Authors
Alvaro terus memandang pintu apartemen Mariana yang masih tertutup. Perkataan Mariana beberapa hari yang lalu masih terus berputar dikepalannya. Alvaro tahu Mariana menerima pernikahan itu hanya karena keterpaksaan saja agar dia bisa terus bersama dengan Mika.
Apakah salah dia meminta Mariana menikah dengannya?
Apakah Alvaro mencintai Mariana seperti dia mencintai Shita?
Alvaro menyentuh ujung bibirnya yang masih nyeri akibat pukulan dari Melvin. Mengingat Melvin membuat Alvaro segera melangkah meninggalkan apartemen Mariana. Alvaro menertawakan dirinya sendiri karena akhirnya dia dan Melvin berkelahi juga. Dari dulu mereka adalah sepupu yang sangat akur dan tidak pernah saling bermusuhan.
Alvaro membanting keres pintu kamarnya menjatuhkan dirinya diatas kasur sambil memejamkan matanya erat. Dia sudah berubah menjadi manusia yang paling egois sekarang, tetapi dia akan melakukan apa saja agar Mariana dan Mika berada disisinya.
Ingatan Alvaro kembali pada saat dia masih bersama dengan Shita dulu, bagaimana Shita begitu mencintai adiknya itu. Alvaro merasa harus memiliki Mariana sebagai bentuk rasa bersalahnya pada Shita.
Alvaro segera bangkit dari tempat tidurnya. Dia berjalan cepat menuju tempat parkir mobil dan melajukan mobilnya dengan cepat. Selama ini Alvaro melupakan sesuatu yang sangat penting. Setelah cukup lama berkendara, mobil Alvaro berhenti didepan rumah Mariana. Dia melihat Mariana sedang mengawasi Mika bermain bola sendirian.
Alvaro mendekati mereka, Mika langsung berlarian kearahnya. Ini adalah satu hal yang paling menyenangkan menurut Alvaro, Mika tidak takut lagi padanya. Mungkin karena Alvaro sudah sering berkunjung. Melihat Mika tumbuh dengan sehat membuat Alvaro merasa sangat beruntung.
Alvaro mengelus pelan rambut Mika yang sedikit tertiup angin, sambil mencuri pandang kearah Mariana yang masih mentapnya dengan intens. Alvaro mendekati Mariana setelah Mika berlari kedalam rumah sambil membawa hadiah yang dibawa oleh Alvaro tadi.
"Hai.." sapa Alvaro canggung.
Mariana hanya menatapnya sebentar lalu membuang pandangannya kearah lain. Alvaro memberanikan diri untuk mengungkapkan maksud kedatanganya.
"Aku ingin bertemu Shita, boleh?" tanya Alvaro pelan.
"Setelah selama ini baru kamu ingin bertemu kak Shita? Untuk apa?" tanya Mariana dengan jengkel.
"Aku tahu kau salah. Tetapi aku selama ini belum siap untuk ketempat Shita."
"Sepertinya kamu tidak sebaik yang aku kira, kamu kesini hanya karena Mika bukan karena kak Shita." Alvaro mengangkat wajahnya menatap Mariana dengan penuh kesedihan.
Mariana tidak tahu rasa bersalah yang terus muncul dihati Alvaro. Alvaro juga sangat hancur akan kehilangan Shita yang selalu dia pendam selama ini. Selama ini hanya Shita yang tahu bagaimana beratnya Alvaro menjalani hidup.
Dengan berat hati Mariana menemani Alvaro untuk pergi ketempat pemakaman Shita. Alvaro berjalan pelan mengikuti langkah kaki Mariana, didalam hati timbul berbagai perasaan yang tidak bisa dia jelaskan. Rasa takut dan rasa bersalah berkumpul menjadi satu membuat langkahnya berat.
Alvaro melihat Mariana berhenti dedepan makam yang sangat terawat. Dia meletakan tangkai mawar putih yang tadi mereka beli didua pusara didepannya yang Alvaro yakini sebagai tempat peristirahatan Shita dan ayahnya. Shita selalu menyukai mawar putih, hanya dengan setangkai mawar putih bisa meluluhkan hati Shita.
Mariana memandang Alvaro malas karena masih berdiri agak jauh darinya. Alvaro berjalan pelan kearah Mariana sambil terus menatap makam yang ada didepannya. Alvaro jatuh berlutut saat melihat nama Shita yang diukur jelas diatas batu. Nama itu yang selalu dia tulis dimanapun dia berada dulu sebagai simbol semangatnya. Hanya dengan menulis nama itu Alvaro bisa melupakan berbagai masalahnya yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty Space
RomanceEmpat tahun lalu aku begitu tergila-gila dengan seseorang,sampai sekarang aku bahkan belum bisa melupakannya.Dia selalu menatapku berbeda dan membuatku harus berpikir keras maksud dari tatapannya itu. Suatu ketika dia memperkenalkan pacarnya,aku men...