Nara baru saja membaringkan tubuhnya setelah bersih-bersih diri dan ganti baju. Ia melihat ada notifikasi pesan masuk. Ada chat WA dari Liana, ia tidak membukanya tapi ia sudah membaca isi pesannya.
"Udah sampe rumah?" Begitu isi pesannya. Nara menghempaskan tangannya yang memegang ponsel ke samping tubuhnya. Ia malas menanggapi pesan Liana. Kalau ia langsung membalas, ia akan tampak seperti lelaki gampangan. Nara tidak ingin dikendalikan oleh Liana.
---
"Gana, ngantin yuk!" ajak Liana di jam istirahat. Nara yang baru menyelesaikan catatannya mengangkat wajahnya. Ia melirik Aditya yang berada di samping Liana.
"Sorry, gue mau ke tempat cewek gue," jawabnya sambil beranjak dari tempat duduknya. Liana hanya ber-oh dengan wajah kecewa.
"Duluan, ya!" ucap Nara ringan lalu pergi meninggalkan kelas mereka.
"Ngerasa nggak sih?" Liana menoleh ke Aditya dan Aditya hanya mengangkat alisnya. "Gana jadi jauh sama kita sejak dia punya pacar," lanjut Liana. Aditya diam.
"Ya kan? Malming kemarin, hari ini, kemarin-kemarin juga dia lebih mentingin sama ceweknya daripada sama kita." Liana meminta persetujuan.
Aditya diam sebentar. "Mungkin dia pingin berdua aja sama ceweknya. Bukan berarti dia menjauh. Gana juga punya kehidupan sendiri dan kita nggak bisa ngikat dia di sekitar kita terus," jawab Aditya tenang, tapi Liana tampak tidak puas dengan jawaban itu. Meski begitu, Liana tidak berkomentar lagi.
Sementara itu, Nara sedang menikmati mi ayamnya di kantin, ditemani Risha yang tidak tahu apa-apa. Nara datang ke kelasnya dan mengajaknya ke kantin. Meski sudah sering seperti itu, tapi Risha masih tidak nyaman dengan pandangan siswi-siswi di sekitarnya.
Risha menyadari kalau ada yang aneh dengan Nara. "Cemberut mulu dari tadi," komentarnya. Nara hanya melirik Risha sambil terus melanjutkan makan.
"Pasti gara-gara Liana lagi deh," tebak Risha tapi Nara tetap tidak menjawab. "Yaa nggak papa sih kalo nggak mau cerita. Tapi rugi kalo lo nggak cerita ke gue, gue kan cewek, cuma cewek yang ngerti cewek," pancing Risha sok meyakinkan.
Nara mengangkat wajahnya, kali ini ia menoleh ke arah Risha. Risha tersenyum tulus sambil mengedip dan mengangguk seolah mengatakan, "Cerita aja sama ibu, Nak."
"Kepo banget lo jadi cewek," ucap Nara datar kemudian kembali menyantap makanannya. Risha langsung cemberut karenanya.
Risha mengamati sudut-sudut kantin karena Nara sedang sibuk dengan dirinya sendiri dan makanannya. Risha hanya membeli minum, jadi ia tidak punya kegiatan lain setelah minumannya itu habis. Di salah satu sudut kantin, tiba-tiba ia menemukan seseorang yang beberapa hari ini jarang ia lihat, Falco. Selama ini Risha tidak bisa menyesuaikan jadwal berangkat sekolah dengan Falco, satu-satunya kesempatan hanyalah saat pulang sekolah. Tapi akhir-akhir ini Falco sering pulang terlambat dan Risha tidak tahu apa alasannya.
Mata Risha terus mengikuti Falco hingga Falco menyadari keberadaan Risha. Risha salah tingkah untuk beberapa saat, tapi ia kemudian melambaikan tangannya. Falco membalas dengan melambaikan tangan pula sambil tersenyum. Jantung Risha serasa diremas ketika melihat Falco tersenyum. "Duh!" bisiknya setelah Falco hilang dan ia meletakkan keningnya di atas meja sambil meremas seragam di depan perutnya. Risha merasakan geli di dalam perutnya.
"Kenapa lo?" tanya Nara yang membuat Risha kembali mengangkat kepalanya.
"Nggak papa." Risha mencoba mengelak, tapi Nara memicingkan matanya curiga. "Udah selesai kan makannya? Gue balik ke kelas, ya! Bye!" pamit Risha buru-buru. Baru saja Risha berdiri, tapi Nara menarik tangannya hingga ia terduduk lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRETENDING
Teen FictionRisha cuma pura-pura jadi fans Nara supaya punya banyak teman perempuan. Risha tidak ingin masa-masa SMA-nya berakhir seperti masa-masa SMP-nya yang tidak punya teman karena ia memiliki selera yang berbeda dengan teman-temannya. Karena sebagian besa...