Bab 28 - Berharap

3 0 0
                                    


Mariana's Point Of View

Aku punya hubungan yang lebih menyenangkan dengan Alvaro sejak malam di kolam itu. Aku tidak menyangka aku lebih menikmati kedekatanku dengan Alvaro sekarang. Semuanya terasa lebih menyenangkan dan lebih membahagiakan.

Aku sering menghabiskan waktu berdua bersamanya, bercerita banyak hal yang selama ini tidak pernah aku katakan padanya, begitupun sebaliknya. Aku senang bisa mengenal Alvaro, dia merupakan orang yang sangt luar biasa.

Aku pernah begitu membencinya, menganggapnya sebagai penghancur semua kebahagiaanku. Walupun memang benar adanya tetapi aku lebih bersyukur dengan kehadirannya karena aku bisa memandang kebahagian dengan cara yang lain.

Sudah beberapa kali bu Martha mendesak kami berdua untuk segera menikah dan hanya kami tanggapi dengan senyuman saja yang membuat dia cukup jengkel. Pertunanganan kami sudah setahun lebih. Aku tidak menyangka bisa bertahan sejauh ini.

Alvaro pernah menagatakan padaku, apapun yang terjadi kedepannya adalah hal bisa kami semua lalui. Urusan mamanya adalah urusannya sendiri. Dia tidak ingin aku menjadi lemah dengan semua ancaman mamanya.

Aku dan Alvaro sudah mempunyai rencana untuk kehidupan kami kedepannya dan tentunya tentang Mika juga. Mika adalah awal dari semua yang kami alami selama ini, baik suka maupun duka. Secara tidak langsung kehadirannya mengajarkan kami banyak hal yang bahkan tidak pernah kami banyangkan sebelumnya.

Jangan tanyakan apapun yang kamu pikirkan sekarang, aku hanya ingin menikmati semua ini tanpa pertanyaan apapun itu. Aku baru mengerti mengapa cinta itu menyakitkan, karena dari kesakitan itu kita bisa mencari apa yang seharusnya kita cari, apa yang seharusnya kita dapatkan. Awalnya tidak mudah saat kita terus menyalahkan rasa sakit itu. Suatu saat kamu akan menemukan kata kunci dari semua rasa cinta itu.

Setiap hari aku berusaha mencintai dirku sendiri, berusaha menikmati setiap waktu yang aku lewati dan menikmati setiap rasa yang hadir didalam diriku. Aku percaya semakin kita menyukai proses hidup kita semuanya akan membawa kita pada suatu akhir yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Hari ini aku ada janji untuk bertemu dengan seseorang disebuah cafe untuk urusan pekerjaan. Aku sudah menunggu hampir sepuluh menit tetapi orang itu belum juga menampakan dirinya. Aku mengaduk minumanku dengan malas.

"Maaf terlambat." Suara lembut seorang perempuan membuatku mengangkat wajahku dengan cepat.

Aku tidak menyangka klienku ini adalah Deasy, mantan pacarnya Melvin dulu. Selama ini aku sering berkomunikasi dengannya tetapi aku tidak pernah menyadari bahwa Deasy adalah orang yang aku kenal.

"Gak pa-pa kok." Kataku sambil mempersilahkannya duduk.

"Seprtinya kita saling mengenal ya." Katanya sambil tersenyum. Aku begitu terpesona dengan kehalusan suaranya.

"y ya..." kataku dengan sedikit canggung.

Kami berdua kembali pada topik pekerjaan kami, Deasy adalah orang yang benar-benar tahu apa yang dia inginkan sehingga aku tidak terlalu pusing memikirkan mengenai design blog yang dia inginkan. Deasy meminta bantuanku untuk mengcreate sebuah blog yang akan dia gunakan untuk menulis. Deasy adalah seorang penulis.

"Hubungan kamu sama Melvin gimana?" tanya Deasy membuatku hampir tersedak minumanku. Aku melihat Deasy sedang menatap kearah jariku yang dilingkari cincin.

"A a –aku. Maksud kamu gimana?" tanyaku dengan begonya. Aku mengigigit pipi bagian dalamku untuk mengalihkan rasa panikku.

"Ternyata dia cukup handal juga memilih cincin ya." Kata Deasy sambil menarik tanganku pelan dan memperhatikan cincinku.

Empty SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang