[23]

13.9K 927 92
                                    

Mark melajukan mobilnya dengan cepat. Setelah urusannya dengan Hyungseob selesai, pria tampan itu bergegas pergi menuju rumah milik sang kekasih hati.

Lee Haechan.

"Tunggu aku, Haechan-ah."






🐇🐰🐇




Kun menemani sang istri er ralat suami manisnya di rumah milik keluarga Na. Dielusnya rambut halus milik pasangan hidupnya sayang.

"Masih terpikirkan yang tadi?" pria tampan itu bertanya pelan.

"Gege, aku masih merasa tak enak padanya. Salahku juga yang tak mengatakan statusku yang sebenarnya." pria mungil itu menjawab lirih. Wajah yang biasanya nampak cerah itu, hari ini nampak murung. Membuat Kun menjadi tak tega.

Semenjak kejadian cincin pernikahannya menghilang di kafe itu. Renjun memang tidak memakai cincin di jarinya selama beberapa kali saat bertemu dengan Jeno, sebelum Kun memesankan cincin yang baru, yang serupa dengan cincin pernikahan mereka.

Hal inilah yang membuat Lee Jeno mengira kalau Huang Renjun adalah pria yang lajang.

"Bukan salahmu, Sayang. Lee Jeno hanya sedang salah paham saja." Kun menenangkan pasangan hidupnya.

"Tetap saja Ge, aku masih tidak enak. Dia sudah terlalu berharap padaku."

"Tidak apa-apa Sayang. Besok, kalau situasi sudah lebih kondusif. Kita berdua akan langsung menemuinya. Menjelaskan semuanya agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi." Kun memeluk tubuh pasangannya.
"Sekarang beristirahatlah. Bukankah hari ini cukup melelahkan, hm."

"Terima kasih Ge."







🐇🐰🐇














Mark memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah milik keluarga Haechan. Dengan tergesa pria tampan itu keluar dari mobil mewahnya. Beruntung bagi Mark, pintu gerbang rumah ini tidak ditutup.

"Haechan-ah! Haechan-ah!" teriaknya sambil mengetuk pintuk berwarna coklat tua di depannya.

"Berisik sekali! Bisa sabar tidak sih!" teriak pria tampan yang kebetulan membuka pintu.
"Kau!" tunjuknya pada Mark. "Sedang apa di sini?"

Mark tahu siapa pria di hadapannya ini.

"Bukan urusanmu. Di mana Haechan?!"

"Haechan tidak ada. Lebih baik kau pergi dari sini sebelum aku memukulmu." usir si pria tampan.

"Minggir!"

"Kau ini bebal sekali ya. Haechan tidak ada. Lebih baik kau pergi dari sini sebelum aku benar-benar memukulmu."

"Ck."

Mark mengalah. Dia tidak ingin membuat keributan lebih. Melihat kepergian mobil milik Mark, pria tampan itu dapat bernapas lega. Setidaknya dia dapat meringankan beban si kesayangan.

"Mark sudah pergi. Sekarang apa maumu?" pria itu bertanya pada Haechan yang berdiri tepat di sebelahnya. Lee Haechan memang ada di rumah seperti perkataan Mark tadi.

"Entahlah, aku tidak tahu." lirih Haechan. Masih terlihat jejak air mata di pipi mulusnya.

"Boleh aku memberi saran. Selesaikan segera permasalahan ini agar kau merasa lebih baik. Mungkin saja ada hal yang tidak kita ketahui."

"Akan aku pikirkan."







🐇🐰🐇











Panas? [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang