Mariana's Point Of View
Hari ini perkerjaanku sangat menumpuk, ada beberapa file yang harus aku cek berulang kali. Aku menggulung rambutku keatas dan menahannya dengan pensil yang ada didekatku. Aku sudah tidak terlalu memperhatikan penampilanku sekarang, yang paling penting adalah pekerjaanku selesai.
Hubunganku dengan Alvaro masih sama seperti pada awal kami belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa kali dia sempat menayakan Mika, hal ini awalnya membuatku sedikit tidak nyaman, tetapi sebagai seorang ayah Alvaro punya hak untuk itu. Aku harus bisa menerima itu semua.
Aku tidak tahu sampai kapan semuanya menjadi seperti ini, aku hanya ingin kedamaian saja. Dan semua yang terjadi sekarang tidaklah aman.
"Bisa gak kamu gak terlihat cantik sehari saja?" suara Melvin mengalihkan perhatianku dari beberapa kertas yang ada ditanganku.
"Bisa gak kamu gak terus merayu ku?" tanyaku balik sambil mengikuti gaya bicara Melvin.
Melvin terus menatapku membuatku jengah. Aku mengabaikannya dan melanjutkan pekerjaanku.
"Aku tungguin kamu ya?"
"Kamu tidak keberatan?"
"I'm free."
Suasana kantor sudah cukup sepih, hanya ada aku dan Sisi yang masih lembur. Aku sedikit kasihan melihat Melvin duduk sendirian, dia mengambil majalah yang ada didepannya dan mulai membacanya.
Aku melangkah menuju pantry untuk membuat kopi. Aku melihat pak Alvaro yang sedang menyeduh kopi seorang diri. Dimana sekretarisnya? Tidak biasanya pak Alvaro melakukan ini. Aku melihat dia terus mengaduk kopi itu tetapi pandangannya ketempat lain. Sudah hampir lima menit pak Alvaro tidak bergerak dari tempatnya.
"Selamat sore pak." Sepertinya sapaanku membuatnya cukup terkejut sehingga dia sampai menjatuhkan sendoknya.
"Maaf pak." Aku merasa bersalah karena sepertinya aku membuatnya kaget, aku segera menghampirinya dan memungut sendok tersebut.
"Saya yang minta maaf." Kata pak Alvaro lalu pergi meninggalkanku begitu saja tanpa membawa kopi yang sudah dia buatnya itu.
Aku menatap heran kepergian pak Alvaro. Ada apa dengannya? Tidak biasanya pak Alvaro bersikap seperti ini. Aku mengambil tiga gelas dan segera membuat kopi.
Aku meletekan cangkir kopi dihadapan Melvin, dia mengucapkan terima kasih lalu kembali membaca majalahnya. Aku mencoba mengabaikan pak Alvaro yang masih mengganggu pikiranku.
Suara handphone Melvin membuatku dengan cepat melirik kearahnya. Dia menatap beberapa saat layar handphonenya lalu mengangkatnya, kenapa aku jadi penasaran? Tatapan Melvin bertemu dengan tatapanku membuatku cepat mengalihkan perhatianku.
"Ana, aku harus bertemu seorang teman lama sekarang. Aku bisa menjemput kamu kalau kamu mau pulang nanti." Kata Melvin dengan pelan seolah meminta persetujuanku.
"santai aja Melv, aku bisa pulang dengan Sisi kok." Aku melihat Melvin seperti merasa bersalah padaku.
Hari ini aku tidak membawa mobil kekantor karena manusia keras kepala ini menjemputku dengan paksa dan dia juga yang meninggalkanku sekarang. Setelah meyakini Melvin, diapun pergi meninggalkanku.
Aku membereskan meja kerjaku, mengambil tasku dan mengecek siapa tahu ada barang yang tertinggal. Setelah memastikan semua, aku dan Sisi segera meninggalkan kantor.
"Selamat sore bu." Sapa Sisi pada seorang wanita yang yang terlihat sudah berumur itu.
"Siapa?" bisikku pelan pada Sisi sambil mencoba tersenyum pada wanita didepanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty Space
RomanceEmpat tahun lalu aku begitu tergila-gila dengan seseorang,sampai sekarang aku bahkan belum bisa melupakannya.Dia selalu menatapku berbeda dan membuatku harus berpikir keras maksud dari tatapannya itu. Suatu ketika dia memperkenalkan pacarnya,aku men...