|1|

169K 8.2K 3.2K
                                    

Jaemin panas.

Entah kenapa akhir-akhir ini Jaemin merasa kepanasan. Padahal cuaca saat ini tidak ada panas-panasnya sama sekali.

Mendung malahan..

Sejak melihat pemuda tampan yang merupakan tetangga baru di sebelah rumahnya, Jaemin merasa panas. Entah panas yang seperti apa? Jaemin tidak tahu.

Jaemin galau.

Sungguh.

Masa iya dia menjadi seperti ini gara-gara melihat si tetangga baru sebelah rumahnya.

Iya sih, dia tahu tetangganya itu tampan. Tampan sekali malahan.. Kakaknya yang menurutnya tampan saja masih kalah tampan dari tetangga baru sebelah rumahnya.

Heran, deh.

Oh, iya, tetangga baru sebelah rumahnya namanya Lee Jeno kalau tidak salah dengar. Dia tampan, tetapi sayang wajahnya dingin sekali. Membuat bulu kuduk seorang Na Jaemin berdiri saking dinginnya.

"Astaga, dia tampan sekali." bisik Jaemin sambil mengamati tetangga barunya yang kebetulan lagi jendela kamarnya tepat bersebelaham dengan jendela si tetangga baru.

"Uuh, panas." dikibas-kibasnya buku yang sedari tadi teronggok dengan indahnya di atas meja sebagai pengganti air conditioner (AC) yang lupa dihidupkan oleh Jaemin untuk menghalau panas yang sedang dirasakannya sekarang.

"Astaga, astaga." pekik Jaemin girang saat melihat sang tetangga, sebut saja Lee Jeno yang sedang berganti pakaian. Membuat tubuh bagian atasnya terpampang dengan jelas.

"Aku ingin mengelusnya." dengan pipi merona Jaemin mengatakan apa yang sedari tadi berada dalam pikirannya karena mengelus tubuh seorang Lee Jeno adalah keinginan terpendam dari serorang Na Jaemin.

"Dek?" panggilan seorang pemuda berwajah tampan mengagetkan Jaemin yang sedang khusuknya 'melihat' adegan yang membuat tubuhnya menjadi panas.

"Ah, Kakak, mengagetkanku saja." cemberut Jaemin sesaat setelah mendengar panggilan sang kakak. Dielus-elusnya dada datar miliknya berusaha menetralkan detak jantungnya karena kepergok sedang melihat ah bukan tetapi mengintip apa yang sedang dilakukan tetangganya barusan.

"Kau? Sedang apa barusan?" tanya sang Kakak dengan kening yang berkerut, yang malah menambah kadar ketampanannya.

"Tidak sedang apa-apa kok Kak, hehehe."

"Jangan bohong. Aku melihatmu sedang memperhatikan jendela tetangga sebelah."

"Nana tidak bohong, kok, Kak." elak Nana.

Nana adalah panggilan sayang seorang Na Jaemin dari keluarganya. Hingga sampai sekarang masih digunakan. Bahkan teman-temannya pun terkadang memanggilnya dengan 'Nana'. Biar lebih akrab katanya.

"Awas saja kalau kau berbohong. Akan aku adukan ke Mama."

"Ish sudah dibilang Nana tidak bohong, kenapa Kakak tidak percaya sih." dengan mempoutkan bibir mungilnya, yang mana malah menambah kadar keimutan seorang Na Jaemin.

"Iya deh, iya, Kakak percaya kok." jawab sang Kakak mengalah. Mana tahan dia melihat adiknya berpose imut seperti itu.

Kalau saja Jaemin bukan adik kandungnya. Sudah dia ajak incest saja sang adik dari dulu. Maklum adiknya 'kan cantik walau sayang dia tepos. Ups.

"Nah gitu dong. Dari tadi kek bilangnya." sungut Jaemin masih dengan muka cemberutnya.

"Iya, iya, bawel Adikku Sayang."

Panas? [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang