🏹Amunisi Terakhir🏹

128 7 12
                                    

🥰🥰🥰

"Jangan lupa vote dan coment yah, jika ada typo atau pun penggunaan kata yang tidak sesuai menurut kalian jangan malu jangan sungkan tegur saja. Kerena kalian para pembaca lah yang dan menilai"

🌻Happy reading🌻
.
.
.
.
.


Burung camar terbang dengan tingginya di angkasa, sesekali mendarat di air sambil membidik mangsanya yang bersembunyi di bawah genangan air yang sangat luas itu. Rasyid berdiri di dek kapal menyaksikan semua dengan tenang hingga Fuad datang membuyarkan perasaanya.

"La-lagi ng-ng-ngapa-pain, Syid?" tanya Fuad yang membawa segelas kopi.

"Sedang liat masa depan. Nggak kerasa, ya bentar lagi mau wisuda. Aku bahkan merasa waktu ini terlalu singkat untuk dikenang tapi terlalu lama untuk dijalani."

"Sa-sa-la-lah ma-ma-mak-makan a-apa la-lagi ha-hari i-ini, ha?"

"Aku cuma rindu di saat kita berada di sekretariat, Fud." Masih memandang lautan luas.

"Le-le-bih te-tep-tepatnya sa-sa-sama Za-Zah-Zahra, kan?" goda Fuad.

"Tumben otakmu langsung konek, Fud. Nggak kayak biasanya. Apa mungkin selama di laut sinyal yang kamu terima lebih banyak ketimbang di daratan?"

"Fiks, ka-ka-kamu la-lagi mi-mir-miring o-ot-otaknya."

"Aku begini karena Zahra. Perasaanku kadang bingung dan dilema memikirkan hal yang terjadi selama ini. Apalagi untuk waktu dekat ini aku merasa takut besok akan di adakan simulasi perang. Aku berfirasat tidak baik tentang agenda kita yang satu ini."

"Za-Zah-Zahra pa-pas-pasti ba-baik sa-saja, kok. A-ap-apa la-lagi, kan a-ada Nur-ra-rah-man. Ja-ja-ngan kh-kha-wa-watir, ki-kita a-akan sa-sampai se-se-be-belum a-acar-acaranya di mu-mul-mulai."

"Semoga saja."

***

Di ruang pembuatan alat keluar kepulan asap tipis yang dihasilkan dari pemotongan aluminium. Sudah dua jam Farasha memotong beberapa bagian dan menyulapnya menjadi arrow yang siap pakai. Ia sengaja datang lebih awal dan membawa aluminium yang dibelinya di toko bangunan.

Begitu semua arrow yang ia perlukan sudah siap ia mengeluarkan point tajam yang sudah dilumuri dengan obat bius dosis sedang yang mampu melumpuhkan manusia dalam waktu 5 jam setelah menyebar di seluruh tubuh.

"Aku punya kado terbesar untukmu, Ra. Aku harap kamu menyambutnya dengan suka cita." Memasukkan point ke ujung sharp.

Merasa dirinya sudah selesai dengan amunisinya yang ia buat, Farasha langsung menyimpannya di tempat dimana hanya ia yang tahu. Tak lama dari itu, beberapa anggota lainnya sudah datang memenuhi ruangan untuk membuat arrow untuk simulasi besok.

"Sya, tolong potongkan kardus yang ada di atas lemari, ya."

"Oke."

Farasha berbalik badan langsung berjalan tanpa melihat tujuan dan menabrak Zahra di depannya.

"Ups! Sorry, nggak sengaja."

"Makanya jalan, tuh pake mata."

"Jenny, nggak usah diperpanjang. Ayo ke sana sekarang."

Dengan sombongnya Farasha berbalik arah meninggalkan Zahra dan Jenny yang masih terpaku di tempat. Mereka hanya membiarkan keangkuhan Farasya menyelimuti hatinya hingga ia menemukan hidayah secepatnya.

My Archery Leader [[ TAMAT✓ ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang