, " Baik, baik, baik ! Karena kau sudah membuat janji hari ini, maka kau pergilah. Tapi untuk perjamuan besok malam, kau jadi pasangan ku. "
" Kau lepaskan dulu, kalau tidak aku akan terlambat, jangan membuat masalah tidak masuk akal. "
Membuat masalah tidak masuk akal ? Wu Hao Yang tidak bisa mempercayai telinganya, tapi melepaskan tangannya dengan frustrasi.
Yao Yong Xin membuka pintu mobil dan duduk, menurunkan jendela setelah menyalakan mesin, tersenyum tipis, " Aku sudah memiliki teman pria untuk perjamuan besok malam."
Di bawah tatapan terkejut Wu Hao Yang, Yao Yong Xin melaju pergi.
Serangkaian nada dering cepat berdering di belakangnya, Wu Hao Yang menerima dengan kesal, mendengar sekretaris mengingatkannya di ujung telepon yang lain, " Presdir Yang, pertemuan negosiasi di siang ini akan diadakan dalam setengah jam ... "
" Shit ! " Wu Hao Yang menutup telepon, hampir gila.
Mengapa hanya dirinya yang perlu menghadapi perusahaan yang mengesalkan ini ?
Jika tahu dari awal ia akan buru-buru pergi menjemput pesawat !
Besok adalah hari ulang tahun Wu Ji Zong, Wu Miao Ke, nona besar dari keluarga Wu, telah selesai berpartisipasi dalam pameran lukisan Prancis dan buru-buru kembali ke China untuk merayakan ulang tahun papanya.
Pada penerbangan sore, Wu He Lian dan Gu Xiao Chen pergi menjemputnya.
Menunggu di aula, Gu Xiao Chen secara alami gugup memikirkan akan bertemu Wu Miao Ke.
Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali bertemu, gadis manis yang menangis di restoran juga meninggalkan kesan yang mendalam padanya. Hanya saja ada terlalu banyak ketidaksengajaan antara dia dan Lu Shi Yan, terlalu banyak kesalahpahaman yang seharusnya tidak terjadi. Mengenai Lu Shi Yan yang menghilang, Gu Xiao Chen hanya tahu dia terus berada di luar negeri dan memenangkan banyak penghargaan, tapi dia jarang kembali ke China.
" Kakak kedua ! " Suara wanita yang jelas datang dari depan, Gu Xiao Chen buru-buru bangkit.
" Jangan gugup. " Wu He Lian mengingatkan, keduanya memandang Wu Miao Ke berjalan perlahan dengan menarik koper.
Rambut Wu Miao Ke sangat panjang, menggulung santai menjadi bola lucu. Dalam beberapa tahun terakhir, dia juga telah dewasa, bukan lagi gadis muda yang jahil dan bodoh. Tanpa disadari dia telah tumbuh menjadi wanita anggun dan sangat cantik. Dia tersenyum pada mereka, mekar seperti bunga.
Gu Xiao Chen melihatnya, tapi juga melihat orang lain.
Itu adalah pria blasteran, kulit putih, tampan dan tinggi. Fitur wajah pria itu sangat menarik, memakai kacamata, sopan dan tampan, senyumannya sangat mempesona. Dia memiliki rambut cokelat, mengenakan jaket khaki, bergaya kasual, dengan aura artistik di sekujur tubuhnya.
Keduanya berjalan bersama, sangat serasi.
" Kakak kedua, kurasa dia pasti kakak ipar. " Wu Miao Ke berjalan ke arah mereka bersama pacarnya, tersenyum dan mengulurkan tangannya, " Kakak ipar, halo, pertama kali bertemu, aku belum memperkenalkan diri, aku Miao Ke, dia pacarku Kurt. "
Apa yang telah terjadi ? Kenapa dia tidak mengingatnya lagi ?
Gu Xiao Chen terkejut dan memegang tangannya dengan curiga.
" Wu He Lian, tunangan ku Gu Xiao Chen. " Wu He Lian berkata dengan suara berat, berjabat tangan dengan Kurt.
" Senang bertemu dengan kalian. " Kurt berbicara bahasa Cina yang canggung, tidak terlalu fasih.
" Kakak kedua, bukankah aku sudah mengatakan jangan menjemput ? Hei, tau begini aku memberitahumu sejak awal, aku masih harus pergi ke tempat dosen. " Wu Miao Ke tampak menyesal, dosen kembali ke Hong Kong beberapa hari sebelumnya untuk mempersiapkan lelang amal pameran seni, berpesan agar mencarinya ketika dia kembali ke Hong Kong. Karena itu, Wu Miao Ke berencana untuk melapor kepada dosennya sebelum kembali ke rumah.
" Aku akan mengantar mu ke sana, " kata Wu He Lian.
" Kalau begitu merepotkan kakak kedua untuk menjadi sopir. " Wu Miao Ke tersenyum tulus, berjalan keluar dari bandara sambil memegang tangan Kurt.
Gu Xiao Chen bingung, Wu He Lian menjelaskan dengan suara rendah,
" Dia melupakan semua hal sebelumnya, tidak ingat semuanya. "
Meninggalkan bandara, mobil masuk ke jalan raya.
Wu Miao Ke dan Kurt hanyalah dua anak besar, tertawa dan bertengkar dari waktu ke waktu. Kurt terus berbicara dan berbicara tentang hal-hal lucu, " Aku memintanya untuk menjadi pacar ku saat itu, tak menyangka dia langsung setuju, kalian tahu apa yang dia katakan ? "
" Apa ? " Gu Xiao Chen berbalik melihat kursi belakang mobil dan bertanya sambil tersenyum.
Wu Miao Ke menggenggam tangannya dengan malu-malu, Kurt mengangkat tangan mereka yang bergenggaman, menggelengkan kepalanya dan berkata, " Dia bilang merasa tanganku cantik. "
Itu benar-benar sepasang tangan yang ramping.
" Kurt ..." Gu Xiao Chen merasakan perasaan aneh di hatinya, mau tidak mau bertanya, " Apakah kau pemain piano ? "
" Kakak ipar, dia seorang arsitek. "
Senyum Wu Miao Ke muncul di mata Gu Xiao Chen, musik yang diputar di radio tiba-tiba terdengar di telinganya.
" Jika awan tahu,
Tidak bisa lepas dari penjara belitan,
Setiap kali hatiku sakit untuk sedetik, setiap kali aku menangis dan bangun untuk sedetik,
Hanya hati yang memohon kau tidak akan tahu,
... "
Jika awan tau《如果云知道》Valen Hsu
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girl 《我的女孩》Penulis asli: 《拓拔瑞瑞》
RomanceSekuel dari cerita Boss Playboy. Di sini akan menceritakan perjuangan Lian dan Chen untuk mendapatkan restu dari papa Wu. Hubungan Hao Yang dan Yong Xin. Dan beberapa rahasia yang belum terungkap. Jadi biar nggak penasaran, ikutin ceritanya ya.......
