"Jangan lupa vote dan coment yah, jika ada typo ataupun penggunaan kata yang tidak sesuai menurut kalian jangan malu jangan sungkan tegur saja. Karena kalian para pembaca lah yang dan menilai"
🥰🥰🥰
🍒Happy reading🍒
Tak lama mereka pun sudah sampai di asrama, Naura dan Farasha membawa Qyara dengan sebuah motor. Baru kali ini mereka menjadi cabe-cabean, apalagi mengingat umur mereka yang sudah kepala dua. Inilah cara satu-satunya yang bisa ditempuh untuk membawa Qyara. Qyara berada di tengah-tengah antara Naura Dan Farasha, dan Farasha yang memegang kemudi.Naura langsung menelepon Sriayu untuk turun ke lantai dasar untuk membantu membopong Qyara naik ke lantai tiga. Secepatnya Sriayu turun dengan tergesa-gesa menuruni setiap anak tangga yang berbaris rapi. Sesampainya ia di lantai dasar, ia terkejut melihat keadaan Qyara yang masih belum sadarkan diri. Tanpa tanda tanya lagi mereka langsung membopong Qyaranaik ke lantai tiga. Dengan susah payah mereka membawa Qyara, akhirnya sampai juga di kamar mereka.
Sriayu mempersiapkan kasurnya untuk Qyara, untuk sementara Qyara akan tidur di ranjang Sriayu. Naura memegangi pelipis Qyara, lalu mengangkat kembali tangannya. Lalu menginstruksikan kepada temannya untuk Mengompres Qyara.
Dengan napas yang belum beraturan Sriayu langsung mengambil sapu tangan yang biasa digunakan saat ia demam. Dan berlari menuju wastafel untuk membasahi sapu tangan, baru ia kembali lagi dengan membawa sapu tangan yang sudah basah. Segera ia meletakkannya ke pelipis Qyara.
"Sebenarnya apa yang terjadi, Qya?"
"Tadi, kami ada permainan katak benteng takeshi gitu. Siapa yang bisa rebut bendera sama slayer yang ada lengan lawan akan menang. Tadi Qyara direbut paksa slayernya sama pihak lawan dengan ganasnya hingga membuat jilbabnya terbuka dan ia jatuh. Saking syoknya dengan kejadian itu, ia jatuh pingsan."
"Malah yang jatuhin Qyara nggak mau bertanggung jawab lagi, tuh, Sri."
"Wah kurang asem banget, siapa sih mereka."
"Nggak tahu. Kita aja baru liat tadi. Kayaknya anak baru."
"Kasihan kan Qyara"
"Aku lebih kasihan pas liat dia tadi di UKS, apalagi abis hujan-hujanan gitu. Mungkin ia akan trauma dengan kejadian itu." Farasha memasang wajah sedih.
Semua tampak iba melihat kejadian yang menimpa Qyara. Kakak kamar mereka tidak ada saat itu dikarenakan sudah berangkat magang semua kemarin. Jadi yang tersisa hanya mereka berdua. Sriayu pun meminta Naura dan Farasha untuk menginap dan membantu mengurus Qyara. Sriayu pun mengganti pakaian Qyara, seketika ia berfokus pada jaket yang asing di matanya.
"Nau, ini jaket punya siapa? Perasaan Qyara nggak punya jaket kayak gini."
"Oh itu jaket ketua divisi kesehatan."
"Siapa?"
"Kata Mas Fuad Namanya Azka. Tapi nggak tahu yang mana orangnya."
"Orang yang baik yah, cowok apa cewek."
"Pikirannya mulai traveling ya?"
"Namanya Azka emang ada yang cewek?"
"Iya juga sih hehe."
Sriayu pun langsung menggantungnya di lemari Qyara. Dan kembali memeriksa keadaan Qyara yang masih terbujur dengan kakunya. Tak lama suara adzan Magrib berkumandang. Mereka pun langsung bubar menuju tempat pemandian untuk mengambil air wudhu. Qyara masih saja belum sadarkan diri, mereka sengaja membiarkan Qyara untuk istirahat.
************
Tiba-tiba mata Qyara terbuka, Sriayu yang melihat penampakan Qyara langsung menghampiri Qyara. Tetapi badannya masih kaku, matanya mengeluarkan air mata dengan derasnya. Naura langsung mengguncang tubuh Qyara tapi tidak ada respons apa pun dari Qyara.
Terdengar dari jauh teriakan suara Farasha yang baru saja mengambil selimut dari kamarnya. Mukanya pucat pasi terlihat jelas ketika dia masuk ke kamar, apalagi ia melihat Qyara yang dalam keadaan yang janggal.
Seketika teriakan dari kamar lain langsung sahut menyahut. Teriakan itulah yang menyebabkan Farasha lari pontang panting dari lantai dua ke lantai tiga. Ternyata ada yang kemasukan, awalnya dipicu oleh mahasiswi yang pingsan setelah acara ospek organisasi. Ternyata arwah yang merasuki memanggil teman-temannya dan memasuki tubuh lainnya.
