Bab 1- Pertemuan Pertama

34 4 0
                                    

Mariana's Point of View

Aku adalah orang yang cukup sulit untuk catuh cinta, walaupun sesempurna apapun laki-laki yang ada dihadapanku itu.

Pertama kali aku jatuh cinta adalah pada seorang penyayi masa kecilku bernama Eric Clapton, cukup tua bukan, but i don't care, saat aku berada dikelas lima sekolah dasar. Mungkin terdengar klise tetapi itulah faktanya. 

Banyak orang mengatakan bahwa untuk pertemuan pertama tidak bisa langsung dikatakan bahwa itu adalah cinta, yang terjadi adalah kekaguman fisik semata. Aku memahami itu, ada benarnya.

Tetapi pertemuan pertama kami waktu itu membuatku langsung jatuh cinta begitu juga dengan pertemuan kami selanjutnya. Perasaanku makin kuat padanya.

Awal pertemuan kami bisa dibilang biasa saja karena dia adalah teman dari temanku. Semuanya berjalan normal sampai dia menyanyikan salah satu lagu favoritku yang menurutku jarang disukai oleh para kaum laki-laki. Bukan lagunya Eric tentunya, walaupun dia masih menjadi cinta pertamaku tetapi aku butuh mendengarkan lagu dari penyanyi lainnya juga kan?

Dia menyanyikannya dengan begitu baik membuatku terpana seketika. Dia mungkin bukan tipe cowok yang selama ini aku ingin jadikan pacar, tetapi saat pertama melihatnya dia bisa langsung menjadi tipeku. Mataku memang tidak salah untuk menilai.

Setelah pertemuan pertama kami aku selalu memutar lagu tersebut berulang kali, aku membayangkan setiap lirik yang keluar dari mulutnya waktu itu. Ini benar-bebar membuatku gila.

Namaku Mariana Edrea, aku seorang mahasiswa semester empat. Aku masih menikmati setiap waktuku dikampus bersama teman-temanku tetapi pikiranku selalu terbang melayang pada dirinya.

Namanya Melvin Harsa. Aku ingat saat dia meyodorkan tangannya pertama kali padaku tersasa dingin dan ringan karena dia tidak menggenggam tanganku dengan erat, membuatku sedikit kecewa. Aku berharap kami bisa bertemu lagi secepatnya.

"Lagi ngelamunin apa sih?" tanya seorang temanku tiba-tiba membuatku sedikit kaget.

"Deddy Corbuzier!" jawabku ngasal, sambil membenarkan letak tasku.

"Hari ini temanin aku ketempat Vilas ya" kata Nea sahabatku yang menjadi perantara sehingga aku bisa bertemu dengan Melvin.

Aku hanya menganggukan kepalaku malas padanya padahal dalam hati aku bersorak kegirangan. Aku berusaha menahan suaraku ditenggorokan agar tidak sampai keluar dengan tidak sopan dari mulutku.

Pertemuan kedua ini berjalan sedikit lebih baik karena aku lebih banyak mendengar suaranya, walaupun dia tidak bebicara secara langsung denganku.

Aku memperhatikannya secara diam-diam. Dia membuatku kembali tak berdaya, kali ini daya tariknya untukku sangat kuat sehingga aku harus mengendalikan diriku sekuat tenaga agar aku tidak terlihat seperti anjing yang melihat tulang untuk pertama kalinya.

Dia memainkan gitar dengan sangat lembut, jari-jarinya membelai senar gitar dengan lihai sehingga menghasilkan harmoni yang indah dengan suaranya. Aku menggenggam kedua tanganku dengan erat sambil terus mendengar dia dan temannya bernyannyi.

Aku masih terus berpikir lagu apa yang sedang dia nyanyikan sekarang ini, sepertinya aku pernah mendengarnya tetapi aku lupa judul.

"Kamu sakit ya ?" tanya Vilas pacar sahabatku Nea. Ternyata aku sedang mengetuk-ngetuk jari didahiku sambil memejamkan mata.

"Gak kok, lagi mikir aja?" jawabku kelagapan. Aku memperhatikan mereka semua sedang menatapku mencari tahu, aku hanya memasang senyum canggung kearah mereka.

Saat sampai di rumah aku kembali berusaha untuk mengingat lagu yang Melvin nyanyikan tadi. Aku mencoba berbagai judul yang mungkin, tetapi hasilnya tidak sama. Aku mencoba mencari dengan menggunakan sebagaian lirik yang aku ingat hasilnya juga tetap tidak sama. Karena lelah akhirnya aku memutuskan untuk untuk tidur saja semoga kami bisa bertemu dalam mimpi.

Empty SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang