Panas? [Nomin]

|11|

"Sudah selesai belum?"

"Belum,"

Mendengar pertanyaan yang sama secara berulang-ulang membuat pemuda berambut gulali itu jengah.

"Kau tidak lihat aku sedang apa." ujar Jaemin. Apalagi saat melihat bagaimana pemuda itu duduk. Benar-benar seperti seorang majikan yang tengah mengawasi kacungnya. Menyebalkan. Batinnya.

"Aku lihat, tapi kau terlalu lama membersihkannya." jawabnya acuh tak acuh.

"Kau benar-benar menyebalkan, Tuan Lee." geram Jaemin.

"Memang." jawab Jeno acuh tak acuh. Menambah kadar kekesalan pemuda berambut gulali itu.

Pemuda itu pun pergi meninggalkan Jaemin sendiri di kamar mewah tersebut.

"Sialan." umpat Jaemin.

'Enak saja. Awas saja kau. Akan kubalas nanti!' batin Jaemin nelangsa.

Butuh waktu setengah jam Jaemin menyelesaikan seluruh pekerjaannya. Kamar yang tadinya cukup berantakan sekarang sudah rapi kembali bahkan wangi dibandingkan yang tadi.

"Akhirnya selesai juga." desah lelah Jaemin. Membersihkan ruangan ini benar-benar membuat tubuh kurus Jaemin terasa pegal. Ditambah dengan kondisi tubuhnya yang sedang tidak sehat hari ini.

Ditatapnya sekeliling kamar. Tidak ada yang menarik. Dengusnya. Kamar milik Jeno sama seperti kamar yang lainnya. Ranjang super besar berada di tengah-tengah ruangan. Dengan sebelahnya ada meja bejalar dan dua buah almari yang berisi buku-buku di sudut ruangan.

(Kira-kira kaya gini gambaran kamar Jeno)

'Tidak ada yang menarik.'

Selepas membersihkan kamar Jeno. Pemuda manis itu pun bergegas menuju kamar mandi yang berada di dalam ruangan tersebut. Masih ada hal yang harus dia tuntaskan.

🌸🌸🌸

"Haah." desah lelah Jeno saat menatap layar gawainya untuk kesekian kalinya. Masih tidak ada jawaban.

Sudah sepuluh menit pemuda itu nongkrong di bawah pohon rindang di taman belakang rumah bibinya, tapi jawaban dari seberang sana tak kunjung datang.

"Renjun-ah."

Sesak. Kenapa pemuda manis kesayangannya tidak membalas pesannya.

Padahal pemuda tampan itu benar-benar merindukan pemuda kesayangannya itu.

"...."