Mariana's Point Of View
Hari ini aku berada dikantor yang baru. Beberapa bulan yang lalu aku mendapatkan promosi untuk menjadi kepala divisi pengembangan teknologi informasi (TI) di perusahan pusat kami yang selalu menjadi tempat impianku.
Aku sangat bersyukur akan pencapaianku, tidak sia-sia pengabdian dan kerja kerasku selama beberapa tahun ini.
Masuk di tempat baru menjadi beban tersendiri buatku, aku harus bekerja lebih baik lagi, aku harus beradaptasi dengan orang baru lagi dan yang pasti atasanku pasti lebih galak dari sebelumnya. Sebelum pindah kesini aku sudah mendengar isu yang beredar bahwa managernya cukup galak sehingga disegani karyawaannya.
Setelah perkenalan singkat dengan anggota divisiku, aku mulai melihat cara kerja mereka selama ini sehingga aku bisa menyeimbangi dan mengambil langkah yang perlu dan yang tidak perlu.
Semua anggota ternyata sangat terbuka sehingga pekerjaan kami menjadi lebih menyenangkan. Aku selalu mempunyai prinsip bahwa rekan kerja kita adalah sama agar kita bisa melakukan pekerjaan tanpa ada rasa segan atau takut, tetapi rasa hormat dan saling menghargai yang paling penting.
"Waktunya makan siang bu," kata seorang anggotaku membuatku mengalihkan pandanganku dari laptop.
"Panggil mbak aja, aku belum setua itu kok." Jawabku sambil tersenyum.
Sudah hampir seminggu aku bekerja ditempat ini tetapi aku belum pernah betemu dengan manager ataupun direkturnya.Mungkin lagi tugas keluar kota pikirku.
Aku selalu menikmati waktu makan siang dengan anggota dari divisiku, mereka sangat seru dan selalu mempunyai gosip terbaru yang hanya aku tanggapi dengan tertawa.
"Mbak Mariana udah punya calon?" tanya Sisi.
"Menurut kamu gimana?" tanyaku sambil sedikit tertawa.
"Punya dong. Masa wanita secantik dan sepintar mbak Mariana belum punya pacar, ya tak mungkin lah."
"Anggap saja begitu." Aku memperhatikan jari manisku yang sudah kosong padahal beberapa bulan yang lalu masih dilingkari cincin yang indah .
Aku berusaha tersenyum menanggapi obralan mereka. Aku berada ditempat ini sebagian untuk bekerja dan sebagian lagi sebagai pelarian. Aku menikmati waktu makan siangku dengan hati yang sedikit galau walau wajahku mengatakan sebaliknya.
"Berkas untuk rapat hari ini sudah siap Si?" tanyaku pagi ini saat memasuki kantor. Hari ini untuk pertama kalinya aku mengikuti rapat dengan direktur. Aku sedikit gugup, apalagi kami belum pernah bertemu sebelumnya.
"Santai mbak," Sisi memperingatiku.
"kelihatan banget ya?"
"Lumayan. Pak direktur itu lebih banyak diam dan memperhatikan saja, yang lebih diwaspadai itu pak manager mbak." Luca menimpali.
Aku memasuki ruangan meeting sangat sangat besar itu, aku memgamati interior yang cukup megah diruangan ini. Sangat berbeda dengan ruang meeting dikantor lamaku. Aku merindukan tempat itu.
Tak lama kemuadian semua orang yang berada diruangan meeting berdiri, aku pun ikut berdiri memperhatikan tiga orang pria yang baru saja masuk itu.
Melvin berada diantara ketiga orang tersebut, aku merasa tubuhku kembali dingin seperti pertama kali aku bertemunya dulu atau mungkin AC diruangan ini bermasalah pikirku. Dia tidak memperhatikanku, aku berharapa Melvin tidak mengingatku. Empat tahun waktu yang sangat lama bukan.
"Silahkan perkenalkan diri bagi yang merasa belum memperkenalkan diri ditempat ini." Suara pak direktur membuat semua mata tertuju kearahku kecuali Melvin yang masih memperhatikan berkas ditangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/280078804-288-k894423.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty Space
RomantizmEmpat tahun lalu aku begitu tergila-gila dengan seseorang,sampai sekarang aku bahkan belum bisa melupakannya.Dia selalu menatapku berbeda dan membuatku harus berpikir keras maksud dari tatapannya itu. Suatu ketika dia memperkenalkan pacarnya,aku men...