Tak terkecuali Qyara, ia mulai mengeluarkan tangisan kecil. Dan mulai mengentak-entakan kakinya di atas kasur. Semua orang yang di dalam kamar kelabakan dengan fenomena yang baru saja terjadi saat ini. Tidak ada yang berani untuk mendekati Qyara. Semua teriakan semakin menjadi-jadi dengan ganasnya. Bahkan di luar pintu ada yang sudah mendobrak pintu kamar Qyara. Diiringi dengan isak tangis yang sama dengan Qyara sambil menyebut Qyara adalah temannya.
Qyara masih saja terkejang-kejang dengan isak tangis. Tapi tak lama tangisan menghilang dan berganti dengan teriakan yang sama persis dengan mereka yang berteriak di luar kamar. Di luar juga tidak berhenti mendobrak pintu dengan tangis yang menjadi.
Farasha yang merasa tidak tahan juga ikut menangis dan langsung berjongkok saking takutnya. Tak lama menyusul Naura yang ikut berjongkok dengan Farasha. Sriayu yang masih menahan pintu tidak bisa berbuat banyak.
Tak lama terdengar suara ayat suci Al-Qur'an. Suaranya semakin menggema menembus semua benda yang di tembusnya. Suara teriakan mereka semakin menggila apalagi mendengar bacaan itu. Diantara mereka ada yang menutup telinga dan memecahkan barang sambil berteriak histeris.
Qyara masih berteriak dengan histerisnya dengan mata yang masih tertutup ditambah dengan air mata yang berjuraian. Suara gedoran pintu semakin membrutal. Setelah hampir setengah jam lantunan ayat suci Al-Qur'an di putarkan suara teriakan mulai mereda.
Ketika mereka sudah tidak teriak lagi, mereka akan jatuh pingsan. Begitu juga dengan Qyara, gerakannya perlahan berhenti dan suara tangisannya menghilang dengan sendirinya. Naura dan Farasha yang tadinya yang jongkok mulai berdiri dan membantu Sriayu menahan pintu yang masih di diketuk orang luar.
Tak lama suara ketukan pintu juga berhenti, dan terdengar suara orang jatuh di luar. Menyusul suara orang yang bingar, seperti sedang mengamankan tubuh yang tergeletak di depan pintu. Mereka pun berangsur duduk setelah lama menahan pintu. Mengingat Qyara yang sudah berhenti bertingkah, mereka langsung mengerumuni ranjang Sriayu.
"Qya, bangun, Qya." Naura mengguncang tubuh Qyara.
Qyara masih memejamkan mata. Farasha berinisiatif untuk membasuh muka Qyara dengan air yang sudah dibacakan Al-Fatihah. Ini pengalamannya sewaktu di sekolahnya dulu. Setelah muka Qyara dibasuh dengan air, perlahan matanya mulai membuka satu persatu. Semua merasa lega saat Qyara sudah sadarkan diri.
********
Azka masih terbayang dengan keadaan Qyara tadi sore, hingga dia mengerjakan tugas saja tidak bisa berkonsentrasi dengan baik. Padahal ia belum kenal lama dengan Qyara, tapi ia sangat peduli dengan Qyara. Demi menghilangkan rasa khawatirnya ia sengaja meminta nomor Whatapps Qyara pada saat pendataan expo kepada Nurahman ketua divisi humas.
Azka hanya menyimpan, tapi tidak berani untuk menghubungi Qyara. Ia Berpikir mungkin Qyara belum sehat seutuhnya, jadi ia mengurungkan niatnya. Dan meletakkan kembali ponselnya dan mulai fokus kembali kepada tugas yang terhenti tadi.
Azka sedang mempersiapkan laporan bidang kesehatan yang akan disetorkan tiap bulannya kepada Coky. Dan akan diolah kembali oleh sekretaris umum, Ferel. Azka dengan telaten mengerjakan laporan, karena ini menyangkut data kesehatan para anggota. Apabila data salah input, maka akan mendatangkan malapetaka yang besar.
Setelah menyelesaikan laporan itu, Azka langsung pergi tidur. Besok pagi ia harus kembali ke sekretariat untuk menyerahkan laporan itu kepada Coky. ia juga berencana untuk membelikan beberapa cemilan,kue manis dan obat untuk Azka. begitu mendapatkan riset keadaan Qyara dari anak buahnya, ia langsung mencarikan obat dengan dosis yang tepat untuk Qyara. lalu membungkusnya dengan sedemikian rupa, ditambah dengan beberapa kalimat penyemangat untuk sembuh. Ia akan menyuruh stafnya untuk mengantarkannya kepada Qyara besok pagi.
"Bentuk kekhawatiran yang sangat mendalam dapat mengubahmu menjadi orang yang perhatian."🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
My Archery Leader [[ TAMAT✓ ]]
RomansaSaat latihan simulasi perang Farasha berniat ingin menembak Qyara dengan anak panah yang tidak diberi pelindung. Di saat yang sudah diperhitungkan Farasha dengan tepat, ia mulai membidik Qyara yang membelakanginya dari balik pohon cemara. Ia ingin m...