Dua hari. Dua hari sudah berlalu sejak kejadian Jungkook dikendalikan oleh shadow yang hampir merenggut nyawa Seokjin kala itu. Bocah bergigi kelinci itu sama sekali enggan membuka matanya, dia masih dalam keadaan sama, matanya tertutup rapat. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan segera bangun dari tidur panjangnya. Siapa lagi yang bisa mereka andalkan, jika sang healer lah yang menjadi tokoh pangeran tidur itu.
Suara ketukan pintu kamar membuat Yugyeom yang sejak tadi menunggui Jungkook beranjak dari tempat duduknya. Matanya langsung menemukan Jimin yang datang bersama Taehyung dan Jihoon sedang tersenyum.
"Kalian bisa fokus, aku akan ke kafetaria, tolong jagakan Jungkook untukku." Ucap Yugyeom mempersilahkan ketiga orang itu masuk.
Jimin tersenyum menepuk pundak Yugyeom, "makanlah yang banyak, wajahmu sudah seperti tengkorak hidup hanya karna dua hari tidak makan dan minum."
Yugyeom menatap tajam Jimin dan berdecih, "kau mau kubunuh?"
Jimin sontak tertawa lalu menepuk pundak Yugyeom berkali-kali, "baiklah baiklah, maafkan aku." Ucapnya.
Yugyeom hanya berdecih sebelum akhirnya beranjak pergi, ucapan Jimin sama sekali tidak salah. Dia terlalu kalut dengan keadaan Jungkook sampai-sampai memaksa dirinya sendiri untuk tidak makan dan minum agar bisa menjaga Jungkook seharian. Eunwoo sendiri sedang ditugaskan Jieun bersama Jingoo untuk mencari the last terdahulu, Bangtan yang sudah pensiun sebelumnya untuk membantu mereka membahas keadaan Jungkook.
"Baiklah hyung, aku sudah selesai, sampai nanti." Bocah bermata cantik itu tersenyum lebar lalu meninggalkan Taehyung dan Jimin.
Jimin menatap sendu ke arah Jungkook, "aku bahkan belum banyak bercerita dengannya." Lirih Jimin.
Taehyung menatap Jimin lalu mengelus punggung pemuda yang bertubuh lebih pendek darinya itu, "kukira dia akan membanggakan dirinya padamu karna dia berhasil tumbuh lebih tinggi dibandingkan kau." Ucap Taehyung.
Jimin terkekeh, "kau benar." Ucap Jimin lagi.
Taehyung ikut terkekeh, kemudian kembali menatap Jungkook dalam diam, keningnya berkerut dalam, "Jim, aku tidak mau menyimpan ini sendirian."
"Apa maksudmu?" Ucap Jimin tak mengerti dengan ucapan Taehyung.
"Sebelum Jungkook pingsan hari itu, shadow itu menyeringai sambil memikirkan sesuatu yang sangat mengerikan, aku mendengarnya."
Jimin mengerutkan keningnya, "berfikir sesuatu yang mengerikan? Apa itu?"
"Tugasku sudah selesai my lord, pilihanmu tak pernah salah, dia sangat pantas menjadi wadahmu."
Jimin memelototkan matanya, "apa maksudnya itu? Wadah? Wadah apa yang dia maksud?"
Taehyung menggeleng sebagai jawaban, dia juga tidak tahu pasti, selama 2 hari ini kepalanya dipenuhi oleh ucapan itu. "Aku juga tidak tahu Jim, aku takut sesuatu akan terjadi pada Jungkook."
"Karna itu seharusnya kalian berbagi pada kami."
Kedua Bangtan itu tersentak, nampak Yoongi, Seokjin dan Namjoon sedang berdiri di ambang pintu sambil menatap mereka tajam.
"Jadi alasanmu berwajah kosong hari itu adalah ini?" Yoongi bertanya dengan suara yang sangat datar.
Taehyung menghela nafasnya, cepat atau lambat ini memang akan terjadi. "Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk membahasnya hyung."
"Kau memang harus membahasnya sekarang hyung, aku juga merasakan sesuatu yang aneh ditubuhku."
Sontak kelima Bangtan itu langsung menoleh ke asal suara. Itu bukan suara salah satu dari mereka, itu suara Jungkook. Adik bungsu mereka itu sudah membuka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Choice
FanfictionA STORY ON GOING Kalau memang aku ditakdirkan sebagai pelindung. Maka selamanya aku akan menjadi pelindung. Ditulis oleh @deaarmytaa Started : 23/03/2022 Finished: