Sejak tadi Risha cemberut, kedua tangannya disilangkan di depan dada sambil wajahnya terus berpaling ke luar jendela mobil. Ia sedang merajuk pada orang di sampingnya. Siapa lagi kalau bukan Nara. Bagaimana tidak sebal, hampir setiap malam selama masa ujian Nara datang ke rumahnya. Belajar bersama dalihnya, tapi Risha yakin sekali bahwa Nara sedang menghindari Aditya dan Liana sekaligus memang berniat mengusik ketenangan hidupnya. Dan yang lebih membuat Risha tidak habis pikir, orang tuanya yang biasanya protektif dan sensitif terhadap hal-hal berbau pacaran justru bersikap biasa saja ketika Nara ke rumahnya dan mengaku sebagai pacar.
"Mama nggak ngelarang Risha pacaran, tapi dipikir dulu, Sha, lebih banyak manfaatnya atau keburukannya? Kalau lebih banyak keburukannya ya buat apa?" terang Mama Risha lembut ketika Risha bertanya boleh pacaran atau tidak. Memang tidak ada larangan dari mamanya, tapi secara tersirat mamanya kurang setuju jika ia pacaran. Belum lagi ayahnya pasti langsung menyahut, "Fokus sekolah dulu aja, Sha. Sekolah aja masih males-malesan kok mau pacaran segala. Bagi waktu main sama belajar aja masih keteteran, gimana mau bagi waktu belajar, main, sama pacaran?" Risha tidak bisa menjawab dan hanya menelan ucapan orang tuanya bulat-bulat.
"Udah sampe nih," tegur Nara. Risha tidak sadar kalau mobil yang ia kendarai sudah berhenti beberapa saat yang lalu di depan rumahnya. Tanpa menoleh Risha membuka pintu mobil Nara. "Makasih, Pak," ucap Risha pada sopir Nara sebelum menutup pintu. Nara hampir turun dari mobil karena Risha tidak mengacuhkannya, tapi sopirnya sudah kembali menjalankan mobil. Oke, dikira gue bakal diem aja apa? Liat aja lo nanti. Nara melipat tangannya di depan dada sambil memasang wajah dingin.
Risha melempar tasnya ke sofa kamarnya kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Hari ini ia lelah sekali, selain karena hari terakhir ujian, tapi juga karena ban sepedanya bocor tadi pagi, sehingga ia harus ke sekolah diantar ayahnya. Kesempatan ini tentu saja dimanfaatkan Nara untuk mengantarnya pulang. Nara tetap memaksa meski ia tidak mau. Sebenarnya Nara hanya ingin balas budi karena Risha sudah membantunya belajar. Selain itu ia juga tidak suka jika Risha pulang bersama Falco. Bukan karena cemburu, tapi demi harga diri, Nara mengingatkan dirinya sendiri.
Risha bernapas lega ketika mengingat besok libur dan akhirnya ia bebas dari kunjungan Nara. Tidak lama kemudian ia sudah tertidur dengan seragam pramuka yang masih melekat di tubuhnya.
---
Suara tepukan botol air mineral kosong bersahut-sahutan di pagi yang cerah itu. Terdengar suara riuh siswa-siswi bersorak menyemangati kelasnya masing-masing, tapi beberapa duduk merenung di dalam kelas meratapi nasibnya yang masih harus remidi. Ada minggu kosong setelah ujian berakhir dan sebelum pengambilan rapor kenaikan kelas. Waktu ini dimanfaatkan OSIS untuk mengadakan class meeting dengan mengadakan beberapa perlombaan olahraga antar kelas.
Sejak tadi Aditya berjalan mondar-mandir dengan memakai kaos panitia kegiatan class meeting. Ia tidak mengikuti perlombaan karena ia bagian dari panitia. Risha dan Liana sibuk mendukung kelasnya masing-masing. Mereka berdua tidak ikut lomba karena Liana tidak suka olahraga, sedangkan Risha terlalu malas. Hanya Nara satu-satunya yang mengikuti perlombaan di antara mereka berempat.
"Bentar lagi final gue," ucap Nara tiba-tiba sudah duduk di samping Risha di pinggir lapangan. Kelas Risha baru saja kalah pertandingan bola, dan ia sedang malas bergerak.
"Oh ya?" jawab Risha malas sambil mengipasi wajahnya yang kepanasan menggunakan kertas koran entah dari mana. Nara meliriknya sinis. "Tanding apa?" lanjut Risha masih dengan nada malas tanpa menoleh padanya.
"Basket," jawab Nara pendek.
"Oh," balas Risha tak kalah pendek. Nara yang sejak tadi sudah mengatupkan rahang menahan emosi merebut kertas koran dari tangan Risha kemudian memukul kepala gadis itu dengan kertas koran. Barulah Risha menoleh sambil menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRETENDING
Teen FictionRisha cuma pura-pura jadi fans Nara supaya punya banyak teman perempuan. Risha tidak ingin masa-masa SMA-nya berakhir seperti masa-masa SMP-nya yang tidak punya teman karena ia memiliki selera yang berbeda dengan teman-temannya. Karena sebagian besa...