Melvin's Point Of View
Aku terdiam didalam mobil cukup lama, sebagai seorang laki-laki aku bisa paham posisi Alvaro sekarang. Aku tidak tahu apa yang akan Alvaro lakukan selanjutnya, aku hanya berharap yang terbaik untuknya.
Aku melihat Alvaro keluar dari mobilnya dengan wajah lesuh. Alvaro sedikit berantakan rambutnya belum dipotong dan kumisnya sudah mulai muncul, tidak biasanya Alvaro berpenampilan seperti ini.
"Selamat pagi" sapaku sambil memberikan satu cup kopi untuknya.
"Selamat pagi juga." Ekspresi Alvaro berubah seketika, wajahnya menunjukan bahwa dia sedang baik-baik saja.
"Terima kasih kopinya." Kata Alvaro lagi. Kami berdua melangkah bersama menuju lobi kantor yang sudah cukup ramai. Aku dan Alvaro membahas kelanjutan proyek kami yang kemarin.
"Selamat pagi pak," suara Mariana membuatku langsung menoleh cepat.
"Selamat pagi Mariana."
"Selamat pagi Ana." Jawabku dengan Alvaro secara bersamaan.
Aku tidak melihat kesedihan apapun juga dimata Mariana padahal kemarin dia terlihat sangat sedih. Begitu juga dengan Alvaro dia menanggapi Mariana seperti biasanya. Aku sangat salut dengan keprofesionalitasan mereka berdua.
Aku dan Alvaro terus melangkah sedangkan Marizna menunggu seseorang yang sedang memanggilnya. Aku terus menoleh kebelakang memperhatikan seseorang yang sedang memanggil Mariana. Dia adalah seorang pria yang sepertinya bukan berasal dari kantor ini. Langkahku terhenti saat pria itu memberikan Mariana kopi dan memeluknya.
Darahku mendidih seketika, aku meremas cup kopiku tanpa sadar dan membuat sebagian isinya tumpah, siapa orang itu?
Aku melanjutkan langkahku, aku tidak mendapati Alvaro dimanapun .Sepertinya dia sudah naik lift dan meninggalkan aku sedirian, dasar pria galau.
Sepanjang hari aku terus memikirkan pria yang menemui Mariana pagi tadi. Apakah dia mantan tunangan Mariana?
Tidak mungkin mereka seakrab itu kan?
Keluarganya?
Begitu banyak pertanyaan yang muncul dikepalaku. Aku mengambil handphoneku yang terus berbunyi.
"Halo mamaku.." Aku merasa bersalah karena jarang menghubungi mamaku belakangan ini.
"Kamu ya Melv, jadi anak jahat banget. Kamu udah lupa masih punya orang tua?" Aku menjauhkan sedikit handphoneku, suara mama membuat telingaku pekak.
"Ma, Melvin lagi sibuk kerja. Salahin Alvaro tu, dia kasih aku banyak kerjaan." Kataku sambil tertawa.
"Kamu tahu kamu punya salah sama mama?" tanya mamaku lagi.
"Salah apa ma?"
"Kamu ya punya pacar gak bilang-bilang mama. Mama aja tahu dari papa. Pokoknya mama gak mau tahu, nanti malam kamu bawah pacar kamu kerumah."
Aku melihat handphoneku yang sudah mati. Rupanya mamaku mematikan panggilan secara sepihak. Gosip apa lagi yang beredar dirumah?
Pasti ini kerjaan Arum, dia dan papakan satu tempat kerja. Mereka berdua pasti membicarakan aku.
Bagaimana caranya aku mengajak Mariana kerumah, sedangkan kami berdua belum pacaran?
Nanti saja dipikirkan, sekarang aku harus makan.
Aku melangkah menuju ruangan Alvaro, aku ingin mengajaknya makan siang. Aku tahu dia butuh teman sekarang.
"Ayo makan." Aku melihat Alvaro masih serius dengan laptopnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty Space
RomanceEmpat tahun lalu aku begitu tergila-gila dengan seseorang,sampai sekarang aku bahkan belum bisa melupakannya.Dia selalu menatapku berbeda dan membuatku harus berpikir keras maksud dari tatapannya itu. Suatu ketika dia memperkenalkan pacarnya,aku men...