Sudah satu jam lebih pemuda gulali itu membersihkan kamar si pemuda dingin, yang mirip dengan kapal pecah. Sangat berantakan.
Demgan menggerutu pemuda manis itu membersihkan baju-baju kotor yang berserakan di lantai. Ini lebih buruk dari hari pertama kali dia datang ke rumah ini. Sepertinya pemuda dingin itu sengaja mengerjainya. Ya, pasti dia sengaja. Batin Jaemin si pemuda gulali.
"Kenapa sampai sekotor ini sih." gumamnya.
Masih banyak barang yang berserakan di dalam kamar mewah itu yang harus dia bereskan. Ini masih lama. Tahan. Tahan. Tahan, Na. Gumamnya.
"Sudah selesai?"
"Belum." jawab Jaemin kelewat datar. Memangnya pemuda itu pikir membersihkan barang-barang yang berserakan semudah membalikkan telapak tangan hah?! Dumelnya.
"Cepat selesaikan." perintahnya.
Seenaknya pemuda dingin itu untuk cepat-cepat menyelesaikan ini semua. Dia pikir, dia siapa. Huh! Menyebalkan.
"Kau gila, ya! Aku tidak mau!" tolak Jaemin. Enak saja pemuda itu bisa berbuat semena-mena padanya. Awas saja nanti.
"Aku tidak peduli."
"Kau ada masalah apa denganku! Katakan saja!" teriak Jaemin. Apa salahnya sih sampai-sampai pemuda dingin ini senang sekali mengerjainya.
"Hm."
"Yak!"
Jaemin geram. Ingin mengamuk, tetapi dia sadar tempat. Beda cerita kalau ini di rumahnya. Dia bisa bebas mengamuk meluapkan seluruh amarah yang dipendamnya.
"Kau benar-benar." Jaemin tidak sanggup menyelesaikan perkatannya. Memarahi pemuda dingin di hadapannya pun percuma. Yang dapat dia lakukan sekarang ini adalah menetralkan semua amarahnya. Tidak lucu 'kan, jika dia benar-benar kelepasan mengamuk dengan menghajar pemuda dingin di hadapannya. Sayang, wajah tampannya. Eh!
"Cepat bersihkan. Aku tidak mau tahu saat jam dua nanti aku ke sini tempat ini harus sudah seperti sedia kala." perintahnya seenak udel.
"Kau gila ya! Mana mungkin aku dapat menyelesaikannya dalam waktu satu jam saja. Dasar gila!"
"Peduli setan. Aku. Tidak. Peduli."
"Grrr. Kau!"
Jaemin mengamuk. Tangannya reflek melemparkan buku tebal yang dipegangnya tadi. Buku yang seharusnya dia susun di atas rak malah dia lempar ke arah pemuda dingin itu.
"Kau yang gila hah! Sakit tahu!" teriak Jeno tidak kalah murka. Benar-benar bar-bar. Berbeda dengan Renjunnya. Batinnya.
"Kau yang gila!"
"Sialan! Aku benar-benar ingin menghajarmu, Na! Awas kau!" runtuh sudah pertahanan Jeno. Pemuda gulali di depannya benar-benar menyebalkan. Kita lihat saja nanti. Siapa yang akan menang di sini.
"Cih. Aku tidak takut."
"......"
Pemuda Lee itu pergi. Muak dia, jika satu ruangan dengan pemuda gulali tidak tahu malu itu. Niatnya ingin mengerjai si pemuda gulali malah berbalik dia yang kena imbasnya. Sakit tahu dilempar buku setebal 400 halaman. Apalagi buku itu tidak sengaja mengenai lengannya. Rasanya benar-benar sakit.
"Awas saja kau. Aku akan membalasmu, nanti." gerutu Jaemin. Dia pikir, dia siapa. Mentang-mentang sepupu Mark, pemuda itu bisa berbuat seperti ini.
"Akh sial! Kenapa harus sekarang sih." rengeknya saat merasakan itu datang lagi. Kenapa harus di tempat ini sih, batinnya nelangsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panas? [Nomin]
FanfictionJaemin panas. Udah itu aja. Warning! AU! Boyxboy! Bl Baku! Nonbaku!