♻️Reuce Reduce Recycle♻️

45 7 11
                                    


🔥🔥🔥
Happy reading
.
.
.
.
.


               Pikiran Zahra masih mengambang mengenang kejadian beberapa hari lalu lebih tepatnya pada malam festival lentera. Ia merasa canggung, malu sekaligus marah dalam satu waktu. Bagaimana tidak, Rasyid tiba-tiba datang ke festival dan berdiri di sebelahnya tanpa merasa bersalah sedikit pun.

               Selain hal itu ada lagi tingkah Rasyid yang membuat Zahra geger otak untuk memikirkannya. Bisa-bisanya Rasyid menunggu di depan asrama hanya untuk meminta Zahra merespons dirinya meskipun dirinya diguyuri dengan hujan.

               Zahra yang memantau dari jendela kamar merasa jahat karena telah menghukum orang dengan tidak wajar. Dengan rasa kemanusiaan yang tersisa ia turun dan membawakan Rasyid payung. Wajah merah padam tak dapat dielakkan ketika memandang wajah Rasyid.

Buru-buru ia meninggalkan Rasyid dengan payung yang sudah menyelamatkannya dari hantaman bulir bening yang ganas itu. Rasyid tersenyum puas dengan penilai yang dilakukannya selama ini, paling tidak dia bisa mengukur bahwa dirinya masih dapat mendekati Zahra meski Zahra tidak begitu merespon.

***

Hari ini Zahra sudah terbebas dari masa skors besar kemungkinan untuk ia akan kembali bertugas ke sekretariat panahan. Kebetulan ia langsung dapat jatah jaga siang hari ini bersama dengan Naura.

Krieet

“Ayo, Ra.”

“Rasyid nggak masuk, kan hari ini, Nau?” berbisik kepada Naura untuk memastikan keadaan.”

“Aja tentu, dia soalnya buat lagi magang proposal besok buat.”

“Emang berangkat magangnya kapan?”

“Salah kalau nggak, sih ini minggu, Ra.”

“Yes, paling tidak aku dia akan sibuk dan tidak akan ke sekretariat,” batin Zahra.

               Zahra masuk ke ruangan dan langsung menuju dapur dan mengambil gelas untuk diisi sesuatu, ia merasa sangat dahaga.

“Wah, punya nyali juga habis masa skors langsung ke sini?” datang dengan membawa jus jeruk di tangannya.

Exuce me, air panas mau lewat.”

“Kamu pikir kamu siapa, ha?” menarik Zahra baju dari belakang.

“Aku? Zahra Athanasia, apalagi?”

“Jangan pancing kemarahanku,” bentak Farasha.

“Jingin pincing kimirihinku,” ejek Zahra.

“Dasar ...,”

“Siapa di sana, kalian ributin apa?” Nurahman masuk dengan tiba-tiba bersama Naura.

               Begitu mendengar suara orang, Farasha langsung mengguyur dirinya dengan minuman yang ada di tangannya.

“Zahra jahat, deh.”

“Apa yang terjadi di sini?” tanya Nurahman yang baru saja tiba.

“Zahra baru saja memandikanku dengan minumannya, Kak. Padahal aku nggak salah apa-apa sama dia. Baru masuk aja dia mulai berulah lagi.”

“Mulai lagi dramanya.” Zahra mendengus kesal.

“Tuh, kan, Kak. Liat aja reaksinya. Kayak nggak bersalah aja.”

My Archery Leader [[ TAMAT✓ ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang