Lima menit yang lalu Qyara sudah membuat dirinya malu di depan umum. Sekarang Qyara menutup wajahnya dengan topi pantai Qyara karena masih malu mengingat kejadian tadi. Semua mata tertuju kepadanya dan beberapa orang tampak masih menunjuk dan sesekali terpingkal. Situasi yang sangat memberatkan mental.
Di lapangan masih berlangsung simulasi perang tadi. Tampak beberapa orang mulai menata benteng pertahanan ditambah dengan beberapa pohon yang terbuat dari kardus. Para penembak yang tadi Qyara kira mengejar dia, kini sudah berganti kostum yang lebih mendukung ditambah dengan helm di kepala mereka.
Mereka sudah menangkap Fuad sebagai tawanan, karena telah melakukan kesalahan yaitu mencuri pentol kuah dan es. Merasa temannya diperlakukan secara tidak semena-mena pihak Fuad pun datang dan menantang pihak lawannya untuk berperang untuk menyelamatkan Fuad. Fuad yang sudah terikat tidak bisa bergerak dengan leluasa dibawa pihak lawan di bawah pohon cemara yang amat rindang dengan dahan uang cukup lebat. Pihak lawan menyetujui usulan dari pihak Fuad, kelompok ini diketuai oleh Tarmiji, lebih dikenal dengan sebutan Bang Kiji. Dan pihak Fuad dipimpin oleh Azka.
"Loh, ini mau perang atau mau balap motor liar nih?" Sriayu yang merasa keheranan.
"Positive thinking, mungkin mereka nggak punya helm pelindung yang asli makanya mereka menggantinya dengan helm biasa." Masih menutup wajahnya dengan topi.
"Qya, kamu nggak mau lihat? Tuh ada babang (cowok) ganteng. Rugi kalau kamu nggak liat" rayu Farasha.
"Idih, nggak mau. Aku masih malu Sya."
"Ra, ganteng benar ini babang nya. Yang hitam baju apalagi." Naura menambahkan.
"Ini dia nih, yang bikin aku emosi. Mana ada orang yang pakai baju hitam di situ. Semua pakai baju army Nau." Sriayu mendengus kesal.
"Ada mana, hitam itu!"
"Kacamata copot dulu bro, biar kelihatan." Farasha membuka kacamata Naura
"Oh iya. Rupanya hitam."
Semua yang mendengarkan menahan sedikit menahan emosi, apalagi ditambah dengan cuaca yang panas seperti ni, untungnya masih ada angin bertiup sepoi-sepoi yang bisa mengurangi panasnya. Qyara tak menghiraukan temannya, dan masih sibuk dengan dunia barunya yang hanya terlihat anyaman dari topi Naura.
Terompet mulai ditiup tiga kali, menandakan simulasi perang akan dimulai. Qyara yang terusik mendengar suara terompet langsung memberanikan diri melepas topi dari hadapan wajahnya. Dan saat membuka topi, Qyara langsung terpana melihat seseorang yang sedang bersembunyi di balik pohon yang terbuat dari kotak.
"Akhirnya kamu liat juga Qya."
"Gerah aja, lemes banget soalnya. Perlu udara segar dan nutrisi mata nih." Membetulkan posisi.
"Alasan doang."
Mereka pun lanjut menikmati tontonan yang ada di depan mereka. Qyara selalu fokus ke sosok yang ia lihat dari tadi. Tubuhnya kekar, dengan tinggi lebih dari 165 cm menurut perhitungan Qyara. Gayanya yang lincah saat menghindari tembakan, membuat hati Qyarakagum.
Apalagi saat dia menembak lawan dengan berbagai tipu daya. Melompat dari pohon yang satu ke pohon yang lainnya, berguling-guling di lapangan, dan sesekali berlindung di bali benteng drum yang sudah disiapkan tadi. Sejauh ini dia sudah bisa menjatuhkan tiga orang penembak dari pihak lawan.
Suasana sangat mencekam apalagi di lapangan diputar kan musik yang mendukung suasana itu. Ada beberapa penembak yang salah sasaran dan anak panahnya ter lontar ke kerumunan penonton, Qyara juga terkena tembakan dan menyimpan arrow untuk dikembalikan lagi. Untung saja anak panah itu bukan yang asli yang tidak dikenakan mata panah (point) dan sebagai pengganti hanya dipasang gabus. Apabila terkena tembakan tidak akan melukai tubuh yang tertembak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Archery Leader [[ TAMAT✓ ]]
RomanceSaat latihan simulasi perang Farasha berniat ingin menembak Qyara dengan anak panah yang tidak diberi pelindung. Di saat yang sudah diperhitungkan Farasha dengan tepat, ia mulai membidik Qyara yang membelakanginya dari balik pohon cemara. Ia ingin m...