Bab 27 - Isi Hatiku

4 0 0
                                    


Authors

Belakangan ini Mariana mengambil beberapa pekerjaan dari rumah, Mariana tidak harus kekantor. Dia sangat menyukainya karena waktu bersama mamanya dan Mika menjadi lebih banyak.

Hari ini jadwal Mika untuk menginap dirumah orang tua Alvaro. Setiap kali Mika meninggalkan Mariana untuk beberapa hari, membuat Mariana selalu berpikir dia akan kehilang Mika selamanya. Tetapi Mariana sudah bisa mengatasi rasa takutku sekarang, secara pelan-pelan dia bisa melakukannya.

Setelah pembicaraan yang mendalam dengan Alvaro beberapa hari lalu, membuat hubungan mereka menjadi lebih terbuka. Mariana tidak tahu bagaimana rasanya berada diposisi Alvaro tetapi dia bisa memberinya sedikit dukungan.

Hari ini Mariana akan menemui Sisi yang berada dirumah sakit, walaupun sudah tidak bekerja bersama lagi tetapi hubungan mereka berdua tetap berjalan dengan baik. Sisi adalah perempuan yang hebat, Mariana sangat senang bisa mengenalnya.

Marina meletakan bunga dan buah yang dia bawah diatas meja yang berada didalam ruangan itu dan berjalan mendekati ranjang Sisi. Sisi tersenyum lebar tidak terlihat seperti orang sakit yang sudah dirawat hampir satu minggu.

"Gimana keadan kamu?" tanya Mariana merapikan selimut Sisi.

"Udah lebih baik. Tadi pak Alvaro mampir kesini bersama dengan anak kamu." Kata Sisi lagi.

"Beneran?" tanya Mariana tidak yakin.

"Aku gak merebut mereka kok." Jawab Sisi sambil mengibaskan tangannya didepan wajahnya.

"Bukan itu, aku gak nyangka aja Alvaro melakukan itu."

"Apalagi aku kan?"

Mariana dan Sisi mengobrol banyak hal, mereka bahkan tertawa lepas beberapa kali tanpa sadar kalau mereka sedang berada dirumah sakit sekarang. Tetapi benak Mariana masih bertanya-tanya dengan kehadiran Alvaro disini. Setelah hampir satu jam berada diruangan Sisi, Mariana pun pamit pulang.

Langkahnya terhenti saat melihat Arum yang juga sedang menatapnya. Mariana bahkan tidak pernah kepikiran jika Arum bekerja dirumah sakit ini. Mariana berjalan mendekati Arum, biar bagaimanapun juga mereka saling kenal.

"Hai, apa kabar." Sapa Mariana dengan sedikit hati-hati.

"Baik." Jawab Arum dengan senyuman yang biasa dipamerkan diwajahnya. 

Mariana cukup bingung dengan keluarga ini, kenapa tidak ada satupun yang membencinya atau mengatainya secara terang-terangan. Mariana sepertinya menginginkan hal itu dari pada penerimaan yang membuat hatinya makin merasa bersalah.

"Kalau begitu saya pamit ya." Kata Mariana setelah merasa canggung untuk beberapa saat karena diperhatikan oleh Arum.

"Kalau kakak tidak keberatan kita bisa minum kopi?" tawar Arum saat Mariana hampir meninggalkanya.

Disinilah mereka sekarang,disebuah cafe dengan vanilla latte dihadapan mereka. Sebenarnya mereka berdua cukup canggung dengan situasi sekarang, tetapi sudah terlanjur duduk bersama sehingga hanya ada senyuman yang mereka tampilkan.

"Kakak kok kurusan?" tanya Arum membuka pembicaraan.

"Masa sih?" tanya Mariana sambil memperhatikan penampilanya, yang menurutnya tidak banyak berubah.

"Atau mungkin karena aku baru ketemu kakak lagi ya?"

Keduanya kembali terdiam lagi, Mariana sebenarnya mempunyai banyak bahan yang ingin dibicarakan tetapi kata-kata itu tenggelam didalam lidahnya.

"Aku mendengar semuanya waktu itu kak." Kata Arum dengan nada suara yang sedikit serius.

Mariana langsung memperhatikan wajah Arum, dia tidak menyangka ada orang lain disana waktu itu. Dia pikir Arum sudah benar-benar pergi.

Empty SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang