Risha melangkah gontai. Ia menyeret kakinya dan mencari namanya di pintu-pintu kelas XI. Ia merasakan firasat buruk karena sejak tadi ia belum menemukan namanya. Ia sudah melewati kelas XI MIA 1, XI MIA 2, XI MIA 3, dan XI MIA 4. Ia berharap namanya tertulis dalam daftar siswa XI MIA 5. Tidak, ia tidak ingin di kelas terakhir. Pelan-pelan ia menelusuri namanya, tapi nihil. Langkah Risha semakin gontai. XI MIA U, kelas terakhir, apa masih perlu ia mengecek namanya? Ah, tapi mungkin saja ia melewatkan namanya di kelas-kelas sebelumnya, siapa tahu? Risha kembali mengecek daftar nama siswa setelah menarik napas panjang. Pelan-pelan ia membaca nama Liana Margareta, kemudian satu baris di bawahnya, Marisha Chandra. Risha mendesah.
Kelas XI MIA U adalah kelas unggulan. Ada batas nilai rata-rata minimal untuk dapat masuk kelas tersebut. Saat kelas X, sekolah mereka hanya membagi siswa ke kelas MIA dan IIS secara random sesuai minat siswa. Tetapi di kelas XI ada masing-masing satu kelas unggulan yang berisi siswa-siswa dengan nilai teratas di angkatan mereka, kelas XI MIA U dan XI IIS U. Mungkin ada beberapa siswa yang punya ambisi untuk masuk ke kelas tersebut, tapi Risha tidak. Ia tidak suka tekanan dan ia tidak ingin tertekan. Tapi sepertinya belajar bersama Nara saat ujian akhir kemarin membuat nilainya melonjak. Risha yang awalnya hanya peringkat 10 di kelas, tiba-tiba naik ke peringkat 4 di kelasnya. Kayaknya gara-gara ini Ayah sama Mama nggak ngelarang gue pacaran, Risha membatin sambil memasuki kelas barunya.
Belum banyak siswa yang ada di kelasnya. Risha menyisir lokasi strategis di kelasnya dan ia memutuskan untuk duduk di barisan tengah, di samping gadis berkaca mata dan berkuncir satu yang sedang membaca buku, sepertinya novel. Risha membaca nametag-nya, Tri Maharani Putri, nama gadis itu.
"Hai!" sapa Risha ramah padanya. Gadis itu menoleh dan tersenyum sopan.
"Gue Tri, lo Risha ceweknya Nara ya?" tanya Tri dan Risha tersenyum miring sambil mengangguk tak nyaman. "Sorry, bukannya gue nggak suka sama lo, tapi gue nggak mau cari masalah," ucap gadis itu kemudian memasukkan bukunya ke dalam tas lalu mencari tempat duduk lain. Risha cemberut sambil menunduk.
Nara yang baru masuk kelas melihat kejadian itu dan berjalan ke arah Risha lalu meletakkan tasnya ke kursi di samping kursi Risha. Risha melirik tas di sampingnya kemudian melihat siapa orang yang bersedia menjadi teman sebangkunya. Dan Risha kembali kecewa saat melihat Nara mengangkat kedua alisnya mengisyaratkan, "It's me again!"
"Ngapain sih lo duduk di sini?" sewot Risha.
"Gue jamin nggak ada yang mau duduk di sini kalo bukan gue," jelas Nara.
"Mending gue duduk sendiri!"
"Risha, lo itung aja kursinya, cuma ada 40, pas sama jumlah siswa di kelas ini." Nara pura-pura melembutkan suaranya. Risha cuma mendengus dan Nara tersenyum penuh kemenangan.
Risha mengeluarkan ponselnya untuk mengalihkan perhatiannya dari Nara. Tanpa sengaja ia membuka galeri fotonya. Ia baru sadar kalau ia memiliki banyak foto Falco. Risha menghembuskan napas berat, kemudian ia mencentang foto-foto tersebut dan berniat menghapusnya.
"Yakin?" tanya Nara yang melihat pertanyaan konfirmasi untuk menghapus foto dari ponsel Risha.
"Yakin!" jawab Risha mantap. "Gue nggak mau galau-galauan mikirin cowok yang nggak ada di sini, udah saatnya gue move on, lagian menuh-menuhin memory aja," ujar Risha sambil menjawab pertanyaan konfirmasi tersebut dengan tombol "yes".
"Bagus!" Nara tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. "Buat apa mikirin cowok clueless itu, ya nggak? Mending fokus jadi cewek gue." Risha langsung melirik sinis padanya dan membuat Nara tertawa.
"Mereka kelihatan seneng," ucap Aditya yang baru masuk kelas bersama Liana. Liana diam saja tidak menanggapi.
"Leo keterima di sini kan ya? Kayaknya kemarin aku lihat dia waktu MOS." Aditya membahas hal lain setelah memilih tempat duduk di depan Nara. Liana yang duduk di sampingnya mengangguk saja sambil berusaha tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRETENDING
Teen FictionRisha cuma pura-pura jadi fans Nara supaya punya banyak teman perempuan. Risha tidak ingin masa-masa SMA-nya berakhir seperti masa-masa SMP-nya yang tidak punya teman karena ia memiliki selera yang berbeda dengan teman-temannya. Karena sebagian besa...