Mariana's Point Of View
Hari ini aku akan pergi menemui Nea, setelah dia melahirkan beberapa bulan yang lalu aku belum sempat untuk mengujunginya. Aku mencari beberapa kado yang cocok untuk bayinya dan untuk Nea juga.
Perjalanan hari ini cukup jauh karena aku dan Nea tinggal dikota yang berbeda. Aku mengulas senyumanku membayangkan untuk segera bertemu dengan bayi-nya Nea. Aku sangat suka melihat anak kecil. Saat Mika lahir dulu aku adalah orang pertama yang menggendongnya. Aku sangat suka mengenang masa itu.
Seorang bayi perempuan mungil nan cantik sedang tertidur lelap didalam gendonganku sekarang. Sungguh luar biasa ciptaan Tuhan ini bisikku dalam hati. Aku menatap Nea yang juga sedang memandang kearah kami.
"Kamu sangat beruntung." kataku pelan takut membangunkan bayi cantik ini.
"Aku rasa begitu." Jawab Nea dengan senyuman yang sangat manis.
"Kamu sudah tidak punya alasan lagi untuk merasa bersedih Ne, hidup kamu sudah sempurna. Kamu hanya tinggal menjalankannya saja."
Aku berjalan menuju box bayi dan meletakan malaikat cantik itu disana. Aku dan Nea keluar dari kamar itu dan melanjutkan obrolan kami diruang tengah rumahnya. Sekarang Nea dan suaminya sudah tinggal dirumah mereka sendiri, Nea sangat bersyukur karena dia bisa sedikit bebas dari kumpulan ibu-ibu di rumah dinasnya dulu.
"Kapan kamu nikah?" pertanyaan Nea membuat aku tersadar seketika.
Nea adalah orang pertama yang menanyakan ini, selama ini aku menjalani pertunangan dengan Alvaro semuanya biasa saja, tanpa sedikitpun memikir kemana hubungan ini akan berakhir. Pertanyaan Nea sekarang membuatku tiba-tiba menjadi panik. Aku tidak siap jika Alvaro memutuskan untuk menikah secepatnya.
Sampai saat ini Alvaro santai saja, dia tidak pernah menyinggung soal pernikahan sedikitpun. Aku ingat, Alvaro pernah mengatakan bahwa dia akan menunggu kesiapanku kapanpun itu. Tetapi aku tidak yakin dengan mamanya yang selalu melakukan sesuatu dengan kehendaknya sendiri.Aku menjadi cukup takut.
"Aku belum memikirkannya." Jawabku pelan, mengalihkan perhatianku kearah lain.
"Sebagai sahabat kamu, aku akan selalu mendukung kamu. Tetapi semua rasa itu hanya kamu yang rasakan Ana, hanya kamu yang bisa menolong diri kamu sendiri. Tidak Mika, tidak juga siapun."
Aku menundukan kepalaku mencoba menahan air mata yang berusaha keluar, saat Nea menarikku dalam pelukannya aku tidak bisa menahannya lagi. Tangisanku pecah, hatiku sangat sakit. Selama ini aku sudah mencoba mengiklaskan semuanya, menikmati rasa sakit yang belum juga redah. Aku pikir dia akan lelah dan menghilang, tetapi dia masih dengan senangnya menggerogoti hatiku.
"Aku merindukannya Ne. Sangat sampai terkadang aku hampir tidak bisa bernapas. Rasanya sangat sesak." Kataku dengan terbata-bata.
"Aku pikir dengan waktu yang selama ini bisa membuat hatiku membaik, ternyata tidak Ne. Aku menjalani hidupku tanpa arah, terkadang aku bahkan bisa mengabaikan Mika, hal yang tidak pernah aku lakukan sebelumnya."
Aku melepaskan diriku dari pelukan Nea dan menghapus air mataku yang masih terus mengalir.
Nea menggengam tanganku menyalurkan kekuataan untukku, aku sangat bersyukur mempunyai Nea. Nea adalah seorang pendengar yang baik, dia tidak pernah menyelah setiap perkataanku. Terkadang kita tidak butuh nasihat apapun juga, kita hanya butuh didengar dan itu lebih baik.
"Disisi lain aku menjadi begitu jahat pada Alvaro, aku bisa merasakan usahanya meyakinkanku. Tetapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri kalau aku tidak bisa menerima itu semua." Kataku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty Space
Любовные романыEmpat tahun lalu aku begitu tergila-gila dengan seseorang,sampai sekarang aku bahkan belum bisa melupakannya.Dia selalu menatapku berbeda dan membuatku harus berpikir keras maksud dari tatapannya itu. Suatu ketika dia memperkenalkan pacarnya,aku men...