TUJUH BELAS: TROUBLE MAKER AGAIN

7 2 0
                                    

Nara sedang membantu mamanya beres-beres membersihkan dapur. Gretta membantu mencuci piring. Agin, Aarav, dan Diandra sedang membersihkan dan menata kembali ruang tamu. Sedangkan papa Nara sedang berada di teras rumah, mengantarkan beberapa kerabat yang akan pulang ke rumah masing-masing.

"Mama lebih suka Risha daripada Liana," celetuk mama Nara tiba-tiba.

"Apa sih, Maaa?" Nara memutar bola matanya malas.

Mama Nara bukannya tidak tahu tentang perasaan putranya selama ini. Sekali lihat pun ia juga tahu bagaimana hubungan di antara anak-anak muda itu. Ia tahu kalau selama ini putranya memendam perasaan pada Liana meski Nara tak pernah cerita apa-apa padanya. Ia pun tahu motif Nara berpacaran dengan Risha. Mama Nara juga tahu bahwa kini perasaan Nara sudah tidak sama lagi. Meski begitu mama Nara tak pernah ikut campur. Dalam hati, mama Nara hanya berdoa agar putranya mendapatkan yang terbaik.

---

Hari pertama sekolah di semester genap. Risha bersemangat bisa kembali bersekolah setelah libur cukup panjang. Ia mengayuh sepedanya dengan senyum ceria. Ia tidak tahu apa yang membuatnya bahagia pagi ini, ia hanya merasa bersemangat saja pagi ini ingin segera kembali ke sekolah. Risha bersepeda sambil mendengarkan musik dari earphone-nya dan bersenandung pelan.

Setelah memarkir sepedanya, Risha pun berjalan dengan langkah ringan menuju ke kelasnya. Saat ia sampai, kelas masih sepi, ia segera duduk ke bangkunya. Saat sedang meletakkan tasnya, Risha melihat Nara yang baru saja memasuki kelas.

"Nara!" sapa Risha bersemangat sambil melambaikan tangannya dan tersenyum tapi sedetik kemudian ia menurunkan tangannya dan menghapus senyumnya. Kenapa gue yang semangat nyapa dia? Risha segera menggeleng-gelengkan kepalanya lalu mengembuskan napasnya. Nara yang sudah melihat senyum Risha balas tersenyum membuat Risha kembali tersenyum.

Nara segera mengambil tempat di samping Risha, tempat duduknya sejak semester ganjil. Saat sedang meletakkan tasnya, Nara melihat Risha sedang mengeluarkan sesuatu dari tasnya, sebuah kotak kecil yang dibungkus kado.

"Ini buat lo!" Risha memberikan kotak itu padanya. Nara hanya mengerjap bingung.

"Ya lo sih, ngasih taunya mendadak kalo lo ulang tahun, jadi kan gue belum sempet beliin kado. Nih, kado buat lo!" Risha memberi penjelasan. Nara pun segera menerima kado tersebut.

"Boleh gue buka sekarang?" tanya Nara. Risha hanya mengangguk.

Nara membuka bungkus kado tersebut dan menemukan sebuah gantungan kunci di sana. Gantungan kunci tersebut sepertinya dibuat secara custom karena terdapat manik-manik huruf yang membentuk namanya. Manik-manik tersebut terhubung oleh rantai-rantai kecil, sebaris rantai membentuk kata "GANARA", sebaris lagi membentuk kata "PRADIPTA", kemudian ada juga manik-manik berbentuk bola basket, olahraga kesukaan Nara, dan juga berbentuk mobil, lalu ada pula rantai yang terhubung dengan sebuah botol bening kecil dengan tutup kayu yang berisi kertas yang digulung.

"Coba buka botolnya!" Risha menyarankan. Nara pun membuka tutup botol tersebut dan mengeluarkan gulungan kertas yang ada di dalam botol. Nara membuka gulungan kertas tersebut dan menemukan foto Liana di sana, entah dari mana Risha mendapatkannya. Lalu ia menatap Risha dengan wajah serius, Risha masih tersenyum tipis sambil menatapnya.

"Foto ini bisa gue ganti-ganti sesuka gue, kan?" tanya Nara masih dengan wajah serius. Risha mengangguk ringan tanpa melepas senyumnya.

"Yah, siapa tau lo udah move on dan suka sama cewek lain," jawab Risha sambil nyengir. Nara tersenyum tipis kemudian menggenggam foto tersebut. Nara kembali menutup botol tersebut dan membiarkannya kosong.

"Emang udah nggak suka sama Liana?" tanya Risha heran karena Nara membiarkan botol tersebut kosong.

"Mau gue ganti pake foto yang lebih bagus," jawab Nara masih dengan menatap Risha serius.

PRETENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang