|4|

64.6K 5.2K 1.1K
                                    


"Uhm sah.. kithh.." ringis Jaemin.

Cklek!

Mendengar suara pintu yang terbuka membuat tubuh Jaemin menegang. Kegiatan yang dilakukan Jaemin langsung terhenti. Dengan takut-takut dia tolehkan kepala ke arah pintu. Takut-takut kalau yang masuk adalah Haechan.

Dan pilihannya tersebut ternyata salah.

"Apa yang kau lakukan?" suara datar nan dingin tersebut membuat Jaemin mati kutu.

"H-hah?"

🌺🌺🌺




"S-sedang apa kau di sini." cicit Jaemin tidak percaya.

Bagaimana bisa?

Bagaimana bisa pemuda dingin sekelas Lee Jeno mau dan sudi datang ke rumah temannya, Haechan.

"Kenapa? Kaget?" tanya Jeno kelewat dingin. Ditatapnya tubuh telanjang Jaemin yang tengah terduduk di kasur king size milik Haechan, temannya Mark. Oh! Jangan lupakan jemari nakal milik si pemuda uhuk-kurus-uhuk yang masuk ke lubang merah muda miliknya. Membuat Jeno meneguk ludahnya kasar. Sial. Sial. Sial. Umpatnya dalam hati.

"Err," angguk Jaemin dengan imutnya. Tidak sadar.

"Cih."


Kenapa?


"Ung." Dimiringkannya kepala merah muda miliknya. Sepertinya Na Jaemin masih tidak sadar akan apa yang sedang dia perbuat. Apalagi dengan jemari mungil yang dengan nistanya masih berada di lubang kenikmatan miliknya.

Jeno hanya bisa memalingkan wajah tampannya. Enggan untuk melihat pemandangan nista tapi 'indah' di hadapannya. Entah pemuda tukang intip itu yang kelewat polos atau malah urat malunya sudah putus, Jeno tidak tahu.

"Ehem. Bisa kau keluarkan jarimu dari lubang sialanmu itu." perintah Jeno risih. Masih dengan wajah dipalingkan.

"H-hah?" Entah hanya perasaan Jaemin saja jika tubunya terasa dingin, seperti tanpa penghalang.

O-oh!

Sial!

Bagaimana bisa dia lupa, jika masih melakukan 'itu'.

Dengan mata membulat Jaemin menatap Jeno shock. Sepertinya Na Jaemin kita sudah sadar pemirsa.
Dikeluarkannya jari mungilnya dari dalam lubang kenikmatan miliknya dengan tergesa. Membuat ringisan sakit hinggap di wajah cantik pemuda yang sedang telanjang bulat tersebut karena gerakannya yang tiba-tiba barusan.

"Cih."

"T-tolong bajuku." pinta Jaemin sambil menahan malu.

"Ambil. Sendiri."

"Tolonglah." rengek Jaemin tidak tahu malu.

Sepertinya urat malu Na Jaemin sudah benar-benar putus. Sudah terpergok berbuat nista eh malah....

"Apa imbalannya untukku, jika Aku membantumu."

"Apapun." cicit Jaemin.

"Hm?"

"Apapun yang kau minta akan aku lakukan." ulang Jaemin. Siapa tahu dengan begini Jeno -si pemuda dingin- mau membantunya. Padahal jika Jaemin mau, dia bisa dengan mudah mengambil pakaian yang sudah dilemparkannya kembali.

Panas? [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang