Marina's Point Of View
Hari ini aku merasa ada yang aneh dengan Melvin, dia terlihat lebih banyak diam. Saat rapat siang tadi pun dia lebih santai, tidak seperti biasanya dia akan mencecar dengan banyak tuntutan.
Bagaiman dengan hubungan kami?
Tidak ada yang istimewa intinya kami sudah saling mengetahui perasaan kami masing-masing, untuk sekarang itu lebih dari cukup.
Komitmen memang penting,tetapi komitmen tanpa kepercayaan juga tidak baik. Aku dan Melvin ingin membangun rasa percaya terlebih dahulu, dari hal-hal yang sepele sampai hal-hal yang besar. Aku senang karena dia juga memahami keinginanku.
Aku tidak tahu sampai kapan Melvin akan bertahan dengan semua ketidakpastian yang aku berikan padanya, tetapi aku berjanji satu hal pada diriku untuk segera berdamai dengan semua keadaan yang pernah aku alami.
Mataku tak henti-hentinya mencari Melvin, kenapa dia belum muncul sekarang?
Biasanya jam makan siang begini dia sudah bersamaku disini. Aku mengaduk sop buntutku dengan tidak semangat.
"Selamat siang pak Melvin.." Suara Luca membuatku segera mengangkat wajahku.
Aku tidak mendapati Melvin dihadapanku, rupanya Luca dan Sisi sedang mengerjaiku. Aku menatap keduanya dengan tatapan sedikit jengkel. Mereka berdua hanya diam dan melanjutkan makan siang mereka seolah-olah tidak melakukan apapun.
Aku memperhatikan keadaan ruangan Melvin yang masih kosong, apakah dia ada meeting diluar?
"Selamat siang Mariana." Aku membalikan badanku dengan cepat. Aku menemukan pak Alvaro dan Melvin sedang menatapku.
"Kamu ada perlu dengan saya?" tanya Melvin.
Sialan, kenapa aku sampai ketahuan mengintip ruangannya?
Aku berusaha untuk memikirkan satu alasan yang masuk akal dengan cepat.
"Ada yang cariin bapak tadi, saya pikir bapak ada didalam makanya saya mengintip." Kataku dengan cepat, semoga ekspresiku meyakinkan. Aku meninggalkan mereka berdua tanpa menunggu respon dari mereka lagi.
Aku menerik nafas lega setelah berada didalam ruanganku sendiri, hampir saja.
Hari ini tidak ada tanda-tanda Melvin menghubunguiku, aku melihat jam kerjaku sudah selesai. Aku membereskan tasku dengan sedikit kasar.
Aku mengintip keruangan Melvin lagi dan sudah gelap, sepertinya dia sudah pulang. Aku menghela nafas kasar melangkahkan kakiku dengan malas. Melvin bena-benar membuat moodku rusak hari ini, tetapi aku tidak bisa melakukan apa-apa karena kami berdua hanya berstatus sahabat dan semua itu karena aku. Bolehkah seorang sahabat merasa marah pada ha-hal yang tidak seharusnya?
Suara handphoneku terus berbunyi didalam tasku membuatku harus menepikan mobilku. Aku menggeser tombol hijau dilayar handphoneku dengan sedikit kasar.
"Apa!!" Aku sendiri cukup kaget dengan suaraku yang cukup kasar.
"Maaf.." kataku pelan sebelum Melvin menjawabku. Aku hanya mendengar dia tertawa di seberang sana.
"Kamu dimana?" tanyaku sambil menggigi ujung kukuku.
Aku menepikan mobilku didepan sebuah cafe yang terlihat cukup sepi. Cafenya cukup nyaman, desainnya bagus karena tempat duduk yang siapkan cukup privat, tidak terlalu terbuka seperti kebanyakan cafe. Aku mencari nomor dua belas yang diberi tahu oleh Melvin tadi.
Aku melihat Melvin yang sedang sibuk dengan handphonenya dan dengan spontan aku segera memeluknya. Aku tidak tahu kenapa hari ini aku begitu merindukannya. Dia cukup kaget mendapat pelukan tiba-tiba dariku tetapi kemudian dia membalas pelukanku dan mengelus rambutku pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty Space
RomanceEmpat tahun lalu aku begitu tergila-gila dengan seseorang,sampai sekarang aku bahkan belum bisa melupakannya.Dia selalu menatapku berbeda dan membuatku harus berpikir keras maksud dari tatapannya itu. Suatu ketika dia memperkenalkan pacarnya,aku men...